23. Satu Kelompok

449 29 2
                                    


"Orly, Sekolahnya yang bener. Terus Mamah juga udah beliin buku sejarah yang baru dan Orly harus baca di Perpustakaan." Helen mencium kening Orly dan mengelus-elus rambut anaknya.

"Buku sejarahnya dimana, Mah?" Orly menarik tuas pintu mobil dan menapakkan kakinya di depan gerbang SMA Trijayanda.

"Udah Mamah masukin di dalam tas Orly." Jawab Helen dengan menurunkan setengah kaca mobilnya. Kemudian, Helen yang berada di dalam mobil melambaikan tangannya kepada Orly ketika mobilnya mulai melaju perlahan.

"Dadah, Mah." Ucap Orly dengan ceria ketika mobil Mamahnya mulai melaju.

Orly berjalan memasuki gerbang Sekolah yang terbuka setengahnya dengan suasana Sekolah yang masih sepi, bahkan ketika Orly melangkahkan kaki memasuki area Sekolah dirinya belum melihat murid-murid SMA Trijayanda. Yang Orly lihat hanyalah Pak Kuswan yang sedang membersihkan dedaunan kering di depan gerbang Sekolah yang kedua.

"Eh, calon mantu anak Bapak. Udah siap untuk dinikahin pas lulus SMA?" Cegah Pak Kuswan sebelum Orly melewati gerbang Sekolah yang kedua dengan mengajak Orly mengobrol.

"Tapi, bukannya waktu itu Retha udah ngomong ke Bapak kalau Orly gak tertarik." Ujar Orly sambil menoleh dengan memegang tali bahu pada tasnya.

"Itu kan dari mulut Eneng yang satunya, kalau dari mulut Eneng sendirikan belum." Tunjuk Pak Kuswan dengan sebelah jempol tangannya sambil menahan kekehan tawa di dalam mulutnya.

"Tapi, kalau Retha udah ngomong enggak tertarik berarti Orly juga sama jawabannya kayak Retha." Jelas Orly sambil mengacungkan jari telunjuknya dan melangkahkan kakinya memasuki gerbang Sekolah yang kedua.

"Neng! Neng! Eneng! " Panggil Pak Kuswan hingga membuat Orly menengok ke belakang.

"Mau gak?!" Teriak Pak Kuswan sambil menggenggam sapu di tangannya.

"Ikh, kan Orly bilang gak mau." Kata Orly sambil merajuk.

"Gagal maning, gagal maning." Dengus Pak Kuswan sambil menyapu kasar dedaunan kering.

Orly sepanjang langkah menuju Perpustakaan menengok ke kanan-kiri sambil mencari seseorang yang dapat dia jumpai, namun Orly tidak menemukannya. Bahkan, guru-guru sekalipun.

Orly yang datang terlalu awal karena Mamahnya harus sampai ke kantor lebih awal. Dengan terpaksa Orly harus ikut bangun pagi, sedangkan Retha masih belum terlihat.

Orly memasuki Perpustakaan Sekolah dan berjalan ke meja Arthur yang sedang membaca, Orly menghampiri Arthur bukan untuk maksud tertentu, melainkan hanya ingin meminta maaf atas kejadian yang tidak sengaja dia perbuat.

"Arthur, Orly boleh duduk disini gak?" Pinta Orly sambil menatap Arthur dari atas.

"Untuk apa anda datang kesini?" Tanya Arthur balik dengan suara datar.

"Orly cuman mau minta maaf sama Arthur tentang kejadian waktu itu." Jawab Orly dengan lembut.

"Perlukah saya memaafkan anda?" Tanya Arthur lagi dengan menusuk.

"Tapi, kata Mamah Orly perlu. Soalnya, kalau ada seseorang yang ingin meminta maaf dengan tulus maka Orly harus memaafkannya, begitu pun sebaliknya."

"Apakah pemikiran anda berlaku untuk saya?"

"Iya, emang Arthur gak pernah maafin orang lain?"

"Tidak untuk anda." Ketus Arthur.

"Ummm, tapi kata Mamah Orly. Orang yang gak mau menerima maaf seseorang dengan tulus gak bisa masuk ke tempat untuk orang-orang baik. Sedangkan, Orly pengen masuk ke tempat orang-orang baik." Ucap Orly dengan ragu-ragu sambil mengadu kedua jari telunjuknya.

Raja KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang