Orly dan Retha memasuki kelas yang belum terdapat tanda-tanda kehidupan, bahkan Sang Surya yang telah bangun lebih awal, dibandingkan waktu yang masih cukup pagi. Tetap tidak berpengaruh bagi murid SMA Trijayanda untuk datang lebih awal."Retha, kok dikelas sepi banget?" Tanya Orly sambil melihat kelas yang tak berpenghuni.
"Retha juga gak tau. Mungkin aja mereka pada suka berangkat siang." Terang Retha.
"Tapi, kemarin pas Orly berangkat pagi-pagi udah ada Arthur di Perpustakaan." Orly mengacungkan jari telunjuknya sambil menunjuk ke belakang.
"Itu mah pengecualian." Retha berjalan menuju kursinya, sedangkan Orly mengamati seisi kelas yang kosong.
Mata Orly secara tidak sengaja menangkap secarik kertas berwarna biru yang ada dibawah meja Arthur. Orly yang penasaran langsung mengambil kertas yang ada di bawah meja Arthur dan tanpa sengaja kepala Orly terbentur meja saat ingin mengambil secarik kertas dibawah meja Arthur hingga membuat beberapa kertas berjatuhan ke lantai dari kolong meja Arthur.
"AWW, sakit." Rintih Orly sambil mengelus-elus kepalanya dan membaca isi kertas yang ada di tangannya, sedangkan Retha yang terkejut dengan rintihan suara Orly langsung menoleh dan menghampiri Orly.
Teruntuk Calon-calon-calon-calon-calon Bapak dari 5 anak kita:
Maukah engkau menerima cinta dari calon 5 anakmu?
Retha yang sudah berpikiran aneh-aneh dengan secarik kertas di tangan Orly langsung mengambilnya dan membacanya dengan cepat.
"Ikh, Retha mah." Rengek Orly dengan kesal ketika kertas di tangannya diambil begitu saja oleh Retha. Namun, Orly yang menyadari bahwa dibawah meja Arthur masih banyak kertas mengungkapkan perasaan langsung mengambil kertas yang sempat terjatuh ke lantai.
"Orly jangan diambil lagi." Cegah Retha sambil mengambil setiap kertas yang ada di tangan Orly.
"Ikh, Retha mah gitu. Orly kan kepengen baca kertas itu." Orly yang sudah kesal dengan Retha langsung mengeluarkan jurus ampuhnya, yaitu memeluk tubuh Retha sambil menatapnya dengan tatapan mata memelas.
Hati Retha seketika terporak-porandakan dengan tatapan mata Orly yang memelas. "Orly gak boleh ngebacanya, tapi Retha bakalan ngebacain isi kertas ini dan mengartikan isi kertas ini biar Orly ngerti."
Orly mengangguk-anggukkan kepalanya sambil menatap wajah Retha yang telah terhipnotis dengan jurus tatapan mata memelas Orly.
Retha kemudian melepaskan pelukan Orly dan mengambil secarik kertas yang berada di bawah kursi Arthur. Namun, Retha yang penasaran dengan isi kolong meja Arthur langsung melihatnya, seketika mata Retha terbuka lebar sambil menyaksikan ratusan kertas mengisi kolong meja Arthur.
Retha yang tinggal diam langsung meraup sebagian kertas dikolong meja Arthur dan menumpahkannya ke lantai, sedangkan Orly yang tengah menyaksikan ratusan kertas berserakan ke lantai tampak bingung dengan ratusan kertas yang ada dikolong meja Arthur.
"Orly, tolongin ambilin Retha sapu sama pengki buat ngebersihin ini." Pinta Retha sambil meraup puluhan kertas terakhir, kini lantai dibawah meja Arthur tertutupi ratusan kertas yang berserakan.
Orly mengambil sapu dan pengki yang berada sudut kanan kelas, kemudian memberikannya ke Retha.
"Emang mau Retha apaain kertas-kertas ini?" Tanya Orly sambil mengambil kertas yang ada dilantai.
"Mau Retha buang." Jawab Retha sambil menyapu kertas dibawah meja Arthur.
"Kenapa harus dibuang? Emang dibolehin sama Arthur?"
"Karena mengotori kelas dan Arthur juga gak bakalan marah kalau seluruh kertas ini dibuang." Retha sudah bisa menebak isi seluruh kertas yang ada dikolong bangku Arthur, sudah dipastikan semuanya berisi ungkapan rasa cinta kepada Arthur.
Retha membuang seluruh kertas yang sudah terkumpul dipengkinya ke tempat sampah di depan kelas, sedangkan Orly memilah satu-persatu kertas yang menurutnya terlihat aneh dan unik.
"Retha, Orly boleh ngambil yang dua ini kan?" Orly menunjukkan kedua kertas digenggamannya ke arah Retha.
"Iya boleh, tapi gak boleh Orly baca. Mendingan Orly taruh ke dalam tas Retha."
Orly menyimpan kedua kertas tersebut ke dalam tas Retha, sedangkan Retha masih sibuk menyapu kertas yang berserakan dibawah meja Arthur.
*****
Retha menutup pintu kamarnya, kemudian menelungkupkan tubuhnya ditempat tidur dengan tas yang masih mengait dipunggungnya.
Retha melepaskan tali bahu yang masih mengait pada pundaknya dan memindahkan tasnya ke hadapannya, kemudian mengeluarkan isi tasnya.
Retha mengambil dua buah kertas yang sangat mencurigakan dari tasnya, setelah itu membuka lipatan-lipatan yang terbentuk dari salah satu kertas tersebut dan membacanya.
Retha membaca isi kertas tersebut sambil menaik-turunkan alisnya, namun kumpulan kalimat terakhir pada kertas tersebut langsung membuat Retha tercengang ditempat tidur.
Bahaya!! Ucap batin Retha yang sangat-sangat panik setelah membaca isi kertas tersebut sambil membolak-balikkan isi kertas tersebut untuk mencari penulisnya, namun hasilnya nihil.
Gak mungkin! Bantah Retha sambil mengelus-elus keningnya dengan kedua tangan.
Retha, kemudian mengambil kertas yang satu lagi dan membacanya dengan cepat. Tetapi, untung saja isi dari kertas tersebut hanyalah ungkapan rasa cinta.
"Pokoknya harus ketemu orang yang nulis isi kertas ini." Gumam Retha seraya membenturkan kepalanya ke tempat tidur.
Untuk part ini author benar-benar sedikit mengalami writer block. Jadi, mohon dimaafkan kalo kurang menarik dipart ini dan author berterimakasih bagi kalian yang sudah mau membaca part ini sampai akhir.
Jangan lupa, vote, komen, dan share ke teman-teman kalian.
Salam FSR,
*****
About me?Follow Instagram: basztian11.2
![](https://img.wattpad.com/cover/190961641-288-k812187.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Raja Kelas
Teen FictionKisah cinta anti-mainstream antara selembar kertas putih polos dengan setetes darah biru dingin yang tidak sengaja saling bertemu. Pertemuan tersebut membawa mereka ke dalam takdir cinta. Hanya takdir yang bisa menyatukan Arthur dan Orly. Jangan per...