Orly dan Retha menunggu mobil Bima di depan gerbang Sekolah yang tertutup rapat. Sesuai janji mereka, mereka akan pergi ke tempat ternak ular milik Pamannya Bima.Pikiran Retha masih terngiang-ngiang dengan isi kalimat pada kertas yang sempat Orly masukan ke dalam tasnya. Apakah Retha hanya akan terus terngiang-ngiang dengan isi kalimat tersebut? Tentu saja tidak! Retha pasti akan menolong orang tersebut dan tunggu saja jika hari itu tiba.
"Retha, kenapa mereka lama banget sih?" Rengek Orly yang tidak sabaran.
"Sebentar lagi juga datang."
Sebuah mobil berwarna hitam berhenti di depan mereka dan turunlah seorang Kyle dari pintu penumpang bagian tengah.
"Masuk." Titah Kyle dengan menggunakan kaos berwarna hitam dan kemeja berwarna merah dengan kancing terbuka.
Orly dan Retha duduk dibagian paling belakang, sedangkan di depan mereka diisi oleh Bima, Arthur, dan Kyle.
Selama diperjalanan tidak ada percakapan antara kedua belah kubu yang ada hanyalah percakapan antara masing-masing anggota tiap kubu.
"Sudah sampai." Ujar Pak Rafan, sopir Bima.
Retha menutup pintu mobil karena turun paling terakhir dan dihadapan mereka sudah ada Pamannya Bima yang menyambut dengan senyuman hangat.
"Udah lama gak ketemu kalian bertiga dan ternyata makin pada ganteng-ganteng, apalagi Arthur." Ucap Pamannya Bima dengan menyambut hangat.
"Kayaknya udah nambah dua anggota lagi nih?" Tanya Pamannya Bima.
"Mereka hanya sekedar anggota kelompok." Ketus Kyle sambil menatap sinis Orly dan Retha.
"Paman boleh tau namanya?"
Retha mengangguk-anggukkan kepalanya, sedangkan Orly yang berada disamping Retha dengan semangat memperkenalkan dirinya. "Orly Lindra Rachel, biasanya Mamah manggilnya Orly. Jadinya dipanggil Orly."
"Margaretha Frandesca, sering dipanggil Retha." Jawab Retha sambil menundukkan kepalanya sesaat.
Setelah memperkenalkan diri, Pamannya Bima mengajak Bima, Arthur, Kyle, Orly, dan Retha untuk melihat peternakan ular yang berada dihalaman belakang rumahnya.
Hanya satu kata yang terlintas dibenak Orly, WAW. Dihalaman belakang Pamannya Bima banyak sekali ular yang dimasukkan ke dalam kandang khusus.
"Paman, kenapa mau melihara ular?" Tanya Orly.
"Karena hobi terus bisa dijadiin bisnis dan yang paling penting bisa jadi uang." Ucap Pamannya Bima dengan tersenyum lebar.
"Emang gak takut digigit?"
"Udah biasa."
"Hebat." Mata Orly berbinar keemasan sambil mengacungkan kedua jari jempolnya.
Pamannya Bima mengambil seekor ular berukuran sangat besar dengan kait besi, sedangkan Orly yang nampak penasaran mencoba sedekat mungkin dengan ular tersebut.
Retha menarik lengan Orly dan memundurkan tubuhnya agar tidak semakin lebih dekat dengan Pamannya Bima.
"Tenang aja kali." Ujar Bima.
"Kalau ke gigit emangnya mau tanggung jawab?" Cela Retha.
"Paling ngebantuin ngegotong." Ucap Kyle seraya menaikkan sebelah alisnya.
"Coba ngomong sekali lagi?" Tantang Retha.
"Masih perlu diulang lagi?" Tantang balik Kyle.
Retha memalingkan wajahnya dari Kyle dan Bima, kemudian memperhatikan kembali Pamannya Bima yang sedang memegang ular berukuran besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raja Kelas
Teen FictionKisah cinta anti-mainstream antara selembar kertas putih polos dengan setetes darah biru dingin yang tidak sengaja saling bertemu. Pertemuan tersebut membawa mereka ke dalam takdir cinta. Hanya takdir yang bisa menyatukan Arthur dan Orly. Jangan per...