4. Kepanikan Bom

1K 80 10
                                    


"Kalau kita mati ya berarti emang waktunya. Namanya juga takdir." Jawab Kyle dengan so' bijak.

"Ada benernya juga, Bu." Jawab Rafiq

"Bener darimana? Gak ada sejarahnya cowok selalu benar, yang ada tuh cewek selalu benar. Percaya sama Ibu, sebentar lagi juga mereka keluar kelas." Kata Bu Riris dengan keras kepala sambil, menepuk dadanya.

Nit...

Nit...

Nit...

Nit...

"Kayaknya Ibu denger suara Bom, tapi kayaknya deket banget." Bu Riris mempertajam pendengarannya.

"Ini mah bunyi alarm jam tangan saya." Kata seorang siswa laki-laki yang berada paling belakang sambil mengangkat tangan kirinya yang mengenakan jam tangan.

"Udah mau siang masih ada aja alarm yang bunyi." Celoteh Bu Riris.

"Bagian waktu makan, Bu. Kalo di rumah."

"Matiin! Udah tau lagi panik." Perintah Bu Riris.

Keadaan di luar kelas yang semakin keruh sepertinya akan berdampak bagi kelas lainnya yang mulai merasa bising dengan kekacauan yang tidak jelas.

Sedangkan, di dalam kelas Arthur, Bima, dan Kyle terlihat santai-santai saja tanpa mempedulikan keadaan di luar.

Arthur  menengok ke belakang dan berkata kepada Kyle dengan nada datar, "Ky, pinjam hadiah dari Bima." 

"Ambil aja."

Arthur mengambil isi kado tersebut yang berisi Bom Granat hasil rekaan Bima.

Arthur mulai menyelidiki Bom Granat tersebut dan menemukan tanda-tanda pada Bom Granat tersebut.

"Aduh, si Raja Kelas malah main-main sama Bom ntar meledak bakalan ambyar nih kelas." Ujar Bu Riris.

"Ibu gak usah khawatir." Arthur mulai menjelaskan tanda-tanda pada Bom tersebut.

"Yang pertama, Bom ini bau cat." Ibu Riris dan murid yang lainnya memperhatikan Arthur dari pintu kelas yang terbuka lebar.

"Yang kedua, terbuat dari kayu." Bu Riris sangat terkejut hingga membuat mulutnya menganga.

"Yang ketiga, Bom granat ini pajangan bukan asli." Bu Riris mengangguk kecil dan menutup mulutnya yang terbuka lebar.

"Kesimpulannya, Bom Granat ini gak bakalan meledak karena cuman pajangan."

Bu Riris ambruk ke belakang karena sangat shock dan untung saja murid-murid yang berada di sekitarnya menopang Bu Riris sebelum tertindih Bu Riris yang seperti Kuda nil.

"Lu lalaki angkatna yang bener, ntar gua yang jadi korban ketindihan sama Bu Riris." Kata Rika yang di samping kiri Bu Riris dengan mata yang membelalak lebar dan berusaha mengatur nafas.

"Siapa suruh lu di samping Bu Riris? Itu mah DL." Ledek Reyan dengan menjulurkan lidahnya dan mata yang juling.

"Lu tuh kenapa sih Reyan? Pengen ngajak ribut? Mau gua panah? Jalma teh jiga nu ngaledek pisan." Rika menatap Reyan dengan jijik.

"Kalo pake panah Dewa Cupid mah mau." Jawab Reyan.

"NGAREP!!!!"

Selesai baca sebaiknya memberikan bintang :)

Salam FSR,

*****
About me?

Follow Instagram: basztian11.2

Raja KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang