Hari ini benar-benar hari yang sangat rumit, itulah kalimat yang terus berlalu-lalang dipikiran Retha.Sungguh. Retha tak pernah menyangka hanya karena demi melindungi seseorang, dirinya terus-menerus memikirkan kemungkinan terburuk dari seseorang yang sedang dilindunginya.
Apakah orang yang sedang dilindungi Retha akan baik-baik saja? Lalu, sudah benarkah Retha melindungi orang tersebut?
Sesuatu hal yang berkaitan dengan masa depan memanglah masih belum pasti. Kita tak tahu apa yang akan terjadi terhadap seseorang di sekeliling kita dan diri kita sendiri.
Masa depan itu seperti warna abu. Tidak terlalu jelas, namun terlihat.
Namun, ada saatnya masa depan menjadi jelas ketika seseorang telah memiliki tujuan dan berusaha meraihnya.
Masa depan tidak akan terlihat jelas, jika seseorang tersebut hanya terus bermimpi dan tidak berusaha meraihnya.
Bagi Retha, masa depan adalah sesuatu yang rumit.
"Lu bisa diam gak?!" Sembur Kyle yang sudah jengah melihat kelakuan Retha. "Bosan gua liat lu dari tadi mondar-mandir gak jelas, mau sampai kapan lu begitu terus?"
Kyle pikir awalnya Retha mengajak Bima dan dirinya untuk membahas sesuatu yang penting setelah pulang sekolah di belakang kantin, namun yang Kyle dapatkan sejak dari tadi hanyalah melihat Retha berjalan mondar-mandir di hadapannya dengan wajah panik dan sesekali bergumam tidak jelas.
"Gua gak mau, gak mau, gak mau." Gumam Retha yang panik setengah mati karena memikirkan nasib seseorang yang sedang ia lindungi.
"Lu dengar ucapan gua, gak?!" Retha memang benar-benar mulai membuat kesabaran Kyle menghilang.
"Gua gak mau, gak mau, gak mau." Gumam Retha dengan menyebutkan kalimat yang sama dengan sebelumnya.
Sudah menjadi kebiasaan Retha jika panik berlebihan selalu berjalan mondar-mandir dan bergumam tidak jelas.
Retha juga tidak tahu mengapa dirinya ketika panik seperti campuran antara orang bingung dan orang gila.
Bingung karena berjalan mondar-mandir dan gila karena terus-menerus bergumam sendiri. Semua terjadi karena rasa panik Retha yang terlalu berlebihan.
Kyle yang sudah sangat lelah melihat tingkah Retha yang tidak jelas, langsung meraih kedua bahu Retha dan menariknya hingga di hadapan dirinya.
"Gua mau lu diam!" Tekan Kyle disetiap katanya sambil menatap Retha dengan kilatan amarah. "Kalo lu gak mau diam, gua sama Bima bakalan pulang. Paham?"
"Jangan!" Cegah Retha.
Bima menautkan kedua alisnya. Pasti ada masalah, duga Bima. "Oke, gua sama Kyle gak bakalan pulang kalo lu ngejelasin kenapa lu bisa sepanik itu?"
"Gua cuman khawatir sama Orly."
Kyle melepaskan kedua tangannya dari bahu Retha dan menegakkan kembali tubuhnya. "Khawatir?"
"Lu berdua tau, kan, video yang lagi banyak diomongin murid-murid disini?" Retha menatap Bima dan Kyle secara bergantian.
Bima mengerutkan dahinya, "Lu udah tau?" Pasalnya Bima dan Kyle belum memberitahukan tentang video tersebut kepada Retha, mereka juga tidak mengajak Retha untuk rapat dadakan tadi pagi, dan Retha juga tidak memiliki ponsel.
Bukankah wajar saja jika Bima dan Kyle sedikit keheranan?
"Iya, tapi bukan itu yang jadi masalahnya." Retha menarik oksigen di sekitarnya untuk menenangkan dirinya. "Masalahnya ... tadi pas jam istirahat Orly gak sengaja nabrak cowok yang ada di video tersebut dan cowok itu langsung nyebut nama Orly, tapi untungnya gua bisa menipu cowok itu dengan mengubah nama Orly menjadi Rina." Terang Retha.
"Jadi, lu udah ketemu sama Van?" Pertanyaan sekaligus pernyataan yang merangkap jadi satu tersebut membuat Kyle dan Retha langsung menoleh memperhatikan Bima.
Jangan tanya kenapa Bima bisa tahu bahwa cowok yang ada di video tersebut adalah Van, ya, karena Bima adalah anak yang sangat ahli dalam mengamati.
Tidak semua murid di SMA Trijayanda Bima amati, namun Bima hafal betul satu sosok cowok yang memiliki sifat playboy di SMA Trijayanda.
Bima yakin, cowok yang ada di video tersebut adalah Van.
Apakah kalian mau tahu salah satu prinsip yang ada di dalam diri Bima?
"Jika sudah diamati dan masuk ke dalam otak, tidak akan bisa dihapus."
"Lu kenal dia, Bim?" Tanya Kyle memastikan.
Menurut Kyle, Bima tidak mungkin asal berteman dengan seseorang, karena Bima selalu berteman dengan seseorang yang menurutnya bisa berguna di masa depan.
"Gua gak kenal dia, tapi kayaknya gua tahu solusi apa yang cocok buat nyelesain masalah ini dan solusi ini juga bakalan menjebak ratusan tikus sekaligus dalam satu jebakan," Bima menunjukkan senyum liciknya, namun untuk seorang Bima senyuman tersebut lebih cocok disebut sebagai senyum cerdik.
"Caranya?" Tanya Retha yang sangat penasaran dengan solusi apa yang akan Bima lakukan.
Bima meraih ponselnya yang berada di saku celana, kemudian menunjukkan layar ponsel tersebut ke Retha dan Kyle.
Retha dan Kyle menatap bingung layar ponsel Bima. "Maksudnya?" Ujar Retha dan Kyle berbarengan.
Hayo... siapa yang penasaran sama part selanjutnya? Hayo... ngaku.
Menurut kalian apakah cerita Raja Kelas semakin lama, semakin membuat kalian penasaran? Jangan lupa komen, gaise.
Dan, maaf kalo part ini sedikit kependekan ketimbang beberapa part sebelumnya :)
Salam FSR,
*****
About me?Follow Instagram: basztian11.2
KAMU SEDANG MEMBACA
Raja Kelas
Teen FictionKisah cinta anti-mainstream antara selembar kertas putih polos dengan setetes darah biru dingin yang tidak sengaja saling bertemu. Pertemuan tersebut membawa mereka ke dalam takdir cinta. Hanya takdir yang bisa menyatukan Arthur dan Orly. Jangan per...