Bima Alterio Kenzo, best friendnya Arthur dari kecil, bahkan dari baru lahir udah temenan. Selalu berpikir out of the box dan selalu berada di sisi Arthur seperti pengawal.
Akibat pemikirannya yang out of the box Bima selalu menghasilkan suatu barang yang aneh dan menjadikan Sekolah sebagai eksperimen untuk melihat reaksi seseorang dari hasil karyanya.
Dan hari ini Bima akan melakukan eksperimen reaksi seseorang dari hasil karyanya yang meledak-ledak.
Mobil sedan berwarna hitam terparkir sesaat di depan gerbang masuk Sekolah dan membuat beberapa murid menghindar.
Bima keluar dari dalam mobil sambil melihat keadaan sekitar yang ramai. Beberapa murid mempercepat langkah kakinya untuk melewati gerbang masuk Sekolah yang perlahan mulai tertutup.
Bima melangkah perlahan memasuki gerbang Sekolah dengan badan yang tetap tegap, walaupun sebenarnya Bima ingin membongkokkan tubuhnya karena membawa beban tambahan di tasnya.
Namun, sebagai laki-laki dia harus tetap tegap sampai ke kelas. Bukan hanya Arthur saja yang selalu menjadi pusat perhatian bagi wanita di Sekolah, namun Bima juga merupakan pusat perhatian bagian wanita dan laki-laki.
Arthur pusat perhatian wanita 98%, sedangkan Bima pusat perhatian wanita 1% dan pusat perhatian laki-laki 40%. Sisanya di berikan kepada Kyle.
Bima masuk ke dalam kelasnya dan belum melihat Kyle di dalam kelas.
Paling tuh anak telat. Ucap batin Bima sambil jalan menuju kursinya.
Terlihat Bu Riris dari luar jendela kelas yang sedang melangkah dengan rambut berwarna hitam terikat dan pergelangan leher yang cukup berisi hendak masuk ke dalam kelas.
"Pagi murid-murid." Sambut Bu Riris.
"Pagi Bu!!" Ucap Kyle yang lebih dulu menjawab, dari murid yang di dalam kelas.
"Hebat-hebat, mari kita beri tepuk tangan kepada Kyle." Sindir Bu Riris.
Seluruh murid menatap Bu Riris dengan tatapan gaje.
"Kok rame ya, Bu?" Ledek Kyle.
"Nih, Bu biar sepi. Saya kasih applause buat Ibu."
Prok
Prok
Prok
"Gimana Bu? Sepi kan."
Bima hanya tertunduk malu melihat kelakuan temannya yang seperti peliharaan Dewa Hades.
Nih, anak terlalu over power kelakuannya. Gak bisa di tambahin garam apa? Biar gak kemanisan.
"Ekh, Bima." Sapa Kyle dengan wajah tak berdosa.
Oh, my lord! Punya best friend manusia kayak gini sama aja kayak berteman dengan percampuran darah iblis dan darah malaikat.
"Bim, hadiah mana? Hadiah." Bisik Kyle di telinga Bima.
Kenapa gua baru sadar bisa punya temen antara iblis dan malaikat. Jadi yang salah siapa?
"Ada di tas. Tenang aja harimau berbulu domba." Jawab Bima dengan tersenyum.
"Lu tuh terlalu kreatif."
Bima mengeluarkan 2 box berbentuk persegi dari dalam tasnya.
"Nih buat lu, tapi jangan di buka dulu." Perintah Bima sambil menunjuk Kyle.
"Kayaknya berat tuh." Kata Kyle.
"Ternyata emang bener sesuai dugaan gua, berat." Kyle memainkan hadiah dari Bima dengan menaik-turunkan tangannya seperti seseorang yang sedang mengangkat barbel.
"Kyle, Bima sedang apa kalian?! Tolong perhatikan Ibu!" Bu Riris melempar spidol ke meja Kyle dan Bima hingga membuat mereka terperanjat di kursi mereka masing-masing.
"Saya ingin memberikan temannya atom ke Kyle dan Arthur. Ibu mau liat?" Tawar Bima.
"Coba Ibu buka." Bu Riris melangkah ke arah kursi Bima. Dan mengambil kotak yang berbentuk persegi dari meja Kyle dan Bima.
"Silahkan, pasti Ibu bakalan terkejut." Ucap Bima sambil tersenyum lebar, namun Bu Riris mengartikannya sebagai senyuman misterius.
Bu Riris membuka tutup hadiah tersebut, namun mata Bu Riris fokus menatap Bima dan berkata, "Palingan juga..." Bu Riris, kemudian memalingkan tatapan matanya ke hadiah tersebut, "BOM!!!!!!"
Bu Riris melempar kado tersebut dan sontak seluruh murid di kelas XI-IPA1 berlarian panik di sertai teriakan.
"Panggil Polisi, TNI, PEKA!!! Cepetan!!!" Teriak Bu Riris dari depan pintu kelas dan di sekelilingnya terdapat murid-murid yang panik di sertai kebingungan.
"PEKA apa Bu?" Tanya Rafiq yang di samping kanan Bu Riris.
"Mungkin PEKA tuh yang di COC." Jawab Reyan yang di Belakang Bu Riris.
"Belum tentu juga. PEKA teh tendangan penalti, meuren." Bantah Rika yang di samping kiri Bu Riris dengan campuran antara bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.
"Mungkinkah PEKA itu adalah perasaan yang mudah merasakan." Kata Devan yang tiba-tiba menerobos melewati kerumunan murid yang sedang panik dengan menggunakan logat membaca puisi.
"Kalian ini malah pada ngaur!! PEKA adalah singkatan Pemadam Kebakaran." Bentak Bu Riris.
"Oh, Pemadam Kebakaran." Jawab murid yang di luar pintu kelas dengan serentak.
"Tapi, gak nyambung Bu."
"Terserah Ibu lah. Orang panik mah bebas nyingkat kata apa aja." Jawab Bu Riris dengan sombong.
"Efek YouTube emang mujarab." Ucap Daih sambil menepuk dahinya dan menggelengkan kepalanya.
Sedangkan, di dalam kelas hanya ada Arthur, Bima, dan Kyle. Namun, murid yang lainnya panik akibat eksperimen reaksi dari Bima.
Kok hewan peliharaan Hades yang di samping gua gak kaget? Tumben banget. Lirik Bima.
"Ky, kok lu gak kaget?" Tanya Bima dengan heran.
"Buat apa gua kaget." Jawab Kyle dengan mencuil jarinya.
"Kalian bertiga! Gak pada takut mati?!" Tegas Bu Riris.
Gimana? Lucu? Seru? Aneh? Gak nyangka? Sama ceritanya.
Kalau lucu komen di bagian tersebut.
Kalau aneh komen di bagian mananya.
Kalau senyum-senyum sendiri komen juga.
Bantu vote biar Authornya rajin nulis lagi
Kelanjutannya Hari Kamis, mohon bersabar ini ujian.
Salam FSR,
*****
About me?
Follow Instagram: basztian11.2
KAMU SEDANG MEMBACA
Raja Kelas
Teen FictionKisah cinta anti-mainstream antara selembar kertas putih polos dengan setetes darah biru dingin yang tidak sengaja saling bertemu. Pertemuan tersebut membawa mereka ke dalam takdir cinta. Hanya takdir yang bisa menyatukan Arthur dan Orly. Jangan per...