Rani begitu histeris saat melihat Adam ada ditengah-tengah acara. Dia kaget bukan kepalang.
"Zi, liat tuh. Itu Adam." Rani berteriak histeris.
"Mana sih, Ra?" heran Zira.
"Itu yang pakek jas item."
"Banyak yang pakek jas item. Yang mana?"
"Duh, itu yang lagi pegang gelas. Liat nggak lo?"
Zira melihatnya. "Oh, yang disebelah papa gue."
"Nah iya. Itu Adam Zi. Kok dia ada disini, sih?"
"Itu Rully bukan Adam. Dia Om gue."
Rani terbelalak kaget. "Beneran lo?! Sejak kapan lo punya Om seganteng dia?!"
"Dia adek papa gue. Dia baru balik dari Jerman ngurusin kantor."
"Wah, jodoh gue ternyata Om lo."
"Ish, kenapa harus Om Rully? Yang lain banyak, Ra."
"Dia keren, kece, tak tertandingi," lebay Rani. "Zi, bantuin gue dekat sama Om lo ya, please."
"Gue nggak bisa Ra. Dia tuh terlalu kaku."
"Tapi tadi dia ketawa."
"Kepaksa kali."
Wajah Rani menjadi murung. Berharap Zira mau membantunya.
"Please Zi bantuin gue. Janji deh, gue berubah 100 persen kalo lo mau bantuin gue dekat sama Om Adam," pinta Rani memelas.
"Janji Ya?"
"Iya gue janji."
"Yaudah gue bantu."
Rani bahagia bukan main. Dia meloncat-loncat kecil seperti anak kecil. Kemudian Dia mengikuti Zira dari belakang. Ternyata Zira menemui papanya dan disitu ada Adam juga.
"Kanapa Zir?" tanya Papa Zira pada anaknya.
"Nggak kok Pa, Zira mau ketemu Om Rully, kangen." Zira menyengir kuda.
Adam menatap Rani, hal itu membuat jantungnya berdebar-debar.
"Oh, ya udah kalo mau ketemu Om kamu, papa mau samperin mama dulu."
Papa Zira berlalu pergi. Kini hanya ada Adam sendiri.
"Ra, gue juga mau samperin abang gue. Lo disini aja sama Om Rully, dia baik kok." Zira menyengir kuda kearah Adam. Lalu pergi.
Rani gugup saat Adam menatapnya. Tatapannya itu lho, bikin jantung deg-degan. Mana Rani sendiri lagi.
"Kenapa?" tanya Adam membuka pembicaraan. Rani mati kutu mendengarnya.
"Eh," Rani gugup. Dia bingung harus berbuat apa.
"Jangan ditatap, muka saya biasa saja."
"Ge-er banget sih," lirih Rani. Dia menunduk agar muka merahnya tidak dilihat Adam.
Disaat Adam ingin melangkah, Rani menahannya.
"Eh tunggu. Mau kemana?"
Adam menautkan dua alisnya. Dia heran pada gadis didepannya ini.
"Sini aja temenin aku."
"Saya ada urusan."
"Tinggalin aja, kan jarang-jarang ditemenin aku."
"Nggak penting."
"Penting tahu."
Adam menghela napas pasrah. "Mau apa?"
"Mau minta 1 permohonan. Boleh, kan?"
Adam diam sejenak. Dia penasaran tentang permohonan yang akan gadis itu minta.
"Boleh."
Rani bersorak ria dalam hati.
"Yaudah, aku minta permohonannya ditambah jadi 5."
"Kenapa?"
"Biar banyak," ucap Rani tanpa beban. "Kalo gitu dipermohonan pertama, aku mau kamu nggak boleh ngehindar setiap aku deketin. Awas kalo ngehindar, nanti aku bakal banyakin permohonannya."
"Terus?"
"Permohonan kedua, aku mau kamu jadi pacar aku. Gimana?"
~Next~
Hei Ges, gimana MG-nya bagus nggak? Suka nggak sama ceritanya?
Jangan lupa Votmen ya.
Luv Yu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Yours Last [END]
Teen FictionAWAS BAPER ⚠️ "Suka sama Om-Om? Bodoh amat. Orang gue yang suka," kata Rani kesal. Menyukai seseorang tidak ada salahnya, kan? Lagipula itu adalah hak seseorang. Terserah kalian mau bilang apa. Bagi Rani, laki-laki dewasalah yang pantas menjadi pen...