MG; empatsembilan

2.2K 108 2
                                    

"Om, jelasin sama Zira kenapa Rani bisa kaya gini sekarang?" Zira menangis. Adam sebagai Om berusaha menenangkannya.

Adam tidak mungkin memberitahunya, namun Zira sudah tahu sendiri. Dan penjelasan adalah hal yang harus ia dengar.

"Om, jelasin ke Zira jangan diam aja!" tuntut Zira lagi. Lengan bajunya digunakan untuk menghapus air mata yang terus mengalir. Hatinya hancur melihat Rani terbaring kesakitan yang sekarang sedang ditangani tim medis.

"Zi berhenti menangis dan Om akan jelaskan."

Zira menatap Adam, menanti kejelasan akan semuanya. Ia pun berhenti menangis walaupun isakan tak henti-hentinya terdengar.

Tangisan Zira mereda.

Adam menarik nafas dalam-dalam, lalu membuangnya secara perlahan.

"Apa yang harus Om jelasin?" tanya Adam agar suasana tidak canggung.

Rasanya gedeg. Zira memukul tangan Om nya itu, dalam suasana seperti ini masih saja bercanda.

"Om please be serious."

Adam terkekeh. "Kamu jangan cemas Rani akan sembuh. Dia gadis kuat."

"Aku tahu dia kuat. Udah Om jelasin jangan bertele-tele gini Zi enggak suka."

"Oke, Om, jelaskan." Bibir Adam mendadak kelu mengatakannya. Rasanya berat. "Rani, dia sakit setahun yang lalu."

Zira berusaha untuk biasa saja meski matanya kembali mengeluarkan cairan bening dipipinya.

Adam tidak tega melanjutkannya.

"Lanjutin Om, Zi gak pa-pa."

Adam menghela nafas. Ponakannya ini memang keras kepala.

"Kamu tahu Rani pernah kecelakaan?"

Zira mengangguk. Ia ingat jelas tentang kecelakaan itu. Tiap malam Zira selalu datang menemani Rani kala dirumah sakit. Namun Rani hebat, bisa menyembunyikan penyakitnya hingga tidak ada yang tahu.

"Sebulan Rani sembuh, dia merasa sakit diperutnya. Pulang malam adalah alasannya agar kamu tidak curiga. Rani berobat kala itu," ujar Adam memberitahu apa yang sebenarnya.

"Kenapa dia gak kasih tahu Zi? Zi, kan, sahabatnya," Zira berujar sambil terisak. Rasanya seperti tidak dianggap sahabat jika seperti itu.

"Bukan tidak menganggap kamu sebagai sahabat." Adam membawa Zira ke dalam pelukannya. "Rani takut kamu sedih."

"Zira mau Rani sembuh."

"Om juga."

Dokter Dira tiba-tiba keluar dari ruangan Rani. Membuat Zira melepas pelukannya dari Adam. Saat itu juga Dokter Dira seakan heran menatap keduanya.

Adam berdiri, menatap Dira dengan nafas tak beraturan. "Bagaimana keadaan Rani?" tanya Adam pada dokter muda dihadapannya.

Lamunan Dira terbuyar, kaget. "Keadaan Rani semakin memburuk," ujarnya.

Deg. Dunia seakan hancur. Keduanya diam. Adam hanya bisa terpaku sedangkan Zira kembali menitikkan air matanya.

"Enggak, Rani harus sembuh. Dokter harus sembuhin sahabat saya," cecar Zira dalam keadaan menangis.

"Saya akan berusaha sesuai kemampuan. Hanya Tuhan yang tahu hidup dan mati. Kalian berdoa saja."

"Apa tidak bisa operasi sekarang?" Akhirnya Adam membuka suara. Mencari jalan keluar agar gadisnya sembuh.

Dira menggeleng. "Tidak memungkinkan untuk sekarang."

Dira terkejut saat salah satu suster tiba-tiba keluar.

I'm Yours Last [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang