"Zira! Om lo nelpon gue!"
Rani bangkit kegirangan karena ditelpon Adam. Namun di saat Rani ingin mengangkatnya Adam sudah duluan mematikan panggilan.
"Yah, kok mati!"
Line
Adam:
Kepencet.Zira yang ada di sebelah Rani jadi tertawa membacanya.
"Udah di ajak terbang tapi sayang lupa pakek sayap. Jadi jatuhkan. Duh, kasian banget temen gue!" Zira sengaja meledek dengan gaya kebiasaannya.
Rani merengek sedih. "Nggak banget sih," gerutunya. "Gue telepon balik baru tahu rasa."
Rani langsung memencet tombol hubungi pada nomor Adam.
Adam mengangkatnya. Ajaib.
"Adam kenapa bisa kepencet nelponnya? Bilang aja kamu rindu sama aku. Hayo, ngaku."
Suara bising terdengar di tempat Adam berada. Hal itu membuat Adam tidak bisa mendengar apa yang dikatakan Rani.
"Adam denger Aku nggak sih, kok berisik banget."
Rani terbelalak saat panggilan diputuskan secara sepihak oleh Adam di seberang sana.
"Zira! OM LO JAHAT BANGET SIH! AWAS AJA KALO KETEMU, GUE SITA HP NYA!"
Zira hanya tertawa melihat reaksi sahabatnya.
Calon Imam is calling...
"Tuh kan nelpon lagi! Malas, ah, angkatnya," kesal Rani.
"Yakin? Entar lo nyesel," komentar Zira.
"Ihh ...Ya udah gue angkat."
Rani mengangkat panggilan itu. Keduanya sudah terhubung lewat telpon. Rani sengaja tidak bicara duluan.
"Maaf." Suara Adam terdengar jelas bahwa dia serius mengatakannya.
Mendengar itu ingin rasanya Rani meloncat dari atas meja.
"Dimaafkan." Rani berusaha untuk tidak berlebihan membalasnya.
"Rani."
Rani benar-benar kaget saat Adam memanggilnya dengan nama.
"Ini Adam 'kan? Kamu lagi nggak salah nelpon orang 'kan?"
"Siapa orangnya?"
"Ha, maksudnya? Aku nggak ngerti."
"Yang mau ketemu kamu."
"IH, ADAM KEPO. ADAM CEMBURU YA?"
"Siapa?"
"Reyhan. Kenapa emang?"
"Jangan ketemu."
"Iya, Zira tadi juga nggak bolehin."
"Pulang saya jemput."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Yours Last [END]
Roman pour AdolescentsAWAS BAPER ⚠️ "Suka sama Om-Om? Bodoh amat. Orang gue yang suka," kata Rani kesal. Menyukai seseorang tidak ada salahnya, kan? Lagipula itu adalah hak seseorang. Terserah kalian mau bilang apa. Bagi Rani, laki-laki dewasalah yang pantas menjadi pen...