Dengan derap langkah cepat Adam bergegas mencari keberadaan Rani. Semua murid menatap intens atas kehadirannya yang tiba-tiba. Masa bodo. Ia harus segera menemui Rani.
"Om!" teriak Zira di depan pintu UKS. Dia sengaja keluar agar Adam bisa dengan cepat tahu keberadaanya.
"Dimana Rani?" Adam menerobos masuk ke dalam UKS.
Adam membopong tubuh Rani yang masih pingsan, membuat Deril dan Riski menjadi heran. Namun dengan cepat Adam membawanya ke dalam mobil. Ia harus segera membawa Rani ke rumah sakit, keadaanya akan menjadi parah jika hal itu terlambat.
"Zi, kamu jangan khawatir om akan urus Rani." Setelah mengatakan itu Adam masuk ke dalam mobil.
Mobil Adam sudah pergi. Namun rasa penasaran masih menghantui murid SMA Darmawangsa yang tidak mau ketinggalan berita ini. Para human selalu begitu. Kepo. Apa yang menjadi masalah orang lain, selalu ingin tahu.
"Zi, barusan itu om Rani?" tanya Riski.
"Om gue. Dia pacarnya Rani."
Daebak.
Riski menggeleng tidak percaya. Berbeda dengan Deril yang masih tidak bergeming ditempatnya. Pasti ia sangat terpukul karena tidak tahu apa-apa mengenai Rani.
Bella yang entah darimana itu tiba-tiba datang menemui mereka.
"Zi, Rani kenapa? Sorry, gue habis rapat." Menjadi wakil ketua osis membuat Bella ketinggalan berita. Ia harus mengikuti rapat dadakan yang entah untuk apa. Padahal jika dilihat dari segi apapun Bella tidak cocok masuk ke dalam organisasi tersebut, apalagi menjabat sebagai wakil ketua osis. Mungkin semacam keberuntungan, bagaimanapun ia harus bisa bertanggung jawab. Meski Bella terkenal sombong, ia masa bodo dengan omongan orang. Yang penting bahagia! Itu slogan hidupnya.
"Rani pingsan tiba-tiba, gue juga enggak tahu dia kenapa."
Bella mengusap pundak Zira supaya tidak khawatir lagi.
Zira kaget saat Deril mendekatinya. Tatapan lelaki itu sangat tajam, seperti orang yang marah. Matanya memerah.
"Zi, tolong jawab jujur pertanyaan gue," nafas Deril terengah-engah. "Rani, dia sakit apa? Gak mungkin lo sahabatnya gak tahu," tuntut Deril yang berusaha menahan amarahnya.
"Setahu gue Rani punya maag, anemia, sama insomnia, cuma itu yang gue tahu."
Deril menggeram frustasi. Dia beralih pada Bella.
"Please ikut gue." Deril menarik tangan Bella dan membawanya entah kemana.
Zira merengek kesal. Masih ada Riski disampingnya. Namun tiba-tiba Riski menggenggam tangannya, membuat sang empu terperanjat kaget.
"Jangan khawatir Rani baik-baik aja," kata Riski sembari menarik Zira ke kelasnya.
****
Adam terlihat gusar saat perawat mendorong brankar Rani ke ruang ICU. Dia berharap keadaan gadisnya baik-baik saja. Seharusnya tadi pagi Rani tidak boleh sekolah. Mau bagaimana lagi, sudah terlajur terjadi.
Ponsel Adam berdering, menandakan ada panggilan masuk. Dia menggeram. Tidak tepat sekali.
"Saya sibuk."
Adam langsung menonaktifkan ponselnya agar tidak mengganggu. Masa bodo akan perkerjaannya, Rani adalah yang terpenting.
Tidak lama kemudian Dokter Dira keluar dari ruangan rawat. Adam berharap tidak terjadi apa-apa dengan Rani.
"Bagaimana keadaan Rani?" nafas Adam naik turun.
"Keadaan Rani baik-baik saja sampai saat ini. Dia hanya kelelahan berpikir." Dokter Dira tersenyum simpul saat melihat Adam bernafas lega. Beruntung lelaki itu membawa Rani tepat waktu. "Saya lihat Rani mengenakan baju sekolah. Apa dia masih nekat sekolah?" tanya dokter Dira.
Adam mengangguk.
Dokter Dira menghela nafas kecewa. "Tolong bujuk dia agar berhenti sekolah. Itu tidak baik untuk pengobatannya. Dia akan drop jika banyak berpikir."
Tanpa diberitahu pun Adam sudah tahu. "Baik."
"Kamu boleh menemui Rani, namun dia masih belum sadar. Saya harap kamu bisa menjaganya," ucap dokter Dira seakan-akan ucapannya adalah pesan untuk Adam. Ia pun berlalu pergi untuk melaksanakan tugasnya kembali.
Adam bergegas masuk ke dalam ruangan Rani. Melihat gadisnya yang terbaring belum sadarkan diri, membuat hati Adam meringis.
Bagaimana bisa dia meninggalkan Rani dalam keadaan seperti ini?
--REDAM--
Help me, udah share cerita ini? Wah, makasih ya.
Siiu next chapter 🙆
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Yours Last [END]
Teen FictionAWAS BAPER ⚠️ "Suka sama Om-Om? Bodoh amat. Orang gue yang suka," kata Rani kesal. Menyukai seseorang tidak ada salahnya, kan? Lagipula itu adalah hak seseorang. Terserah kalian mau bilang apa. Bagi Rani, laki-laki dewasalah yang pantas menjadi pen...