MG; lima

3.3K 233 8
                                    

"Ra, kalo nggak kuat pulang bareng gue aja," ajak Zira sembari membereskan bukunya.

"Gue kuat, Zi."

"Beneran?"

"Iya."

Keadaan Rani sudah membaik. Ia sudah istirahat penuh di UKS tadi. Ditambah lagi meminum obat yang sahabatnya berikan. Mereka melangkah bersama menuju parkiran. Meski begitu Zira tetap mengawasi Rani untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan.

"Zi, gue mau cerita nih," ujar Rani pada sahabatnya.

"Cerita aja Ra, kayak sama siapa aja lo."

Rani menyengir kuda. "Zi, gue kemaren malam pulang bareng Om ganteng."

Zira membelalak kaget dan berhenti. "Ra, apaan sih, ingat masa depan lo."

"Dengerin dulu Zi. Lagian Om-Om nya bukan sembarangan. Gue kemaren tuh dicegat preman."

"Ha?! Ra, lo tuh bikin gue khawatir tahu nggak!"

Rani kaget saat melihat reaksi Zira yang khawatir. "Ya maaf, Zi. Lagian jalan itu tuh jarang banget ada premannya."

"Tapi buktinya lo dicegat preman."

"Udah takdir mungkin. Lagian gue seneng bisa ditolongin Adam."

Zira mengeryit. "Siapa lagi tuh, Adam?"

"Om ganteng," ucap Rani. "Dia yang nolongin gue. Beuh, dia ganteng banget pas berantem. Coba lo di sana. Eh, jangan deng. Entar kalo lo di sana gue enggak bisa pulang bareng Om ganteng."

"Dasar Rani gila."

"Gila-gila gini masih mau ditemenin."

"Anggap aja gue kepaksa."

"Jahat banget Zi."

"Lagian lo ngeselin. Gue tuh mau lo berubah, bukannya tambah jadi," kesal Zira.

"Gue berubah kok Zi. Gue udah nggak pulang jam satu malem."

"Jam berapa lo pulang?"

"Jam sebelas."

"Apa bedanya Ra, itu sama aja lo pulang malem," greget Zira. "Lagian penting banget ketemu mereka."

"Gue bosen di rumah, Zi."

"Main ke rumah gue."

"Ah, di sekolah juga pasti ketemu."

"Tapi Rani mereka tuh enggak bener."

"Prinsip gue banyakin teman sebelum banyakin lawan." Rani kecewa pada Zira, namun dia tidak bisa. Sebab, yang dikatakan Zira itu untuk kebaikannya.

"Terserah lo, Ra." Zira berlalu pergi. Dia sudah lelah merubah Rani yang tidak akan pernah berubah.

Rani mengejar Zira. "Zi, tunggu. Gue janji nggak bakal pulang malem lagi."

"Terserah, pulang subuh juga nggak ada yang larang."

Rani tertawa renyah. "Bisa aja lo Zi. Yaudah, mulai besok gue nggak main bareng mereka lagi, deh."

"Terus?"

"Ya, kita main bareng lagi. Kangen juga sama masakan bunda." Rani merangkul sahabatnya, mereka seperti perangko yang tidak terpisahkan.

"Bilang aja lo mau ketemu bang Rendi," tandas Zira.

"Sembarangan. Nanti dilabrak kak Sisil kalo gue gebet bang Rendi."

"Pacar abang gue nggak jahat kali. Lagian bentar lagi mereka tunangan."

"Serius lo? Berarti nikah muda dong." Zira mengangguk.

"Yah, patah hati dong gue."

"Nggak usah lebay, mereka baru tunangan."

•••

Rani sudah rapi dengan dress biru mudanya. Rambutnya sengaja di gerai dan tak lupa dijepit sedikit dekat telinga.

"Cantik banget non, mau kemana?"

Rani tersenyum. "Mau ke rumah Zira, bik. Abangnya tunangan."

"Pergi sendiri?"

"Iyalah, bik. Sama siapa lagi coba."

"Kirain dijemput Den Adam."

Rani tertawa. "Boro-boro dijemput, orang baru kenal juga."

Rani pun pamit lalu keluar memasuki mobilnya. Malam ini ia sengaja mengendarai mobil, karena tidak memungkinkan untuk mengendarai motor dengan style yang dikenakannya.

Sesampainya di rumah Zira, ia langsung masuk dan menemui sahabatnya. Di rumah Zira tidak banyak orang datang, karena acaranya khusus keluarga dan sanak family.

"Kak Sisil cantik banget," ujar Rani melihat calon kakak Ipar Zira yang berdiri dengan gaun panjang nan anggun.

"Iyalah, abang gue aja ganteng."

"Kalo gue sama bang Rendi cocok nggak?" Pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu dipikirkan.

"Males banget gue punya kakak ipar kayak lo."

"Jahat banget Zi, tega lo sama gue."

"Lebay, Ra."

Rani mengambil kue yang ada dimeja. "Zi, fotoin gue tolong." Lalu memberikan ponselnya pada Zira.

Mau tidak mau Zira mengambilnya.

"Fotoin gue yang cantik Zi, gue mau post di Instagram," suruh

"Iya-iya, udah lo gaya yang bener."

Rani bergaya sedemikian cantik. Bergaya seperti selebgram. Aksi berhenti saat melihat Adam berjalan masuk ke tengah-tengah acara.

"Zi, lo undang Adam?" histeris Rani.

"Ha? Gue aja nggak kenal."

"Tapi dia di sini."

~Next~

Holaa, aku update dong. Gimana seru nggak?

Btw, Rani tuh orangnya nggak bisa ditebak. Kayak bunglon, suka berubah.

Terus pantengin MG ya.
Jangan lupa Votmen.

IG: @elsamhri__

Yang mau di Follback silakan DM dan jangan lupa bilang kalau kamu pembaca "ME GUSTA".

Tencu.

I'm Yours Last [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang