MG; empattujuh

1.9K 110 6
                                    

Adam tampak gusar melihat Rani yang sedang ditangani dokter. Tadi pagi ia berencana mengajak Rani untuk berolahraga ringan, namun saat itu juga Rani terduduk dan menggeram kesakitan pada perut kirinya. Alhasil rumah sakit menjadi akses terbaik untuk Rani agar segera pulih. Dan Tuhan tetap nomor satu.

Semakin hari keadaan Rani bertambah buruk. Sama sekali tidak ada perubahan. Kemarin Adam sudah melakukan pengecekan pada ginjalnya, namun sayang ginjalnya tidak cocok untuk Rani. Dia tidak ingin kehilangan Rani, gadisnya. Hal terbaik harus dia lakukan demi gadis itu.

"Adam," panggil Dokter Dira yang baru saja keluar dari dalam ruangan Rani dirawat.

Pikiran Adam campur aduk. Semoga tidak terjadi apa-apa dengan Rani.

"Keadaan Rani sudah membaik. Dia mau bertemu kamu," ujar Dokter Dira pada Adam. Tangannya diselipkan ke dalam saku jasnya.

Adam menghela nafas lega. Akhirnya Tuhan mengabulkan doanya.

"Tapi tolong jangan buat dia banyak pikiran," pesan Dokter Dira. Sebagai Dokter, ia sangat menyayangi pasiennya. Sebisa mungkin, apapun itu, demi kesembuhan pasien ia siap berkorban. Karena itu sudah kode etik kedokteran. Namun hanya Tuhan yang tahu hidup dan mati. Dokter hanya sebagai perantara.

Adam menganggukkan kepala. "Terimakasih, saya akan menemui dia," ujarnya.

Adam berjalan masuk menemui Rani. Melihat gadis itu terbaring di brankar membuat hatinya meringis.

"Adam," panggil Rani dengan lirih pada lelaki yang sedang duduk disamping brankarnya.

"Aku rasa umur aku gak lama lagi," ujarnya lagi. Bersamaan dengan tatapan sendu yang ia layangkan.

Adam menggeleng penuh keyakinan. "Kamu pasti sembuh. Saya sudah menyuruh Dokter untuk mencari ginjal yang cocok buat kamu. Saya yakin Tuhan mengabulkan doa saya. Doa kita."

Senyum terpancar dibibir Rani. Sebegitu takutnya Adam jika ia pergi?

"Ada berapa lagi sisa permohonan aku?" tanya Rani.

"Satu. Hanya itu."

"Kalo gitu aku mau pake sekarang."

"Dengan senang hati saya akan mengabulkan permohonan kamu," ujar Adam dengan nada begitu lembut. Adem dengarnya.

"Yakin?"

Adam mengangguk. "Seyakin saya mencintai kamu."

Gombalan Adam membuat Rani tertawa meski sakit yang dia miliki masih begitu terasa.

"Ya udah kalo gitu aku mau minta kamu rekamin aku sekarang. Bukan cuma sekarang, setiap kita berdua aku mau direkam biar jadi kenang-kenangan."

Deg. Apa itu tanda akan perginya Rani? Jangan mengada-ada. Debaran dada Adam semakin menyesak mendengar itu. Namun ia harus menyetujui permohonan tersebut.

"Demi kamu saya akan lakukan."

Rani bertepuk tangan dengan senyum  riang. Melihat Rani seperti itu benar-benar membuat Adam ingin segera menikahinya. Gadis lugu bermata indah, mempunyai senyum manis dan berhati baik, Rani lah orangnya. Adam menyukai itu.

Untuk sekarang Adam merekam dengan ponselnya yang ia letakkan di atas meja sebrang.

"Adam coba senyum," suruhnya.

"Kamu terpesona dengan senyum saya?"

Rani mengangguk layaknya anak kecil. "Iya. Manis soalnya. Kaya Om-om yang aku suka."

"Siapa itu?"

"Rahasia."

Adam melipat kedua tangannya di depan dada. Wajahnya berubah datar karna ucapan Rani barusan. Ia cemburu. Ah, Adam terlalu takut kehilangan gadisnya.

Melihat perubahan itu Rani langsung tergelak.

"Muka kamu nakutin tau gak," ujar Rani sambil terkekeh geli.

"Siapa Om-om itu? Kamu selingkuh dari saya?" hardik Adam dengan nada serius.

Rani terdiam. Ingin tertawa namun rasanya tidak tepat. Lihat saja wajah Adam terlihat menyeramkan.

"Gak. Mana mungkin aku selingkuh," jawab Rani, lalu memalingkan wajahnya sambil menahan tawa.

"Lalu?"

Rani menatap Adam penuh mengintimidasi. "Om-om yang buat aku jatuh hati pertama kalinya. Itu kamu."

"Sudah saya duga."

"Ishh, kok kamu kepedean? Kalo aku pilih yang lain gimana?"

"Saya akan rebut kamu dari pria itu."

"Egois," desis Rani kesal

"Bukan saya tapi kamu," ujar Adam membuat Rani kebingungan. "Egois diperuntukkan untuk orang yang tidak bersyukur."

Rani mengeryitkan kening. Bingung.

"Aku bersyukur."

"Baguslah."

Tangan Adam mengacak puncak kepala Rani. Tampak menggemaskan. Gadis itu membalas senyum Adam.

"Saya akan bersama kamu selamanya."

"Sampai aku dipanggil Tuhan?"

"Kita berdua dipanggil Tuhan."

--REDAM--

Hallo, yeay update!
Jangan lupa share ya.
Jangan lupa juga follow IG ku yang ada di bio.

Bai Bucinnestar ✨

I'm Yours Last [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang