Percaya saja. Namun jangan percaya jika kau tahu itu dusta.
--REDAM****
Sudah beberapa kali Adam memencet bel rumah Rani. Namun tidak ada jawaban apapun. Apalagi membuka pintu. Adam mengambil ponselnya dan menghubungi gadisnya. Tidak terhubung. Sebenarnya ada apa? Adam terlihat gusar, frustasi takut terjadi apa-apa dengan Rani.
Adam pun menghubungi dokter Dira. Ia meminta nomor dokter tersebut tempo hari.
"Apa Rani bersama kamu?" tanpa basa-basi lagi Adam bertanya.
"Iya, ia pingsan."
Tanpa pikir panjang Adam bergegas memasuki mobilnya dan menuju rumah sakit. Perasaanya berkecamuk. Ditambah lagi tadi ia bertemu dengan wanita yang rencananya akan menjadi tunangannya.
Setelah beberapa menit Adam pun sampai dirumah sakit. Dengan langkah cepat nan tegap, ia berjalan menuju ruangan biasa Rani dirawat.
Dokter Dira baru saja keluar memeriksa Rani. Dengan cepat Adam menghampirinya.
"Dira, bagaimana keadaan Rani?" tanya Adam dengan wajah yang tercetak jelas jika ia khawatir.
"Rani pingsan. Beruntung ada orang yang membawanya dengan cepat." Dokter Dira menaruh tangannya di dalam saku jaket dinasnya.
Deg. Siapa?
Tanpa memperdulikan dokter Dira, Adam menerobos masuk ke dalam ruangan. Nafasnya memburu saat mengetahui ada lelaki yang duduk sembari menatap Rani yang masih pingsan itu.
Adam menarik kerah baju lelaki tersebut. Membuat sang empu kaget bukan kepalang.
"Ngapain kamu disini?" sarkas Adam naik pitam pada lelaki dihadapannya.
Lelaki tersebut berusaha bangkit. Tarikan Adam membuat punggungnya nyeri akibat menumbur lantai. Nafasnya naik turun melihat Adam.
"Kenalin gue Reyhan." Perkenalannya tidak dianggapi oleh Adam. Jabat tangannya saja ditolak. Reyhan mendesis tidak suka. "Gue yang bawa Rani kesini."
Adam menatap jengah pada Reyhan. Masa bodo dengan lelaki itu. Yang penting gadisnya selamat.
Pintu ruangan dibuka seseorang. Ternyata bik Surti, ia baru saja kembali dari menebus obat.
"Den Adam?" Bik Surti yang kenal jelas pemuda itu pun langsung mendekatinya.
"Syukurlah den Adam datang. Sebelum non Rani pingsan dia sempat panggil nama den." Kejadian tadi pagi benar-benar membuat panik bik Surti. Beruntung ada yang membantunya, Reyhan.
Adam mendekati brankar Rani. Mengusap pelan puncak kepala gadisnya. Setidaknya ia harus berterimakasih pada Reyhan karena sudah membawa Rani tepat waktu.
"Terimakasih atas bantuanya," ucap Adam pada Reyhan.
Reyhan menatap tidak percaya. Padahal rencananya tadi bukanlah membantu Rani, melainkan mencelakainya. Bukan tanpa sebab ia ingin melakukan hal itu, namun mendapati Rani sedang pingsan membuat jiwa kemanusiannya muncul. Alhasil, Reyhan membawa Rani kerumah sakit terdekat.
Adam berdehem mendapati Reyhan tidak memberi respon. "Sebenarnya apa yang ingin kamu lakukan dirumah Rani? Kamu tidak sekolah?" tanyanya.
"Gue ada urusan sama dia."
"Apa?"
"Bukan urusan lo."
Reyhan hendak keluar dari ruangan, namun perkataan Adam menghentikannya.
"Saya tahu siapa kamu," tutur Adam dengan lantang.
Reyhan tersenyum miring. "Sok tahu lo," balasnya tanpa takut. Padahal ia tahu jika Adam lebih tua darinya.
Adam terkekeh mengejek. "Reyhandi Wilson. Anak pemilik Darmawangsa yang terkenal dengan kedermawanannya, Abbas Wilson." Dia melipat tangannya di depan dada. "Bukan begitu?" tanya Adam.
"Semua orang juga tahu gue anaknya dia."
"Saya tahu rahasia kalian," balas Adam sembari berjalan keluar. Ia tidak ingin membuat kekacauan di dalam sana.
Reyhan pun ikut keluar mendapati Adam sudah mendahuluinya.
"Maksud lo apa?" sarkas Reyhan.
"Saya lebih tua dari kamu."
"Gue gak peduli. Seberapa jauh lo tahu rahasia keluarga gue?" Pikiran Reyhan mulai berkecamuk. Takut jika rahasia itu tersebar. Bisa hancur citra keluarganya jika hal itu terjadi.
"Kamu tidak perlu tahu."
"Shit!" umpat Reyhan. "Gue gak ngerti lo maunya apa. Sebenarnya lo siapa? Penguntit keluarga gue?!" amarahnya tidak dapat ditahan lagi. Reyhan maju, ia hendak menghajar Adam.
Dengan cepat Adam menghindar dari hajaran Reyhan, tangannya mengunci tangan Reyhan tanpa ampun.
"Ajak keluarga kamu menjalani tes urine," ucap Adam.
--REDAM--
Hai, makasih yang masih setia baca. Aku sengaja gak panjang buat partnya. Setiap part gak kurang dari 800 kata. Biar kalian cepat baca, wkwk.
Jangan lupa share ya bucinnestar!
Mulai hari ini aku panggil kalian Bucinnestar 🙆
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Yours Last [END]
Teen FictionAWAS BAPER ⚠️ "Suka sama Om-Om? Bodoh amat. Orang gue yang suka," kata Rani kesal. Menyukai seseorang tidak ada salahnya, kan? Lagipula itu adalah hak seseorang. Terserah kalian mau bilang apa. Bagi Rani, laki-laki dewasalah yang pantas menjadi pen...