Ekstra Part (1)

4.4K 201 59
                                    

Akhir Tak Bahagia–Misellia
(Official Music Vidio)

****

Hi, aku update nih! Sesuai janji karena readers sudah mencapai 20k! Akhirnya, ya.

Dan sekarang tugas kalian baca part ini sekaligus votmen banyak-banyak biar cepet update.
Gampang kok, cukup vote 50 dan komen 50! Atau readers nya tembus 28k!

Setuju?

****

Katanya, dunia sedang tidak baik-baik saja.
Sama halnya dengan kita yang tak
tahu jalan pulang.
Ku perjelas jika pertemuan satu paket dengan keikhlasan tanpa ruang.
Dan ku coba mengerti, akhirnya tak temu titik terang.

Semua orang tak berhenti menangis semenjak mendengar berita duka. Berita yang memberitahukan bahwa Adam sudah tiada. Mereka sangat terpukul atas kepergiannya. Apalagi Zira selaku keponakan Adam yang menangis di samping jenazah korban.

Mengapa semua terjadi begitu cepat? Kejadian beberapa hari lalu masih menyisakan tanya. Adam sempat dinyatakan koma, kemudian takdir berkata lain. Tuhan mencabut nyawanya lebih dulu sebelum melihat Rani.

Dokter yang bertugas menangani Adam pun sudah bersiap agar jenazah segera dimandikan.

"Permisi, maaf, sebaiknya jenazah dimandikan segera. Pihak rumah sakit sudah menyiapkan semuanya." Tidak sampai hati Dokter mengatakan itu, tapi mau bagaimana lagi itu sudah menjadi aturan.

"Gak! Om saya belum meninggal!" teriak Zira tidak rela dokter membawa Adam pergi.

Halimah sebagai orang tua Adam hanya bisa meratapi putra bungsunya yang telah tiada. Air matanya sudah tak terbendung lagi. Ia juga tidak tega melihat cucunya terus menangis.

"Zira, biarkan mereka menjalankan tugasnya. Om kamu memang harus segera dimandikan, tidak baik menunda pemakaman," ujar Halimah memberitahu pada cucunya, walau pun dalam hatinya masih ingin terus bersama Adam.

"Tapi Oma, Zira masih mau sama Om Rully." Zira menangis sesenggukan.

"Ikhlaskan kepergiannya. Om mu pasti sudah tenang di sana." Halimah menarik Zira agar segera menjauh dari jenazah Adam. "Oma juga sedih, tapi ini semua sudah takdir. Ikhlasin, ya."

Apa yang dikatakan Oma-nya benar, Zira harus mengikhlaskan kepergian Om satu-satunya itu. Ia percaya bahwa Tuhan lebih sayang dengan Om-nya.

"Iya, Oma." Zira mengusap bulir air mata yang sudah membengkakkan matanya.

"Nah, ini baru namanya cucu Oma." Halimah terus memberikan kekuatan untuk cucunya. "Sekarang kita keluar, yuk. Mama sama Papa kamu sebentar lagi sampai," ajaknya.

Kedua orang tua Zira sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit selepas sampai di bandara. Mendengar kabar jika Adam sudah tiada mengharuskan mereka meninggalkan pekerjaan di Singapura.

****

Orang tua Rani ikut turut berdukacita atas kematian Adam atau calon suami dari anaknya. Mereka terpukul dan merasa bersalah, jika tidak demi Rani, pemuda itu masih tetap ada. Sudah banyak pengorbanan yang dilakukan Adam untuk puterinya. Bahkan, melebihi apa yang diberikan mereka pada Rani.

I'm Yours Last [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang