MG; tigaempat

1.9K 128 3
                                    

Mencintai, sakit hati, adalah paket komplit jatuh cinta.
--REDAM

****

"Kalo ada apa-apa telpon saya."

"Aku takut ganggu."

"Kamu prioritas, bukan pengganggu."

Deg. Debaran tidak beraturan melemahkan jantung Rani. Dia baper. Ah, lagipula baper dengan pacar sendiri. Adam sungguh romantis bukan?

"Iya, iya, udah sana pulang." Rani mengibas tangannya, menyuruh Adam agar segera pulang. "Makasih udah dianterin pulang. Maaf ngerepotin."

Adam menggeleng. Dia gemas dengan Rani. "Saya suka kamu sekarang. Tetap seperti ini."

"Aku juga suka Adam yang sekarang. Jangan cuek lagi."

"Saya usahakan."

Adam bergerak mendekat. Tiba-tiba langsung memeluk Rani. Membuat sang empu terperanjat kaget.

"Adam?"

"Jangan tinggalin saya." Adam mempererat pelukannya.

"Aku enggak akan tinggalin kamu."

"Tetap percaya sama saya."

"Iya aku percaya sama kamu."

Adam melepaskan pelukannya. Tangannya menangkup pipi Rani, menatapnya lekat. Rani yang mendapat perlakuan seperti itu sungguh kebingungan.

"Saya cinta kamu tanpa alasan."

Setelah mengatakan itu, Adam mengacak rambut Rani pelan. Lalu dia berdiri.

"Saya pulang."

Tanpa menunggu respon Adam pun keluar dari kamar Rani.

Mengapa dengan Adam?

Sungguh lelaki itu sangat sulit ditebak. Salah satu yang Rani suka dari Adam adalah sikap posesifnya. Wajah yang datar dan cuek. Dan senyumnya jangan lupa. Jika sudah senyum, Adam tampak tampan, sekali.

Rani membuang rasa khawatirnya dan mengambil ponsel yang tergeletak dimeja.

Panggilan dari Ziraa (20)
Pesan dari Ziraa (30)

Tanpa pikir panjang dia pun menghubungi Zira.

Terhubung.

"Rani, lo kemana aja? Daritadi gue telponin."

"Kan gue sakit." Jika sudah seperti ini Rani hanya bisa menghela napas pasrah, karena posesifnya sahabat sangat erat.

"Lo sakit apa, sih?"

"Demam."

"Udah minum obat, kan? Gue mau jenguk tapi gue lagi kerjain tugas kita."

"Emangnya ada tugas?"

"Iya, dikerjain sama temen sebangku. Kalo lo demam gue aja yang kerjain. Mudah gini."

"Makasih, Zi." Rani merasa tidak enak, namun mau di apakan lagi. Keadaannya tidak memungkinkan. Jikalau dipaksa pun resikonya tinggi.

"Iya. Kalo gitu udah dulu Ra, gue mau lanjut nugas. Lo kalo ada apa-apa telpon gue."

"Oke."

Setelah panggilan berakhir Rani tersenyum kecut. Bagaimana bisa ia membohongi Zira? Ah, mungkin ini yang terbaik.

Muncul notifikasi pesan.

Bang Deril: Sekarang gimana keadaanya?

Rani: Lumayan mendingan. Barusan udah minum obat.

Bang Deril: Istirahat, jangan main hp terus.
Bang Deril: Mama belum bisa jenguk, barusan pergi ke Semarang.

Rani: Iya, enggak papa.

Bang Deril: Nanti malam abang ke rumah.

Rani: Enggak usah, aku mau istirahat.

Bang Deril is calling...

"Nanti malam kalo ada apa-apa siapa yang ngurus? Om Adam kerumah?

Rani terkekeh pelan. "Ngapain dia kerumah kayak enggak ada kerjaan aja."

"Siapa tahu."

"Ya enggaklah. Abang juga enggak usah kerumah. Aku capek mau tidur," ucap Rani. Dia melakukan itu agar Deril tidak curiga tentang penyakitnya. "Jangan marah," lanjutnya.

Terdengar suara Deril yang berdecak kesal. "Tapi kalo ada apa-apa kabarin abang."

"Iya tenang aja."

"Ya udah istirahat. Tidur."

"Iya."

"Mandi jangan lupa pake air hangat, udah sore."

Rani menggeleng bingung. Sikap Deril seperti ini membuatnya ingin tertawa. "Iya, abang sayang."

"Ra, jangan panggil sayang rasa yang kemaren belum hilang."

"Rasa apa?"

"Rasa cinta."

"Katanya udah enggak cinta."

"Baper sama adek sendiri enggak papa, kan?"

"Enggak boleh, lah!"

"Bercanda." Deril tertawa ditempatnya. "Susah kalo jatuh cinta sama cewek yang udah jadi adek."

"Untung aku cintanya sama Adam. Kan rumit kalo cintanya sama abang. Sakit hati enggak hilang-hilang."

"Itu yang abang rasain sekarang. Sakit hati."

"Bang, cari cewek lain aja sana, kalo enggak sama Zira. Dia jomblo."

"Ah, si judes. Kurang srek abang."

"Dia enggak judes." Rani mengatakan yang sebenarnya. "Kalo enggak sama si Bella."

"Siapa Bella?"

"Temen aku. Mau nomernya?"

"Mau, deh, entar kirim ke abang."

Rani terkekeh pelan. "Semoga berhasil."

"Berhasil move on dari kamu."

--REDAM--

Gimana, suka?

Besok lebaran.
Minal 'aidzin 'walfaidzin, mohon maaf lahir dan batin. Kalo aku ada salah mohon dimaafkeun.

Manusia harus saling memaafkan. Maafin mantan jangan lupa. Soalnya kenangannya tuh enggak bisa dilupa. Hayoloh yang punya mantan. Untung aku gak ada. Doi banyak, mantan enggak ada, dong.

Siiuu next chapter.

I'm Yours Last [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang