Dari degup dada. Rasa itu benar-benar nyata. Namun, hati tidak terima saat tahu ego mendahului.
--REDAM.****
"Mana sih Adam, kok belum dateng juga."
Rani duduk dengan raut wajah kesal, sudah satu jam Adam tak kunjung datang.
"Lupa mungkin den Adamnya, Non," sahut Bik Surti yang baru saja keluar dari dapur.
"Lupa masa kelewatan."
"Nggak dihubungin dulu?"
"Udah tapi nggak direspon."
Drrtt---
Ponselnya berdering ada notifikasi dari Adam yang menelponnya. Rani Kaget sembari berujar kesal.
"Kenapa, mau bilang kamu nggak jadi datang?"
"Maaf."
"Aku udah siap."
"Rencana dibatalkan, saya ada urusan mendadak."
"Oh. Ya udah lain kali kalo janji ditepatin."
Tut--
Rani memutuskan panggilan, biarkan saja Adam di seberang sana marah, Rani tidak peduli.
"Nggak jadi, Bik." Rani membuang napas kesal.
"Sabar, Non. Lagian urusan den Adam juga dadakan."
Rani beranjak ke kamar. Dia mengganti bajunya dengan baju tidur. Hari ini Rani dibuat kesal. Adam benar-benar menghancurkan mood nya. Malas memikirkan itu, lantas ia memilih membuka instagram.
Beberapa notif muncul di akunnya.
@derilagoz1 mengirim Anda pesan.
Hai,
Gue Deril.
Kita satu sekolah.
Gue anak IPA 4.Rani men-acc pesan itu, kemudian membalasnya.
@rnishdw
Terus?@derilagoz1
Bisa ketemu di kantin, besok?@rnishdw
Untuk?@derilagoz1
Gue mau ngomong.@rnishdw
Penting banget apa? Gue aja nggak tau lo.Malas dengan urusan tidak penting. Rani memutuskan untuk tidur. Berharap mimpi indah datang di tidurnya malam ini. Semoga.
****
Rani lebih memilih tinggal di kelas daripada ke kantin. Tadi, tiba-tiba tubuhnya mendadak panas, selera makan menurun. Mungkin akibat terlalu banyak aktivitas yang membuat tubuhnya kelelahan.
"Mending lo pulang aja, Ran," ujar Zira khawatir.
"Gue mana kuat bawa motor." Suara Rani terdengar lemah.
"Entar gue yang anterin."
"Ada ulangan."
Zira mendadak bingung. Dirinya tidak ingin tertinggal ulangan. Tapi kondisi Rani harus bagaimana?
"Gue minta jemput Om Rully aja, deh." Zira mencari jalan keluarnya.
"Jangan."
"Why?"
"Dia sibuk."
Zira terkekeh. "Dari mana lo tahu."
"Pokoknya jangan."
Zira paham. Rani tidak ingin kepentingannya menjadi beban orang lain. Lebih baik hal seperti itu dihindari.
"Rani! Ada yang cari nih." Bella--gadis sok cantik di kelas berteriak memberitahu.
"Lo duduk aja, biar gue yang liat." Zira menemui orang tersebut.
"Siapa lo?" tanya Zira. Baru kali ini cowok di sekolah menemui Rani. Biasanya mereka hanya mengirim kado dan surat lewat Zira.
"Kenalin gue, Derilagozi."
"Perlu apa lo sama Rani? Penting banget kayaknya," hardik Zira.
Deril terkekeh menatap Zira. "Gue udah nyuruh dia buat ketemuan di kantin. Daritadi gue tunggu, ternyata dia nggak dateng."
"Buat apa?"
"Ada urusan yang harus gue selesain."
"Kasih tahu gue," ujar Zira, membuat Deril terkekeh kembali.
"Entar juga lo bakal tau. Sekarang gue mau ketemu sama dia."
"Dia didl dalam lagi nggak enak badan. Kalo lo mau ketemu jangan sekarang, besok bisa."
Deril tetap memaksa masuk hingga membuat Zira kesal. Upayanya menjaga Rani dari cowok asing, gagal.
Deril masuk menemui Rani yang sedang menenggelamkan wajahnya di atas meja. Deril benar-benar merasa khawatir saat tahu Rani jatuh sakit. Sedangkan Zira, dia mengumpat dalam hati akibat Deril yang pemaksa.
"Rani," ujar Deril.
Rani menegakkan wajahnya saat mendengar ada yang memanggil. Dia kaget melihat seseorang berdiri di depannya.
"Lo siapa?" Suara serak Rani terdengar. Keadaan gadis itu benar-benar lemah sekarang.
"Gue Deril yang DM semalem."
Rani mengingatnya. "Terus?"
"Ada yang mau gue omongin."
"Apa?"
"Mama minta lo balik."
--R E D A M--
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Yours Last [END]
Teen FictionAWAS BAPER ⚠️ "Suka sama Om-Om? Bodoh amat. Orang gue yang suka," kata Rani kesal. Menyukai seseorang tidak ada salahnya, kan? Lagipula itu adalah hak seseorang. Terserah kalian mau bilang apa. Bagi Rani, laki-laki dewasalah yang pantas menjadi pen...