MG; duapuluh

2.5K 156 5
                                    

Jantungku berdebar.
Kalo kamu gimana, sama?
--REDAM

****

Rani mengetik pesan diponselnya, membuat Adam yang menyetir menjadi penasaran.

"Pesan siapa?" tanya Adam seperti orang cemburu.

Rani segera menyimpan ponselnya kedalam tas. "Dari Deril, kakak baru." Dia tersenyum kearah Adam. Senyumnya manis.

Adam tidak berniat untuk melanjutkan obrolan.

"Kok diem, tanya lagi dong." Sungguh Rani tidak tahu malu. "Aku suka ditanya-tanya." Rani tertawa.

Apa yang dia tertawakan? Pikir Adam sambil melirik Rani.

"Oh iya, kamu udah suka sama aku? Butuh kepastian." Rani mendekatkan wajahnya tepat disamping wajah Adam. "Cewek enggak suka cowok php."

Tangan sebelah kiri Adam menjauhkan wajah Rani yang menganggunya. "Jauh-jauh kamu, saya tidak suka."

"Maaf. Lagian kamu enggak kasih aku kepastian." Rani melipat kedua tangannya di depan dada.

"Saya harus apa?" tanya Adam seolah-olah tidak mengerti.

"Tembak aku. Jadiin aku pacar. Kalo kayak gini apa? Belum ada status udah disuruh nemuin mama kamu." Rani memajukan bibirnya, mencibir Adam dengan ekpresi yang masih datar.

Adam berpikir sejenak. Dirinya juga tidak tahu maksud sebenarnya untuk mengajak Rani kerumahnya. Hingga rela meninggalkan meeting demi antar-jemput gadis cerewet itu.

Perlu pertimbangan penuh Adam mengatakan bahwa dirinya jatuh hati pada Rani. Mungkin sudah waktunya.

"Saya suka sama kamu." Adam berkata dengan suara datarnya dan mata masih fokus kedepan.

Rani terbelalak kaget. "SERIUS!? OMAIGAT, AKU DI TEMBAK!" Rani berteriak, membuat Adam menjauhkan telinganya agar tidak pecah. "Adam beneran suka Rani?" tanya Rani dengan senyum manis.

"Sumpah gadis ini buat gue gila," batin Adam menjerit.

"Jawab Adam." Rani memaksa Adam yang bungkam.

Adam menepikan mobilnya kesisi jalan. Membuat Rani menjadi deg-degan saat Adam menoleh kearahnya.

"Mau jadi pacar saya?" Sungguh Adam tampan sekali.

"YA MAULAH!"

"Yaudah." Adam menjalankan mobilnya kembali.

"Yaudah apa?" Rani kebingungan.

"Kamu pacar saya sekarang."

"Demi apa ini nyata!?"

"Nyata." Adam menjawabnya. Sejak awal bertemu rasa Adam pada Rani mulai tumbuh. Walaupun gadis itu menyebalkan, namun Adam selalu tegar.

"Makasih," ucap Rani. Lalu dia mengambil ponselnya dan menghadapkannya kearah Adam. Laki-laki itu menutup wajahnya, layaknya orang menghindar. "Aku mau fotoin kamu. Biar ada kenang-kenangan pas kita jadian." Rani berusah membujuk Adam, namun ditolak.

"Tidak. Wajah saya mahal."

Rani berdecak kesal. "Yaudah muka kamu tutup sebelah, biar aku boomerangin." Adam masih saja tidak mau. "Adam, please, kali ini aja," rengek Rani memohon.

Sungguh Adam tidak percaya pada gadis itu. Hanya kali ini? Mustahil. Tunggu saja besok atau bahkan nanti Rani akan memintanya lagi. "Hanya sekali." Adam dengan terpaksa menerimanya.

Rani bersorak ria dalam hati. Lalu boomerang dimulai dengan wajah Adam yang menghadap kearah depan, jadi hanya bagian samping wajahnya yang kelihatan diponsel. Rani melihat hasilnya. Perfect. Tapi sayang Adam hanya ingin sekali.

"Ganteng. Tapi sayang cuma sekali." Rani baru selesai memasukan boomerang untuk dijadikan instastory. "Kenapa enggak mau difoto, sih?" tanya Rani penasaran.

"Wajah saya mahal." Adam dengan wajah datarnya.

"Awas kamu," kesal Rani. "Hp kamu mana?" tanya Rani. Sontak membuat Adam yang fokus menyetir mengerut dahi.

"Buat apa?"

"Mau foto. Biar kalo kamu kangen aku, kamu bisa lihat di hp."

Adam menggelengkan kepalanya. Gadisnya terlalu pede. "Untuk apa saya lihat hp kalau bisa langsung kerumah kamu."

Deg. Perut Rani tiba-tiba terasa sakit mendengar ucapan Adam. Jantungnya berdebar kencang. "Aduh," ringis Rani sambil memegang perutnya.

"Kenapa?" Adam tampak khawatir.

"Perut aku sakit kalo deg-degan." Rani mengungkap fakta yang sebenarnya. Sudah dua kali hal itu terjadi. Pertama saat Adam hendak pulang dari rumahnya, dan yang kedua, sekarang.

"Belum makan?" tanya Adam.

"Udah pas istirahat kedua."

"Sekarang masih sakit?"

Rani keheranan saat nyeri diperutnya tiba-tiba hilang. "Eh, udah hilang sakitnya," heran Rani. Dia menekan-nekan perutnya dan sakitnya benar-benar sudah tidak ada. Rani berpikir kritis.

"Makanya jangan deg-degan."

Rani menatap Adam. "Gara-gara kamu, nih," ucap Rani dengan wajah kesalnya.

"Why?"

"Buat aku baper."

--REDAM--

Yuhuu, aku kembali. Gimana, nungguin ya? Mon maapnya. Aku habis selesain Lapak sebelah "Tentang Kita", jadi aku lupa update REDAM, wkwk.

Makasih ya buat yang baca REDAM! 

Always tunggu part selanjutnya. Secepatnya bakal Update!

Staytune yak!

I'm Yours Last [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang