MG; dualima

2.3K 146 5
                                    

"Besok saya jemput," ucap Adam, lalu berlalu meninggalkan perkarangan rumah Rani.

Rani masuk ke dalam rumahnya dengan perasaan bahagia. Senyumnya belum pudar sejak tadi. Bik Surti yang melihat pun merasa heran. Dia mengira jika majikannya sudah gila.

"Astagfirullahal'azim, sadar Non. Bibik takut atuh." Bik Surti mondar-mandir mencari akal agar bisa menyadarkan majikannya.

Shara berhenti tersenyum dan mengubah wajahnya menjadi ekpresi kaget. "Kenapa bik?" tanya Rani.

"Alhamdulillah. Bibi kira teh non kesambet," jujur bik Surti. Rani pun tertawa mendengarnya.

"Ih, bibik kok doain," balas Rani sambil mengerucutkan bibirnya.

"Habisnya non Rani senyum-senyum gak jelas gitu."

"Aduh bibik. Ini tuh senyum bahagia," Rani terkekeh. "Mau tahu gak? Rani udah jadian sama Adam!" Lalu melompat-lompat tidak jelas.

"Adam yang kemarin itu non?"

"Iya, bik," balas Rani dan tersenyum. "Ternyata dia gak cuek. Baik banget. Baper parah!"

"Wah, selamat atuh non."

Rani berhambur memeluk Bik Surti. "Makasih, bik," balasnya. "Khusus hari ini biar Rani yang masak."

"Jangan non."

"Why, bik? Rani udah lama gak masak."

"Tapi bibi bantuin ya?" Bik Surti harap-harap cemas. Mengetahui bahwa Rani pernah melukai dirinya sendiri di dapur dengan pisau. Majikannya dulu selalu melakukan itu. Dia terpukul karena perceraian orangtuanya.

"Iya, bik."

Bel rumah berbunyi.

"Biar Rani yang buka bik." Rani bergegas untuk membuka pintu. Namun tidak mendapati siapa-siapa.

"Siapa non?" tanya Bik Surti yang menghampiri majikannya.

"Gak ada siapa-siapa." Rani menggidikkan bahunya. "Orang iseng kali."

Mereka menutup pintu rumah kembali. Merasa kesal. Zaman sekarang bisa-bisanya orang iseng memainkan bel rumah orang sembarangan.

Belum sempat Rani untuk duduk. Bel pun berbunyi lagi. Dia berdecak marah.

"Siapa, sih?" kesal Rani. "Gak usah dibuka bik."

Bik Surti pun mengurungkan niatnya untuk membuka pintu. Namun dia berpikir bahwa kali ini yang datang benar-benar penting.

"Non, buka aja pintunya. Siapa tahu orang penting," ucap Bik Surti memberi saran.

"Rani gak punya orang penting bik," balas Rani. Lagipula Rani bukan orang penting. Bel masih saja berbunyi. Lantas membuat Rani risih mendengarnya.

"Siapa, sih!?" Dengan perasaan terpaksa Rani pun pergi membuka pintu. "Ganggu aja."

Sosok Deril muncul dihadapan Rani. Ternyata dia.

"Kirain siapa," ucap Rani yang dugaannya salah.

Deril mengerut dahi heran. "Kenapa?" tanya Deril.

"Gak, cuma lagi males aja buka pintu."

"Kenapa muka ditekuk gitu? Ngambek?" Deril menerobos masuk ke dalam rumah. Lalu duduk di sofa.

"Bukan. Tadi tuh ada orang iseng mainin bel, pas disamperin orangnya hilang." Rani mengadu layaknya anak kecil. Wajah kesalnya membuat Deril terkekeh.

"Hantu mungkin."

"Sembarang. Masa siang-siang ada hantu." Rani tidak terlalu percaya dengan begitu-gituan.

"Hantu jadi-jadian." Deril tertawa. Rasanya menyenangkan menggoda Rani, yang sudah resmi menjadi adiknya.

Rani mendengus kesal, "Gak lucu!" lalu dilemparnya bantal kewajah Deril.

"Baperan, ngambekan," ucap Deril.

"Namanya juga cewek," balas Rani. "Kenapa? Gak suka?" sambil menatap Deril sengit.

"Kalo suka ntar bahaya." Deril memainkan alisnya. Membuat Rani memutar mata malas. "Ambilin minum kek, haus nih abang."

"Ambil sendiri. Punya kaki."

Sungguh Deril tidak habis pikir akan dapat sambutan sengit dari Rani. Ada apa dengan gadis itu?

"Lagi PMS, dek?" tanya Deril.

"Belum nge cek."

"Cek dulu siapa tahu udah."

Rani menoleh dan menatap tajam kakaknya. "Ih, ngomong apa sih?!"

"Kamu tuh yang apa. Abang datang dimarahin."

"Gak tau, tiba-tiba bawaannya mau marah terus." Rani merasa bersalah. Entahlah, mood nya tiba-tiba turun, emosi semakin menjadi saat melihat Deril.

"Dibilangin cek dulu PMS apa gak?" usul Deril. Walaupun tidak terlalu paham, namun dia tahu akibat dari PMS.

"Ya udah tunggu disini, aku mau ke wc."

Benar juga yang dikatakan Deril. Rani pun beranjak menuju kamar mandi. Meninggalkan Deril sendirian.

"Cantik sih, tapi sayang sodara," gumam Deril sambil menatap punggung Rani yang hendak masuk ke kamar mandi.

--REDAM--

Jujur aku suka sama Deril :v
Maap woi jangan baperan ah. Deril baik banget! Mau punya abang kan jadinya 😭

Oh iya,
jangan lupa Votmen & share!

Siiuu next part 🙆

I'm Yours Last [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang