Pagi tadi Rani kedatangan tamu tersayang, Yana, mamanya. Rani tidak mengira mamanya akan datang, karena kedatangannya sangat tiba-tiba. Beruntung Rani bangun lebih awal, dan ia sudah siap saat mamanya datang.
Rani yang sedang duduk disofa tersenyum melihat mamanya menyiapkan makanan kesukannya.
"Rani, mama sudah siapin makanan buat kamu. Tempe kecap garing plus kacangnya."
"Makasih, ma."
Makanan yang membuat Rani selalu lapar jika belum habis.
Yana terlihat bahagia karena bisa menyempatkan waktunya untuk bertemu Rani. Jadwal meeting nya sengaja ia kosongkan demi anaknya. Melihat Rani makan mengingatkannya pada saat Rani masih kecil. Kejadian 10 tahun lalu sebelum ia memilih bercerai dengan Heri Smith, mantan suaminya. Andai dulu ia tidak bercerai, akan ada banyak waktu yang akan diisi bersama keluarga kecilnya.
Setelah Rani selesai menghabiskan makanannya, ia menatap mamanya dengan senyum manis.
"Ma, emang sabtu libur?" tanya Rani.
"Mama sengaja mundurin meeting demi ketemu sama kamu." Yana memeluk anaknya dari samping. Pelukan yang mamanya beri membuat Rani terasa nyaman. Pelukan yang jarang terjadi.
"Ra, mama denger dari abang, kamu home schooling, kenapa?"
Tidak mungkin Rani menjawabnya dengan jujur.
"Oh, Rani punya anemia, kata dokter jangan terlalu kecapean. Jadi Rani minta aja buat home schooling." Padahal jika diteliti kembali penyakit anemia yang di derita Rani tidak separah itu. Tapi hanya itu alasan yang bisa ia andalkan.
Mendengar jawaban Rani membuat hati Yana terenyuh.
"Sejak kapan kamu punya anemia?" Yana merasa ada yang disembunyikan dari anaknya. "Jangan-jangan kamu punya penyakit lain?" hardik Yana.
Sontak membuat Rani terdiam. Ia harus apa?
"Rani," tegur Yana karena tidak mendapat respon.
Lamunan Rani terbuyar. "Ha, enggak kok Ma, Rani sehat, enggak ada penyakit lain," jawab Rani apa adanya. Semoga alasannya tidak membuat Yana curiga.
Yana memegang pundak puterinya. "Tapi kaya ada yang beda dari kamu. Wajah kamu pucat akhir-akhir ini. Kamu rutin minum obat kan?" Sebagai ibu, Yana bisa merasakan apa yang anaknya rasakan. Naluri ibu lebih dalam jika sudah menyangkut anak.
"Iya rutin."
Rani menghela nafas lega karena Yana tidak bertanya lagi. Bisa rumit jika mamanya tahu.
****
Setelah Mamanya pulang, kini Rani menunggu kedatangan Zira dan Bella yang katanya sedang dalam perjalanan. Hari penuh semangat untuk dijalani.
Rani mengetik sesuatu diponsel, lalu mengirimkannya pada Adam.
Rani:
Kamu dimana?Rani tersenyum saat tahu Adam membalasnya dengan cepat.
Calon Imam 💙:
Jalan.Rani:
Jalan sama siapa?Rani kaget saat Adam tiba-tiba menelponnya. Ia takut ada yang salah.
"Kenapa nelpon?"
"Saya di jalan menuju rumah kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Yours Last [END]
Teen FictionAWAS BAPER ⚠️ "Suka sama Om-Om? Bodoh amat. Orang gue yang suka," kata Rani kesal. Menyukai seseorang tidak ada salahnya, kan? Lagipula itu adalah hak seseorang. Terserah kalian mau bilang apa. Bagi Rani, laki-laki dewasalah yang pantas menjadi pen...