"Riski!" teriak Zira saat mereka berpapasan dengannya. Rani hanya menggeleng mendengar suara cempreng sahabatnya itu.
Ekspresi gugup terpancar jelas diwajah laki-laki itu saat Zira dan Rani menghampiri.
"Lo yang nyebar berita hoax tentang Rani, kan? Disuruh siapa lo?" hardik Zira dengan nada marahnya.
"Lo salah orang," jawab Riski yang hendak pergi, namun langsung ditahan Rani.
"Ris, tolong jangan ngehindar. Gue cuma mau tau lo disuruh siapa? Masalah clear." Rani berusaha menahan emosinya. Tidak baik jika masalah diselesaikan dengan ego.
"Gue bukan disuruh."
Sontak membuat Rani melebarkan mata, kaget.
"Itu kemauan gue sendiri."
"Ris, gue salah apa sama lo? Berita lo udah bikin nama gue jelek satu sekolah."
"Gue minta maaf."
"Semudah itu minta maaf?" Rani tidak terima dengan pengakuan Riski. Bersikap sarkasme adalah hal yang benar untuk saat ini. Mungkin.
"Gue tahu gue salah." Riski benar-benar merasa bersalah atas apa yang dilakukannya. "Gue suka lo Ran," ungkap Riski tiba-tiba.
"Tapi kenapa lo lakuin itu, Ris?"
Riski tertawa sumbang. Dia sadar kesalahannya sudah melampaui batas.
"Lo gak pernah hargain gue! Perasaan gue! Dari SMP, surat, kado yang gue kasih ke lo gak pernah lo trima! Perjuangan gue sia-sia Ran!"
Puncak kekesalan Rani bertambah jadi. Alasan macam apa itu? Tidak pernah diduganya.
Rani berlari pergi menuju kelasnya. Waktu istirahat sudah habis.
"Ran maafin gue!"
Sia-sia. Rani tidak akan mendengarnya.
****
"Pulang sama siapa, Ran?" tanya Zira.
"Om lo. Tadi dia bilang mau jemput," jawab Rani dan mengulas senyum tanpa henti.
"Sumpah gue heran banget sama om Rully. Lo pake pelet, Ran?"
"Sembarangan kalo ngomong."
Zira terkekeh. "Habis dia bisa suka sama lo," balasnya tidak percaya.
"Jodoh namanya, Zi."
Jodoh tidak ada yang tahukan? Tapi boleh request. Mungkin.
Di koridor, Riski secara tidak sengaja berpapasan dengan mereka. Rani memalingkan wajahnya. Malas menatap lelaki itu. Mood nya kembali turun.
Riski berlalu pergi. Ekspresi wajahnya tadi seperti hendak menyapa. Namun tatapan Zira yang sengit membuat dia mengurungkannya.
"Masalah Riski jangan dipikirin lagi." Bukan Zira jika tidak tahu perasaan sahabatnya.
"Lagi berusaha." Rani menoleh. "Masalahnya ini satu sekolah. Gue pengen dia ngaku."
"Nanti gue suruh dia buat ngaku. Lo tenang aja. Trima beres."
"Makasih, Zi." Pelukan hangat diberikan untuk Zira, sahabat terbaik yang Rani punya.
"Itu guna sahabat."
Mata Rani berkaca-kaca dan melepaskan pelukannya.
"Eh, itu om Rully tuh," ucap Zira yang melihat Adam sedang menyender dimobilnya.
Adam melihat wajah gadisnya yang tampak murung. Tidak biasanya.
"Om, Zizi duluan, ya," pamit Zira. "Ran, duluan." Zira berlalu pergi memasuki mobil jemputannya.
Keduanya mengangguk sebagai respon.
"Hati-hati Zi!" Rani melambaikan tangannya.
Saat di dalam mobil Adam tampak khawatir dengan Rani yang dari tadi hanya diam. Gadis itu sama sekali menoleh kearahnya. Tidak seperti biasa. Adam merasa diabaikan.
"Ada masalah? Cerita sama saya." Adam mencoba memulai pembicaraan agar suasana tidak sunyi. Jika bersama Rani, dia ingin mendengar suaranya.
Rani menoleh. Tidak biasanya Adam peka akan keadaan. "Emang mau dengerin?"
Anggukan Adam membuat Rani mulai bercerita.
"Tadi pas istirahat aku ketemu Riski."
"Mantan?"
"Dengerin dulu." Rani tidak suka perkataannya disanggah, padahal belum selesai. "Riski itu yang nyebar berita gak bener tentang aku, kamu, sama Zira. Dia sengaja ngelakuin itu. Gak trima karna aku gak respon perasaannya."
"Dia suka kamu?" tanya Adam.
"Iya."
"Balas aja."
"Apanya?"
"Perasaan dia."
Rani berusaha mencerna perkataan lelaki ini. "Aku gak suka dia. Aku cuma suka kamu."
"Sama saya juga," ujar Adam.
Senyuman terpancar dari wajah Rani. Rasanya sedang terbang di angkasa bersama pangeran langit. Namun tidak berlangsung lama senyum terpancar. Ekpresi Rani berubah saat menahan nyeri diperutnya.
"Aw," ringis Rani pada perutnya.
--REDAM--
Always bersyukur 🙏
Makasih buat kesayanganku yang meluangkan waktu untuk membaca REDAM.Aku mencoba agar tidak INSECURE. Semangat Kalian!
Jangan lupa beribadah 😇
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Yours Last [END]
Teen FictionAWAS BAPER ⚠️ "Suka sama Om-Om? Bodoh amat. Orang gue yang suka," kata Rani kesal. Menyukai seseorang tidak ada salahnya, kan? Lagipula itu adalah hak seseorang. Terserah kalian mau bilang apa. Bagi Rani, laki-laki dewasalah yang pantas menjadi pen...