Rani berdiri di depan kaca. Memandangi tubuhnya yang tampak kurus, namun terlihat bengkak. Gagal ginjal merubah segalanya. Dia berusaha kuat menghadapi. Mungkin saat ini, tidak tahu ke depannya seperti apa.
"Harus dipoles bedak, kalo enggak keliatan banget pucatnya." Rani merias wajahnya kembali dengan bedak. Meminimalisir wajahnya yang pucat.
"Selesai."
Setelah itu Rani keluar dari kamarnya. Menuju ruang makan untuk sarapan. Dia harus bahagia. Terlihat bik Surti sedang menyiapkan makanannya.
"Bik," sapa Rani, lalu duduk dibangku meja makan.
"Non udah sehat?" tanya bik Surti.
"Udah, bik."
"Syukurlah. Untung kemaren ada den Adam, kalo enggak bibi enggak tahu harus ngapain." Mengingat kemarin Rani pingsan tiba-tiba, hal itu membuat bik Surti khawatir. Jika tidak ada Adam mungkin hal itu tidak akan ketahuan.
"Iya, bik, maaf udah bikin bibi khawatir."
Bik Surti tersenyum. "Yakin non mau sekolah?"
"Yakin. Kan udah sehat."
"Ya sudah non sarapan dulu."
Rani duduk dan memakan sarapannya.
Setelah sarapan selesai Rani pun bersiap berangkat sekolah. Tiba-tiba bel rumahnya berbunyi. Bik Surti pergi membuka pintunya.
Rani kaget saat tahu yang datang adalah Adam. Lelaki itu berdiri disampingnya.
"Kok kamu kesini?" tanya Rani akan kedatangan Adam.
"Jemput kamu."
"Enggak salah?"
"Kamu prioritas."
Rani melebarkan senyumnya. Jika sudah begini ia merasa beruntung menjadi kekasih Adam. Lelaki itu amat perhatian.
Rani pun pamit pada bik Surti, lalu mengajak Adam untuk berangkat mengantarnya sekolah.
"Lain kali jangan gini lagi," kata Shara saat mobil sudah berjalan.
"Apanya?" tanya Adam yang sedang fokus menyetir.
"Jemput tiba-tiba." Rani menatap lurus ke depan berharap Adam menoleh kearahnya. "Lagian aku bisa berangkat sendiri."
Adam menoleh sebentar menatap gadisnya. Lalu berujar, "Saya takut kamu drop."
"Enggak akan, aku udah sehat." Sungguh Rani tidak suka jika ia dikasihani atas penyakitnya.
"Saya punya permintaan."
"Aku juga masih punya dua permintaan," balas Rani tidak mau kalah. Masih ada sisa permintaan yang belum dia beri pada Adam. "Kamu mau minta apa?" tanya Rani dengan rasa penasarannya.
"Berhenti sekolah."
"Aku?"
Adam mengangguk.
Deg. Perkataan Adam sangat membuat kaget. Rani berusaha mencerna dengan baik. Ia paham maksudnya.
"Tapi," ucapannya dipotong oleh Adam.
"Hanya itu permintaan saya, selebihnya kamu pikir sendiri."
Kedua mata Rani mulai berkaca-kaca. Dia ingin menangis. Wajahnya berubah menjadi sendu. "Emang salah kalo aku sekolah?"
"Saya mau kamu sembuh." Adam tidak ingin Rani berada ditempat yang bisa membuatnya stres dan berakibat fatal untuk ginjalnya. "Kamu bisa Home Schooling," lanjutnya.
Rani menggeleng cepat. "Aku belum siap."
"Saya tidak butuh siap kamu."
"Kamu egois banget," kata Rani sambil menghapus airmata yang sudah terlanjur jatuh dipinya.
Adam tidak menggubrisnya. Dia fokus menyetir.
Saat sudah sampai di SMA Darmawangsa, Rani pun merapikan dirinya. Menyiapkan mental untuk segala kemungkinan yang akan terjadi nanti.
Adam memperhatikan gerak-gerik Rani intens. Merasa tidak tega jika dia harus membiarkan gadisnya bersekolah dalam keadaan sakit, parah.
Merasa diperhatikan, Rani pun menjadi malu. "Jangan diliatin terus akunya," cibir Rani membuat Adam mengulas senyuman.
"Saya punya mata."
"Dasar. Giliran aku natap kamu enggak boleh."
"Saya takut khilaf."
Rani melebarkan matanya, melotot. Lalu menimpuk lengan Adam, membuat lelaki itu tertawa.
"Aku enggak suka kamu kaya gini," ucap Rani. "Lama-lama penyakit aku nambah jadi jantungan."
"Kenapa?"
"Kamu buat aku deg-degan terus."
"Cuma sama saya, kan?"
"Iya."
Adam tersenyum. "Good girl."
Semoga akan selalu begini.
"Ya udah aku mau keluar, nanti bel bunyi kalo lama-lama dimobil kamu." Rani takut jika dirinya telat.
Adam menarik tangan Rani saat gadis itu ingin membuka pintu mobil. Membuat Rani berbalik menatapnya dengan ekspresi kebingungan.
"Pertimbangkan permintaan saya," ucap Adam serius bersamaan dengan wajah datar andalannya.
--REDAM--
Hallo, maaf ya aku enggak tepat waktu updatenya. Ya kali orang kumpul keluarga aku malah sibuk nulis.
Maaf juga gak double up. Aku lagi riweh mikirin lapak sebelah biar dapat keuwuannya. Jangan lupa baca HALU(KU) ya!
siiuu next part.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Yours Last [END]
Teen FictionAWAS BAPER ⚠️ "Suka sama Om-Om? Bodoh amat. Orang gue yang suka," kata Rani kesal. Menyukai seseorang tidak ada salahnya, kan? Lagipula itu adalah hak seseorang. Terserah kalian mau bilang apa. Bagi Rani, laki-laki dewasalah yang pantas menjadi pen...