Takdir sedang tidak
main-main saat ini.REDAM
***Rani kedatangan orang tua dan teman-temannya. Sore tadi Adam memutuskan untuk memberitahu kondisi Rani kepada mereka. Bukan main kagetnya saat tahu Rani dalam keadaan sakit gagal ginjal. Orang tua Rani bukan main sedihnya.
Yana, sebagai mama kandung merasa terpukul. Sejak Adam menghubunginya Yana tidak berhenti menangis.
"Mama jangan nangis terus," lirih Rani pada Mama yang sedang menangis disampingnya.
Yana menengadah menatap Rani sambil terisak. "Mama sudah gagal jadi orang tua."
"Mama gak gagal. Penyakit itu datangnya dari Tuhan," tukas Rani membenarkan ucapan Mamanya.
Heri, papa Rani yang daritadi melihat maju melangkah bersama Lita, istrinya. Keadaannya sama seperti Yana, ia terpukul melihat keadaan Rani saat ini.
Tangan Heri mengusap lembut kepala anaknya. Perasaan gagal menjadi orang tua menghantui pikirannya. Andai Heri bisa meluangkan waktu untuk menjenguk Rani tiap hari, mungkin Heri akan tahu penyakit yang diderita Rani.
"Maafin Papa juga Rani," Heri berusaha untuk tidak sedih dihadapan puterinya. "Papa janji akan luangin waktu buat kamu."
Rani tersenyum singkat, menelan kekecewaan untuk dirinya yang sudah membuat orang sekitar merasa sedih.
"Gak ada yang harus dimaafin, Pa, Ma. Semua udah takdir."
Beberapa perawat masuk dan menyuruh orang untuk keluar dari ruangan Rani. Sebelum keluar Adam mendekati gadisnya sambil mengucap kalimat romantis.
Dengan penuh kasih sayang Adam mengusap kepala Rani. "Semangat untuk semua. Aku cinta kamu."
Rani terkejut mendengar kata 'aku-kamu yang diucapkan Adam untuk pertama kalinya. Seakan raganya menghangat, rasa sakit mereda dan rasa takut menghilang.
"Aku juga," balas Rani dengan senyum yang mampu membuat jantung Adam berdebar setiap melihatnya.
"Maaf, pasien harus istirahat," tukas salah satu dari perawat.
Adam mengangguk mengerti, segera ia melangkah keluar dengan perasaan sedih harus meninggalkan Rani sendiri.
****
Malam harinya Adam bertemu seseorang di sebuah kafe bintang lima. Diruangan VVIV pastinya.
"Sorry, telat," ujar seseorang yang baru datang dengan santai.
Adam berdehem bersamaan dengan wajah datar. Menunggu adalah hal yang ia benci. Namun untuk Rani, apapun itu Adam siap menunggu.
"Jadi gimana?" tanya orang itu.
"Selesaikan yang saya suruh," tegas Adam.
Lelaki itu terkekeh mendengarnya, sontak membuat Adam menggeram benci.
"Mana bisa gue lakuin itu," ujarnya dengan nada lirih. Tangannya mengacak rambut frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Yours Last [END]
Teen FictionAWAS BAPER ⚠️ "Suka sama Om-Om? Bodoh amat. Orang gue yang suka," kata Rani kesal. Menyukai seseorang tidak ada salahnya, kan? Lagipula itu adalah hak seseorang. Terserah kalian mau bilang apa. Bagi Rani, laki-laki dewasalah yang pantas menjadi pen...