MG; tigadua

2K 129 3
                                    

Kenyataan pahit selalu datang saat sulit. Bukan begitu?
--REDAM

****

Adam masih menunggu Rani yang masih dalam perawatan tim medis. Pikirannya berkecamuk. Kegelisahan menjalar dalam dirinya.

Baru kali ini dia dibuat khawatir karena satu wanita.

Dokter Dira keluar dari ruangan. Adam langsung bangkit dari duduknya.

"Bagaimana keadaan Rani?"

"Ada hubungan apa kamu dengan Rani?" Umur keduanya sepantaran. Tidak ada rasa canggung. Namun dokter Dira harus bersikap amanah. Mengingat Rani sudah memberinya satu permintaan yang harus ia jaga untuk dirahasiakan.

Kalau saja Adam bukan dirumah sakit, mungkin ia sudah memaki wanita dihadapannya ini. "Saya pacarnya."

Tatapan tidak percaya dilayangkannya untuk Adam. Dokter Dira menggelang ragu. "Silakan masuk. Kamu bisa bertanya dengan Rani nanti. Maaf saya tidak bisa menjawab."

Dengan langkah cepat Adam memasuki ruangan rawat Rani.

Gadis itu masih tertidur diatas brankar. Tanpa ragu tangan Adam menyentuh puncak kepala Rani dengan lembut.

"Sweet girl."

Pergerakan Adam terhenti saat Rani tiba-tiba mengerjapkan matanya. Ia segera menjauh dan seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

"Adam?" Keberadaan Adam membuat Rani kaget sekaligus takut.

"Jangan banyak bicara."

Rani menahan sakit diarea pinggang dan perutnya. Pergerakan Rani tertangkap basah oleh Adam. Lelaki itu mengetahui.

Adam bergegas keluar memanggil dokter Dira. Dengan langkah gusar ia berusaha mencari keberadaan dokter tersebut.

Beruntung dokter Dira segera ditemukan. Adam langsung menyuruhnya untuk pergi keruangan Rani.

Sesampainya dokter Dira, ia langsung memeriksa keadaan Rani.

"Dokter ini sakit banget, dok," racau Rani tidak tahan sambil memegang perutnya.

Bagaimana ini? Adam harus apa?

"Rani, saya harus ambil tindakan sekarang."

Dokter Dira dengan suster lainnya mendorong cepat brankar Rani untuk dipindahkan keruangan selanjutnya. Dimana ada peralatan medis untuk mengatasi kesakitan Rani. Semoga.

Adam dengan sigap mengikuti langkah dokter yang membawa gadisnya. Ya Tuhan ada apa dengan Rani? Tolong selamatkan dia, batinnya menjerit penuh harap.

Langkah Adam terhenti saat Dokter Dira tidak menyuruhnya masuk ke dalam ruangan tersebut. Mau bagaimana lagi, Dokter lebih berkuasa dan itu sudah jadi haknya.

Hemodialisa.

"Ruang cuci darah?" Matanya terfokus pada papan diatas pintu ruangan.

Adam menggeleng tidak percaya. Ia memilih duduk agar pikirannya mencerna dengan baik.

****

Selama dua setengah jam Adam terduduk lesu. Pikirannya masih terfokus pada Rani. Dokter Dira sama sekali belum keluar dari ruangan tersebut.

Selama ini pemeriksaannya?

Adam sudah tidak tahan, ia pun berdiri dan hendak mendorong pintu ruangan tersebut. Namun Dokter Dira tiba-tiba keluar, menatap Adam heran.

"Tolong anda jujur sama saya." Adam dengan gencar menuntut dokter Dira untuk mengatakan apa yang sebenarnya. "Rani, dia sakit apa?"

"Kamu bisa lihat sendiri ini ruang apa."

"Gagal ginjal?"

Dokter Dira mengangguk.

Ia terkejut saat Adam meninju dinding disampingnya. Bikin jantungan saja.

"Saya harap kamu bisa jaga rahasia. Ini kemauan Rani. Saya beritahu kamu karna kamu sudah tahu sendiri." Sebaik-baiknya dokter adalah ia yang menjaga privasi pasiennya. "Kamu boleh masuk, asal tahu diri. Dia baru saja cuci darah."

"Sejak kapan dia sakit?" Adam merasa kecewa.

"Saya kira sudah 1 tahunan. Dan kemungkinan besar dia menyembunyikan penyakit ini dengan berobat ditempat lain sebelumnya." jeda dokter Dira. Lalu menatap Adam penuh harap. "Saya yakin kamu bisa dipercaya. Kalo gitu saya permisi."

Telat. Adam mencintai orang yang berpenyakitan. Namun itu bukan penghalang. Setiap orang mempunyai takdirnya masing-masing.

Dengan berat hati Adam membuka pintu ruangan Rani, dimana gadis itu masih terlihat lemas diatas brankarnya.

"Adam?" suara Rani terdengar lemah. Mungkin ini efek kali pertama dia melakukan cuci darah.

"Kamu hebat." Adam mengulas senyuman agar pikiran Rani tidak kemana-mana. Gadisnya harus berpikir positif.

"Gadis saya harus kuat," ucap Adam. Tangannya mengelus puncak kepala Rani dengan lembut, seperti sebelumnya. Dan ini secara terang-terangan.

Rani membeku. Matanya berkaca-kaca. Mengapa Adam harus tahu?

--REDAM--

Jangan lupa share keteman kalian!

Siiuu next part 🙆

I'm Yours Last [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang