MG; duabelas

2.7K 180 5
                                    

Adam sedang sibuk dengan berkas-berkas yang menumpuk di atas meja kerjanya. Kepalanya pusing melihat pekerjaan yang tak kunjung selesai.

Selepas menjemput Zira dan Rani, Adam kembali lagi ke kantornya. Entah apa yang merasuki tubuhnya untuk menjemput Zira dan bertemu dengan Rani. Ya sudahlah, anggap saja hari ini dia sedang baik.

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunananya. Adam menghela nafas dalam sejenak.

"Masuk," perintahnya.

Terlihat Ghina--Sekretaris Adam masuk dengan membawa berkas.

"Maaf, Pak, ada berkas yang harus ditandatangani." Ghina memberinya pada Adam agar dibaca.

Adam membaca berkas tersebut dan menandatanganinya.

"Kapan meeting dimulai?" tanya Adam pada sekretarisnya.

"15 menit lagi, Pak." Adam mengangguk.

"Ada yang bisa saya bantu, Pak?"

"Tidak."

"Baiklah, saya permisi."

Ghina keluar dari ruangan Adam.

Adam mengambil ponselnya guna menghilangkan penat yang dirasa.

Aplikasi yang pertama Adam buka yaitu Line. Tidak ada pesan dari Rani. Tunggu, mengapa harus gadis itu? Adam menggeleng, ia bingung dengan dirinya.

"Arrghh!"

"Dia bikin gue gila!"

Adam dengan iseng mengecek Instagram. Dia melihat postingan awal yang muncul pada berandanya. Wajah itu tidak asing, pikir Adam.

@ranishdw

Pantas saja, ternyata Rani sudah mefollow dirinya sendiri lewat instagram nya, curang. Adam men-stalking instagram Rani. Namun sebelum itu ia like postingan gadis tersebut.

*****

Betapa bahagia Rani saat melihat postingannya di like Adam. Senyumnya sumringah, hatinya terpana pada sosok Adam yang dingin.

"Bersyukur kepada Allah, bertasbih sepanjang waktu. Emang benar jodoh nggak kemana."

Senyum Rani kembali mengembang, diurungkannya untuk makan mie. Namun, ketukan pintu mengharuskan untuk berhenti melakukan aksi itu.

"Masuk."

"Non, ada yang datang katanya mau ketemu.

"Cewek apa cowok?"

"Cowok."

Rani langsung berpikir jika itu adalah Adam.

"Suruh tunggu, Bik, Rani mau siap-siap."

Bik Surti hanya tersenyum melihat kelakuan Rani. Dan dia pun keluar untuk menemui tamu yang menunggu.

Kemudian Rani turun dari kamarnya untuk menemui siapa yang datang. Semoga Adam, harapnya.

Senyum Rani mengembang. Dugaannya tidak salah, justru tepat sasaran.

"A-dam?" Gadis itu bahkan terlihat salah tingkah.

Adam hanya diam.

"Ngapain kerumah?"

Adam mengeryit dahi tak paham. "Mengisi waktu luang."

"Itu terus jawabnya, sesekali bilang kalo kamu suka aku."

"Kamu suka aku."

Rani melongo sesaat. "Eh, iya aku suka kamu. Tapi, tapi bukan itu maksudnya."

Adam tersenyum melihat Rani yang lugu, cantik, dan terlihat sangat mempesona.

"Gini, tolong kasih tahu kenapa kamu datang ke rumah Aku? Jangan bilang mengisi waktu luang aku enggak suka."

"Jam tujuh saya jemput."

"Nggak salah denger, nih?"

Adam beranjak untuk keluar.

"Kamu mau ajak aku kemana? Tempat Om-om kumpul kerja kayak kemaren itu?"

"Ikut atau nggak sama sekali."

"Ya ikutlah."

Adam bergegas memasuki mobil. Jantungnya tidak berhenti berdetak saat Rani di hadapannya.

"Gila ini bukan mimpi."

*****

Adam meminum kopi dengan tenang. Hari masih sore dan dia ingin menenangkan pikiran sejenak.

"Arrgg!"

Suara Adam terdengar frustasi.

"Apa gue bilang nggak jadi aja sama Rani."

"Gue nggak siap."

"Dia bikin gue gila."

Adam menyesal mengajak Rani pergi. Lagipula dia tidak tahu pada dirinya, entah apa yang merasuki. Yang jelas Adam tidak tahu nanti harus bagaimana.

Ponsel Adam berdering, ia mengacuhkan panggilan itu.

"Apa gue ungkapin aja ke Rani kalo gue suka dia?"

"Arrgg! Jangan dia masih kecil."

Brugh...

Tiba-tiba seseorang tidak sengaja menumpahkan minuman di kaos Adam.

"Aduh maaf nggak sengaja. Maaf, maaf."

Adam berusaha mengontrol emosi terhadap perempuan di hadapannya itu.

"Iya."

"Maaf soalnya kucing lewat tiba-tiba jadi nggak liat." Perempuan berpostur tinggi itu merasa bersalah pada Adam.

"Iya."

"Mau diganti bajunya?"

"Nggak."

"Oh, sekali lagi maaf ya."

Adam hanya bisa mengangguk.

"Kalo gitu aku permisi."

Adam hanya bisa menghela napas lega. Setidaknya perempuan itu sudah pergi.

Adam mengecek ponsel, terdapat banyak panggilan dari orang tuanya.

"Mama."

-ME GUSTA-

I'm Yours Last [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang