MG; tigasatu

2K 123 2
                                    

Banyak pesan yang tersembunyi dalam drama. Orang normal akan tahu. --REDAM

****

"Kenapa sakit?"  

Pertanyaan Deril terdengar konyol. Rani terkekeh, lalu menjawab, "Emangnya aku robot enggak bisa sakit."

"Robot bisa sakit."

"Rusak bukan sakit," balas Rani tak mau kalah.

Sungguh Deril tidak mengerti yang Tuhan garisi untuknya. Tidak pernah terbayangkan jika ia dan Rani menjadi saudara. Padahal Rani adalah perempuan pertama yang ia suka. Bisa dibilang cinta pertama.

"Bang," panggil Rani.

Dengan cepat Deril menjawab, "Apa?" lalu tersenyum.

"Mama mana?"

"Di kantor lagi meeting. Katanya nanti mau kesini."

"Ngapain?" Rani tidak ingin mamanya curiga dan bertanya lebih masalah penyakitnya.

"Jenguk kamu."

Seperti terombang-ambing derasnya ombak. Rani tampak berpikir, mamanya akan menapakkan kaki lagi dirumah penuh kenangan ini. Merasa haru, karena datang diwaktu kurang tepat.

Ponsel Deril tiba-tiba berdering. Dengan cepat ia segera mengangkatnya.

Mata Deril menatap lekat wajah Rani setelah panggilan berakhir. Ia pun berdiri.

"Abang pulang," jeda Deril sambil mengacak puncak kepala Rani. "Kabarin kalo ada apa-apa."

"Mau kemana?"

"Nge-band."

"Hati-hati."

"Pasti." Deril memberi hormat sebagai respon terbaik.

Deril keluar dari kamar Rani. Membuat kamar menjadi sepi.

Pintu kamar dibuka kembali. Menampakkan sosok Bik Surti yang sedang membawa nampan berisi buah.

Rani membernarkan posisi tidurnya menjadi duduk.

"Non, dimakan dulu buahnya," kata bik Surti yang terlihat khawatir.

"Iya, bik." Rani mengambil satu buah apel merah untuk dimakannya. Meski nafsu makannya hilang, ia harus tetap memakannya. Jika tidak, akan menimbulkan kecurigaan.

Ponsel Rani bergetar. Menandakan adanya pesan masuk.

Calon Imam 💙:
Buka pintu, saya di luar.

Kaget. Itulah yang Rani rasakan. Sejak kemarin Adam tidak menghubunginya. Lalu hari ini membuat Rani merasa heran. Adam tidak bisa ditebak.

"Bik, tolong bukain pintu, diluar ada Adam."

Tanpa pikir panjang Bik Surti langsung keluar untuk membukakan pintu.

Sungguh Rani gelisah saat ini. Adam akan datang. Ia harus apa?

"Non, ini den Adam." Bik Surti sengaja membawa Adam untuk menemui Rani. Lelaki itu berdiri sambil menunjukkan wajah datarnya.

"Suruh masuk, bik."

Bik Surti pamit keluar setelah mempersilakan Adam untuk memasuki kamar Rani. Ia percaya dengan lelaki itu.

"Kamu anggap apa saya?"

Pertanyaan Adam membuat Rani mengeryit tak paham. "Maksudnya?

"Kenapa sakit gak kabarin saya?" Nada bicara Adam terdengar marah.

"Aku udah mendingan."

Tangan Adam begerak memeriksa panas dikening gadisnya. Tidak panas. Namun wajahnya pucat.

"Sudah minum obat?"

"Udah barusan." Rani tidak menyangka jika Adam akan khawatir berlebihan terhadapnya. "Meeting kamu udah selesai?"

"Itu urusan saya."

Rani menghela nafas dalam menerima jawaban dari Adam. Lelaki itu sangat sensitif jika mengenai pekerjaan. Terlebih lagi yang tidak penting.

"Ngapain Deril kesini?" tanya Adam sambil menatap lekat wajah Rani yang pucat.

"Jenguk."

"Dia pacar kamu?"

Rani menggeleng, "Dia abang aku. Kemaren kan udah dikasih tahu."

"Lupa," dusta Adam. Sebenarnya ia cemburu dengan kedekatan Rani dan Deril. Ingin tahu lebih. Takut kehilangan.

"Dasar pikun."

Adam mengulas senyum agar Rani senang.

"Jangan senyum," Rani tidak kuat melihatnya.

"Kenapa?"

"Kurang tepat waktunya."

"Biar cepat sembuh," bisik Adam tepat ditelinga Rani. Wajah mereka berdekatan. Membuat Rani menahan nafasnya tak karuan. Melihat itu Adam seketika menjauhkan wajahnya.

"Maaf," ungkap Adam.

"I-iya."

Seketika suasana menjadi hening. Atsmofer ruangan seperti menipiskan oksigen.

Perut Rani kembali sakit. Ia berusaha menahan nyeri diperut kirinya. Bagaimanapun ia harus menyembunyikannya dari Adam.

Rani bangkit dari duduknya. Dengan sigap Adam membantu.

"Aku bisa sendiri," tolak Rani membuat Adam melepas tangannya dari pundak Rani.

Tubuh Rani tiba-tiba ambruk. Ia pingsan. Hal itu membuat kepanikan Adam bertambah jadi.

"Rani bangun Rani!"

--REDAM--

I'm Yours Last [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang