Renjun mendapatkan 17 panggilan tak terjawab di ponselnya siang ini.
Pelakunya?
Lee Ban*sat Jeno.
Jen♥
Aku sulit bernafas
Detik itu juga Renjun kocar-kacir. Buku digendongannya ia buang entah kemana, menyambar jaketnya secepat kilat dan langsung berlari keluar rumahnya.
Bahkan pekikan dari Mama Huang yang memintanya berganti sepatu terlebih dahulu ia tak pedulikan.
Haish, dia bahkan berlari bersama dua kepala anjing dikakinya.
"JEN— huh?"
"Baby~"
"Bercandamu sungguh tak lucu!"
Yang dimarahi hanya haha hehe ditempatnya. Kembali sibuk dengan pekerjaan sebelumnya tanpa mau peduli bagaimana wajah manis itu merajuk.
"Sudah makan?"
"Belum"
"Yasudah mak—"
"Aku lelah~ kenapa sih kau malah bercan—"
"Aku merindukanmu. Sangat"
Belum sempat Renjun menghindar, Jeno sudah menariknya duluan. Mendekapnya erat, juga memberikannya banyak kecupan lembut dipucuk kepala.
"Tapi tak perlu sampai mengatakan sul—"
"Memang sulit. Kan separuh nafasku itu kamu. Kalau tidak ad—"
"J-jangan dilanjutkan. Kamu sudah cukup sering membuatku malu dengan gombalan seperti itu"
Setelah mencuri satu kecupan dibibir Jeno, Renjun malah menundukan kepalanya. Kacamata bulatnya ia benarkan sesekali, memilih untuk memandangi ujung piyamanya sambil menyembunyikan bagaimana pipinya merona dari Jeno.
"Manisnya~"
.
.
.Skuyy skuyyy~
With love,
Peen♥