Bagi Renjun.....
Bukan tentang seberapa tampannya dirimu...
Bukan tentang seberapa kaya dan populernya dirimu....
Apalagi tentang seberapa banyak mantan yang sudah dirimu kumpulkan....
Jadi, kalau Lee Jeno datang secara tiba-tiba dan mengajaknya untuk berkencan......biarkan Renjun berpikir dulu.
Jeno itu hanya satu dari milyaran manusia penuh drama yang hidupnya menyedihkan.
Mebangga-banggakan diri tentang ratusan mantan yang ia miliki tak bisa begitu saja membuat Renjun luluh dan mengakui kalau lelaki itu....hebat.
U-unghh, walau sebenarnya ia mengakui kehebatan Jeno yang lain.
Oke, kalau yang ia sebutkan diatas itu berdasar unsur ketidaksengajaan. Renjun sedang sakit waktu itu, jadi jalan pikirnya tak begitu lurus.
Kembali lagi....
Ini bukan tentang bagaimana Renjun berusaha mati-matian menolak perasaan Jeno.
Bukan juga perihal Jeno yang ngotot mengajak Renjun untuk menjalin sebuah hubungan. Katakanlah itu.....umm pacaran?
Tidak-tidak, kemungkinan yang terjadi di atas itu sudah terjadi di cerita yang lainnya.
Ini....
"Ung....R-renjun"
"Y-ya?"
Keduanya terlihat ragu-ragu untuk sesaat. Masih terasa begitu gugup untuk satu sama lain sejak bertemu siang ini.
"Kau tahukan seberapa hebatnya seorang Lee Jen—"
"Berhenti membahas itu. Kau tahu kau hebat, tapi tidak dimataku"
"A-aku kan belum selesai bi—"
"Kau mau membangga-banggakan total lusinan mantanmu itu kan?" Telunjuknya diarahkan tepat didepan hidung yang lebih tinggi. Menggeser sedikit duduknya dari yang sebelumnya berdempetan.
Suasana taman saat itu agak sepi, jadi duduk berdekatan dengan Jeno pun sepertinya bukan masalah besar untuk Renjun.
Lelaki dengan surai blonde itu -Jeno- diam, merotasikan matanya sejenak dan berdecak pelan pada yang lebih tua.
Sungguh, ia baru tahu kalau seorang Huang Renjun bisa sebawel ini.
Yang ia kira anak itu hanya akan jadi anak penurut ternyata salah. Renjun teman sekelasnya yang selalu menyendiri duduk dipojokan, bahkan tak mau bicara pada orang lain selain Na Jaemin, ternyata bisa bermulut pedas seperti tadi.
"Bukan itu, kau itu negatif sekali kerdil"
"Lalu?"
"Ung....Kau....sungguh menerima perjodohan ini?"
"Hn. Kenapa? Kenapa juga aku harus menolaknya kalau Orang tuaku terlihat bahagia? Kau tidak? Oh, atau Aku terlalu jelek kalau dibandingkan dengan man—hmmptth"
"Ani, harusnya aku yang takut kau akan menolak lelaki sebrengsek diriku"
Nafas Renjun tercekat didetik berikutnya, jantungnya menggila dengan perasaan menggelitik yang seolah menguasai dirinya.
Bukan, bukan ciuman Jeno yang mengejutkan dirinya. Kan sudah dibilang kalau Renjun bahkan pernah mendapatkan yang lebih dari itu.
Tapi....cara Jeno menatapnya, tersenyum padanya, bahkan cara lelaki itu membelai lembut pipinya membuat Renjun merasa lemah.
"Tolong terima aku untuk menemanimu, menjagamu, menghabiskan waktu bersamamu samp—"
"Jeno, a-aku sudah bilang aku mau"
Jadi,
Ini bukan tentang bagaimana si Lee Brengsek Jeno memperjuangkan cintanya.
Bukan tentang Renjun si penyendiri yang akan menolak Jeno mati-matian,
Apalagi kedua musuh bebuyutan yang tak pernah akur tapi akhirnya menjadi saling jatuh cinta.
Ini tentang mereka,
Yang sebelumnya hampir tak saling menenal tapi malah ditakdirkan untuk bersama.
.
.
.AAAARRGGHHHTT APAAN INI WOEEE😂😂
MAAPIIIINNNN😂😂😂with love,
Peen♥