Typo(s)
.
.
.Renjun tahu seberapa kotor dirinya,
Seberapa tak pantasnya ia untuk hidup pun Renjun tahu.
Membiarkan dirinya dijamah, ditiduri banyak orang berbeda disetiap malam membuatnya patut untuk tahu diri pada kehidupan normal yang selalu ia dambakan.
Tapi semalam.....
Rasanya agak berbeda,
Renjun kembali merasa dicintai, merasa bergitu dihargai untuk setiap detik yang ia lakukan.
Tak tahu bagaimana caranya Jeno bisa menemukan Renjun disini. Dalam keadaanya yang begitu menyedihkan, tak tahu darimana Jeno bisa tahu kalau Renjun adalah lelaki malam yang kotor.
Sosok manis itu kini tengah duduk merenung diatas ranjang setelah merintih pelan.
Seperti biasanya dan tanpa rasa kaget, ia selalu mendapati dirinya hanya seorang diri didalam ruangan setelah permainan panas yang ia lalui dimalam sebelumnya.
Ia hanya menghela nafas, ada sedikit rasa kecewa ketika sadar Jeno pun tak jauh berbeda dari lelaki lelaki sebelumnya.
Renjun paham kalau ia tak seharusnya berharap banyak pada Jeno. Dirinya yang hanya seorang jalang tak akan pernah bisa mengharapkan apapun dari lelaki seperti Jeno, lelaki yang hanya butuh memuaskan nafsunya untuk satu kali malam.
Cklek
"Sudah bangun?"
Renjun menoleh cepat, menarik selimutnya terburu untuk menutupi tubuhnya yang bahkan masih belum mengenakan apapun.
"J-jeno"
Jeno didepan pintu sana tersenyum begitu tampan sebelum akhirnya mendekat kearah Renjun.
"A-ada yang tertinggal?" Renjun bertanya takut-takut dan Jeno mengangguk antusias setelahnya, yang mana malah membuat Renjun menyerngit keheranan karenanya.
"Ap—"
"Pacarku~"
Jeno terkekeh, memilih untuk duduk berhadapan dengan Renjun juga tanpa mau peduli bagaimana ia membuat lelaki manis itu bingung bukan main.
"Ayo pulang"
"Pulang?"
Renjun masih tak mengerti, sungguh. Tujuh tahun tak bertemu, mantan kekasihnya itu masih saja sulit dipahami.
Si tampan itu menggenggam tangan Renjun, membuat selimut yang sebelumnya menutupi tubuh Renjun jatuh naas kepangkuannya.
Jeno melirik tubuh Renjun sejenak, dan perasaan penuh sesal muncul dibenaknya ketika melihat banyak kissmark dan bite mark kemerahan yang beberapa mengoyak kulit dada maupun leher Renjun.
Ya tuhan Jeno, semalam kau mengajaknya perang dunia atau bagaimana?
"Kita pulang kerumahku" Kata Jeno dengan yakin
"hn?"
"Kau tak perlu lagi kembali kesini!"
Renjun mana bisa.
Dia harus menghidupi dirinya sendiri. Ia tak bisa lepas dari belenggu ini, ia harus berada disini untuk mengotori dirinya kalau masih ingin hidup.
"T-tapi Jen, aku punya banyak hal yang har—"
"Tak perlu sayang, kumohon jangan lagi. Ikutlah bersamaku"
Jeno merengek, tangannya menangkup wajah Renjun dan mengusap pipinya lembut dengan ibu Jari.