Harusnya Renjun memang tak segampang itu percaya pada Lee Jeno....
Hmmmmmm
"Tapi aku punya beberapa permintaan"
Wajah manis itu ditekuk sejadi-jadinya. Astagaaaaaaa, Renjun tuh hanya ingin pulang. Matanya sudah lelah seharian penuh berkutat dengan segala jenis tulisan dan gambar di laptop Jeno.
"Jen~ aku ngantuk tau ga sih?"
"Mau pulang kan?" Telunjuknya menunjuk tepat didepan hidung Renjun, membuat rekan sekelompoknya itu mengangguk antusias.
Matanya terlihat sayu, masa bodo dengan Jeno yang akan menganggapnya lemah setelah ini. Demi tuhan, Renjun sudah kewalahan menahan kantuknya.
"Turuti dulu, baru kamu boleh pulang. Hehe"
"Yaudah iya apaaa? Buruan, aku ngantuk huweeee"
"Cuma tiga kok"
"Tiga kok cuma. Satu aja ya?" Renjun merapikan lagi bawaannya, memasukan beberapa bukunya kedalam tas tanpa mau peduli Jeno yang masih santai-santai berbaring diranjang.
Bisa-bisanya Lee bobrok satu itu mengurungnya seharian dikamar dengan dalih agar fokus mengerjakan tugas.
"Jeno aku mau pulang~"
"Sebentar ishh, aku masih mau rebahan. Emangnya kamu berani pulang sendiri?"
Gelengan yang Jeno dapatkan sebagai jawaban cukup membuat anak sematawayang Bunda Lee itu bersorak riang, didalam hati.
Bibir Renjun dipoutkan, menatap memelas kearah Jeno tapi sama sekali terlihat tak diperdulikan.
"Janji hanya tiga?"
"Hu'um"
"Jangan aneh-aneh juga?"
"ng....."
"Yang pertama?"
Dehaman Jeno terdengar tepat setelah Renjun menyelesaikan kalimatnya. Si tampan itu masih duduk bersandar diranjangnya, terlihat berpikir untuk sepersekian detik sebelum menatap Renjun penuh senyuman.
"Jangan aneh-aneh Jen—"
"Pertama, ayo jadi pacarku!"
Renjun membolakan matanya terkejut. Astaga, ia hanya ingin pulang loh ini..... Kenapa Jeno yang bangsta itu malah menjahilinya beginiiiii????
'Mama~ tolong njun hiks~' —hrj
"Kan aku bilang jangan yang aneh-aneh Jenoooo~"
"Loh, memangnya jadi pacarku itu aneh?"
Ya tidak juga sih. Kalau pertanyaan itu dilontarkan untuk orang lain pun......tak akan pernah ada yang menjawab pacaran dengan Lee Jeno itu adalah hal yang aneh.
"Aku tidak ma—"
"Astaga, sudah jam 10. Hmmmm, tante Huang kira-kira marah ti—"
"Haish iya iyaaa, aku pacarmu!"
Oke, Renjun pasti sudah benar-benar gila:")
Ya setidaknya ia bisa cepat-cepat diantar pulang kalau menuruti kemauan aneh Jeno.
Asdfghjkll harusnya tadi Renjun menolak keras ketika Jeno memaksa ingin mengerjakan tugas dirumah anak itu.
"Ah pacarku~"
Bruk
Jeno yang sempat merentangkan tangan berniat memeluk Renjun itu malah merintih pelan. Harusnya ia ingat, kalau Renjun itu atlet softball disekolahnya. Akurasi lemparannya benar-benar tak bercanda. Tempat pensil Jeno bahkan mendarat tepat dikeningnya.
"Jahat"
"Yang kedua Jen! Buruan, aku mau pulang~"
"Tapi kamu kasar gitu sama pacar sendiri. Aku ngambek nih"
"Jenoooo~ buruan~"
Jeno menjerit didalam hati. Pacarnya yang baru resmi 49 detik lalu itu manis sekali ketika merengek. Ingin rasanya mencium pipi gembilnya, menggigit hidung mungilnya bahkan mencium bib— ah, lupakan. Jeno belum se-nekat itu hehe
"Sini dulu"
Tahu kalau protes hanya akan mengulur waktu, Renjun akhirnya menurut untuk mendekati Jeno. Wajahnya masih merajuk, yang mana masih membuat Jeno mati-matian menahan gemas.
"Apa?"
"ung.....aku cuma mau liat wajah manis pacarku dari deket hehe"
Sejauh Renjun mengenal Jeno......ia belum pernah merasa segugup ini. Beberapa kali Jeno menggodanya pun rasanya tak pernah ia sampai segugup ini.
Hmmmm apa status mereka berpengaruh? Atau.....biasanya Jeno tak pernah menggodanya dari jarak sedekat ini? Asdfghjkll tidak tahu! Renjun mau tenggelam saja rasanya.
"S-sudah kan? Aku sudah dekat kok"
"hm. Dan aku puas, Renjun manis sekali hehe"
Yah, Renjun bahkan tak mau menebak semerah apa wajahnya sekarang.
"Y-yang ketiga?"
Akhirnya.....
Diam-diam Renjun bersorak didalam hati. Pokoknya ia harus segera pulang, berlama-lama bersama Jeno dalam situasi secanggung ini rasanya menyebalkan tauuu.
"Hmmm, kamu janji mau nurutin semuanya kan?"
"Yaudah buruan!"
"Hmmmm gini..." Jeno membenarkan posisi duduknya, tersenyum penuh arti yang mana malah membuat Renjun was-was sendiri melihatnya.
"....lipat gandakan permintaannya. Lee Jeno masih punya ratusan permintaan yang harus dituruti Huang Ren— ah, Lee Renjun kedengeran cocok juga buat kamu"
"KOK BEGITU? MANA ADA PERMINTAAN BEGITU JEN—"
"ssssh, kamu tadi udah janji mau nurutin semuanya"
"T-tapi ga begi— haishhh. MAMAAAAAAAA, HUWEEEEE JENO NAKAALLLLL"
Desahan frustasi yang Renjun lontarkan dari mulutnya itu malah membuat Jeno bersorak kegirangan karenanya.
Kekasih manisnya yang tengah pura-pura menangis itu minta sekali dipeluk dan dikecup bibirnya. Asdfghjkl, Bundaaa Jeno gemaaasssss~
"Iya atau tidak?"
"Tidak mauuuu~"
"Yasudah, gajadi Jeno antar pulang hehe"
"Jenooo~"
"tinggal bilang iy—"
"Haishh, mending aku gausah pulang daripada nurutin ratusan permintaanmu yang pastinya aneh-aneh itu"
"E-eh?"
Hening....
Hening....
"a-anu....."
Tanpa diminta pun, bayangan tentang menghabiskan malam satu ranjang bersama Renjun lewat begitu saja dikepala Jeno.
Astaga, kalau Jeno membayangkan cuddle semalaman bersama Renjun......itu termasuk berpikir jorok tidak sih? Jantungnya bahkan berdebar hanya karena membayangkan hal semacam itu.
Dan diam-diam kedua pipi bocah itu merona. Matanya melirik kesegala arah, berusaha tak menatap bagaimana satu sama lain karena......ya begitu, pikiran keduanya malah melayang kemana-mana.
Hehe, gemas.
.
.
.Sebenernya aku ga niat buat up, cuma..... Aku lagi takut, jadi ini pelampiasan aku buat ngurangin ketakutan. Maaf😖
wWth love,
Peen♥