Typo(s)
.
Dari saling lempar senyum sampai akhirnya berani untuk saling sapa....
Dari hanya duduk berdekatan sampai akhirnya berani untuk saling menautkan jemari tangan.....
Keduanya jalan bergandengan, terlihat malu-malu dengan rona kemerahan dimasing -masing pipinya.
Tidak Jeno, tidak lagi Renjun. Keduanya berjalan beriringan, masih saling bergandengan tangan menyusuri lorong apartemen yang tengah sepi milik Renjun.
Tak ada sapaan, tak ada pula basa-basi. Keduanya sibuk sendiri, menetralkan debaran organ didadanya yang berdetak tak karuan.
"A-aku sampai kak"
"ah? O-oh baiklah"
9 jam menghabiskan waktu bersama, dan kalau boleh jujur itu bukanlah waktu yang lama. Jeno membutuhkan waktu lebih, belum mau kehilangan sosok manis yang bahkan belum genap seminggu menyandang status sebagai kekasihnya.
Renjun pun demikian, rasanya tak rela kalau harus berpisah sekarang dengan Jeno. Ia masih menginginkan Jeno untuk selalu ada didekatnya. Ya walaupun tanpa bicara sama sekali, yang penting pacarnya itu ada disisinya.
'Cium! Jangan lupa minta cium, Huang Renjun!'
Ah, itu kata-kata Jaemin tadi siang. Suara berisiknya terngiang lagi ditelinga Renjun. Rasanya memalukan untuk mendengar kata-kata semacam itu.
Tak sadar pipinya merona, membayangkan dirinya benar-benar berciuman dengan Jeno tak ayal membuatnya melayang-layang bahagia.
"Kamu sakit?"
"eum?"
"Wajahmu merah"
"A-ah ini......"
Jeno menyerngit, tangan besarnya yang sebelumnya mengusap pipi gembil pacarnya malah beralih untuk mencubit pipinya.
"Kamu butuh istirahat"
"Tidak!"
"hn?"
'Kau harus berani! Kalau kalian sama-sama malu bagaimana kalian akan berkembang?'
Na Jaemin itu.........
Seingat Renjun, Jaemin bahkan belum pernah benar-benar merasakan yang namanya pacaran. Tapi entah mengapa gayanya selalu terlihat kalau anak itu sudah sangat berpengalaman dalam hal seperti ini.
"A-aku.....masih ingin b-bersama kak Jeno"
Mati saja kau Huang Renjun
Jeno terlihat bingung setelahnya. Tak merespon untuk 5 detik selanjutnya yang membuat Renjun merasa was-was kalau ia tadi sudah salah bicara.
Tapi tenang,
Senyum tampan itu muncul disertai kekehan lembut yang memabukan setelahnya.
"K-kak Jeno mau mampir?" Renjun bertanya malu-malu, tak yakin juga dengan tawarannya barusan.
Ia tak pernah membawa orang asing selain Jaemin untuk masuk ke istananya.
"Hmmmmmm, boleh kah?"
"Ya"
"Baiklah, aku temani sampai kamu tidur"
Renjun mana bisa menolak. Diberi kesempatan untuk kembali menghabiskan waktu dengan kesayangannya itu adalah sebuah berkah.
Ia tersenyum manis, membiarkan Jeno masuk terlebih dahulu kerumahnya selama ia masih sibuk sendiri mengontrol diri untuk tak tersenyum terlalu lebar.
'Ajak saja ke kamar. Lalu rayu untuk menghabiskan malam berasama. Dijamin kalian akan semakin jatuh cinta satu sama lain'
Terkutuklah wahai Na Jaemin, karena kata-katanya itu Renjun sungguhan berubah menjadi anak nakal.
Ya bukan masalah besar sih, selama Jeno maupun Renjun menikmatinya apa yang salah?
Berdoa saja Jaemin tak sungguhan menyadap kamar Renjun seperti apa yang selalu anak itu katakan.
.
.
."ASTAGA ASTAGA ASTAGAAAAA, MATAKU ASTAGAAAAAA"
"YA TUHAN, AKU TAK PERNAH MENGAJARI YANG SEPERTI ITU!"
"YA TUHAN HUANG RENJUN! KAMU SERIUS MENONTON FILM PORNO YANG KU DOWNLOAD SPESIAL UNTUKMU ITU YA?"
"YA TUHAAAAAN, KENAPA AKU TAK BISA BERHENTI MELIHAT INI HUHUHUUUU"
Matanya memerah, berair juga dan tak tertinggal lubang hidungnya yang sengaja disumbat dengan tissue.
Jaemin tak tahu sudah berapa banyak tissue yang ia buang entah untuk air matanya atau mimisan dihidungnya.
Matanya tak terlepas untuk memandangi layar laptopnya barang sedetik pun.
Rasanya mengharukan, melihat Huang Renjun kesayangannya yang selalu terlihat seperti anak bayi ternyata sudah berani menggoda seorang lelaki hingga berakhir diranjang.
"Astaga, Mama bangga padamu Njun hiks"
.
.
.With love,
Peen♥