Ketika Jaemin mendatanginya sambil menangis tersedu, hati Renjun rasanya remuk.
Adik kecilnya yang manis menumpahkan banyak air mata, memohon agar Renjun memaafkannya atas kesalah pahaman yang mereka alami.
"Demi tuhan hiks Aku tidak seperti yang kakak hiks l-lihat kemarin"
Mau bagaimana pun, Renjun tahu kalau Jaemin memang tidak seperti itu. Kemarin....mungkin Renjun hanya terkejut, jadi satu-satunya hal yang bisa ia lakukan hanyalah melarikan diri.
"Tak apa, kakak tahu kamu tidak begitu"
"Hiks"
"Sudah jangan menangis lagi. Nanti kalau Mark tahu kakak membuatmu menangis, bisa-bisa dia tidak mengijinkan kakak menyalin tugasnya lagi hehe"
"Kakaaaaaakk~"
Jaemin merengek kekanakan, memamerkan wajah sebal kekanakannya pada Renjun yang masih betah untuk tersenyum anggun.
Ugh, Jaemin serius menyayangi saudaranya ini. Demi apapun, bagi Jaemin tak ada hal yang lebih berharga dibanding keluarganya.
Tapi.....
Kakaknya yang polos dan kekanakan seperti itu.....kenapa bisa-bisanya jatuh ke tangan lelaki bodoh sih? Rasanya Jaemin ingin mengamuk saja dihadapan tuhan.
"K-kak"
"hn?"
"Tentang ka Jeno....."
Renjun yang sebelumnya sibuk dengan ponsel ditangan menoleh. Senyumnya muncul sedikit walau agak getir.
Hmmm Jaemin cukup paham untuk itu. Bagaimana tersakitinya perasaan Renjun ketika dihadapi dengan berbagai kelakuan Jeno.
"Kakak tak apa, jangan dipikirkan"
"B-bukan itu"
Mau sampai kapan Renjun membela Jeno? Bahkan ketika kekasihnya itu nekat menjahatinya didepan mata pun Renjun malah bersikap seolah-olah ia buta.
Jaemin sebal sendiri.
"Lalu?"
"Kakak tak ada niat mengakhiri hubungan dengan ka Jeno?"
Renjun tahu....
Setelah semua yang Jeno lakukan padanya....mana mungkin tak ada pertanyaan seperti itu.
Kini tubuhnya sedikit menegang, tak sanggup memikirkan kenyataan bahkwa ia adalah manusia bodoh yang bisa-bisa memilih terus terjebak padahal pintu penyelamat terbuka lebar didepan mata.
"Kakak tidak tahu"
Helaan nafasnya terdengar pasrah, membuat Jaemin yang begitu tak tega hanya bisa maklum pada kakaknya itu.
"Kak, jangan dipak—"
"Renjun!"
Kakak beradik itu menoleh bersamaan. Jeno yang tiba-tiba muncul dihadapan mereka terlihat berantakan dengan nafas terengah.
Peluhnya membasahi wajah, dengan mulut yang turut andil mengais udara memenuhi pasokannya diparu-paru
"Siapa yang mengizinkanmu masuk kerumahku sesuka hati begitu?"
Renjun berusaha terlihat santai setelahnya. Berbeda dengan Jaemin yang langsung beringsut mundur untuk mencari perlindungan dibalik tubuh mungil Renjun.
"Aku merin—"
"Tidak! Diam disana dan jangan berani-beraninya mendekat!"
"Sayang, aku tahu aku salah. Aku minta maaf"