⚠️ (ga juga sih)
.
.Sentuhan Jeno itu memabukan....
Renjun ketagihan, dan selalu menginginkannya disetiap detik bahkan disetiap kesempatan. Bagaimanapun ceritanya, Renjun selalu mendambakan sentuhan Jeno. Seolah dirinya tak dapat hidup tanpa belaian kekasih hatinya.
Hari ini pun begitu....
"Jeno, aku rindu"
Tak butuh waktu lama sampai Jeno tiba-tiba muncul dan langsung memberinya ciuman dalam. Tanpa basa-basi dan hanya disambut dengan sebuah senyum tampan yang begitu tulus.
Jeno tahu Renjun seperti apa. Dan ia tahu betul kalau dirinya pun jatuh terlalu dalam akan pesona seorang Huang Renjun.
Baik dirinya maupun Renjun, sama-sama tak mau kehilangan satu sama lain. Keduanya saling membutuhkan, dan Jeno berjanji akan selalu ada disisi Renjun sampai akhir hidupnya.
"a-nghh"
Tak peduli lagi bagaimana keadaannya saat ini, tak mau peduli juga bagaimana tubuhnya yang masih terasa remuk. Renjun tersenyum manis, membelai wajah berkeringat Jeno dan memberinya sebuah kecupan kilat dibibirnya.
"Maaf Jeno, lehermu jadi berdarah"
"tak apa sayang, aku baik-baik saja"
Renjun tersenyum lagi, menahan geli ketika Jeno kembali menenggelamkan wajah diceruk lehernya.
Kegiatannya berlanjut, bahkan tak peduli lagi bagaimana berkeringatnya tubuh telanjang mereka. Sprei yang ikut basah pasca orgasme mereka pun sudah tak karuan bentuknya.
Astaga, aku tak mau tahu mereka mau main seperti itu sampai kapan. Yang jelas, hari ini berjalan panjang dan menyenangkan untuk keduanya.
.
.
.Aku tersakiti banget hari minggu ga libur:")