52 › 👬

4.4K 565 98
                                    

Renjun tahu....

Segala sesuatu yang dipaksakan itu tidaklah baik.

Seperti yang selalu mama bilang, setiap makhluk hidup itu berhak memilih tanpa perlu campur tangan makhluk lainnya.

Intinya, Renjun bukanlah seseorang yang gemar dipaksa. Tak suka dicampuri urusannya untuk menentukan jalan hidup, tapi pada kenyataannya ia bahkan tak punya pilihan lain selain menganggukan kepala.

Perjodohan sialan yang diusulkan sang ibu tiri tanpa pikir panjang langsung membuat Ayahnya membuat keputusan sepihak.

Yap, Renjun dijodohkan oleh salah satu anak dari rekan ayahnya.

Hidup memang sebercanda itu dengannya. Mereka bertunangan tanpa ada perasaan masing-masing, bahkan sampai di detik ketika janji sehidup semati itu terucap....Renjun sama sekali tak bisa melawan.

Tak ada yang berjalan lancar sejak saat itu.

Jeno yang dingin, tak suka diajak bicara, bahkan sampai tidur dikamar terpisah dengannya itu sangatlah menyebalkan.

Ya Renjun paham, pernikahan mereka itu terpaksa. Tak ada yang bisa diharapkan juga. Dirumah luas yang isinya hanya mereka berdua pun, tak pernah benar-benar ada interaksi...mengobrol pun seperlunya.

Jeno yang sibuk dengan pekerjaannya, juga Renjun yang sibuk berdoa agar Tuhan mau memberinya kemudahan.

Serius, Renjun tak pernah mengharapkan apapun dari Jeno. Mau Jeno tak mencintainya pun tak apa, karena pada kenyataannya Renjun pun tak memiliki perasaan apapun pada si Lee itu.

Mereka terlalu canggung, Renjun tak nyaman. Padahal tidak ada salahnya kalau mereka mengobrol sedikit. Mereka sudah 4 bulan tinggal bersama dan tak ada satupun interaksi yang berarti diantara keduanya.

Padahal juga, Renjun akan sangat senang kalau Jeno mau mengobrol dengannya. Entah apapun itu, bahkan kalau Jeno mau membahas cerita-cerita sebelum perjodohan mereka Renjun akan dengan senang hati mendengarkan. Termasuk menceritakan pacar lelaki itu mungkin, itupun kalau Jeno punya:")

Apapun, asal tidak secanggung ini.

Kalau hanya dilihat sekilas, semuanya lancar. Terlihat harmonis karena tak ada satupun konflik yang mampir di rumah tangga mereka.

Ya bagaimana mau ada konflik kalau saling tatap pun hampir tak pernah-_-

Hmmm setidaknya sampai kejadian di jumat malam minggu lalu.

Jeno yang tak kunjung pulang ketika jam sudah menunjuk pukul 11 malam, sedikit banyak membuat Renjun khawatir.

Ia hanya....tak mau teman serumahnya itu kenapa-kenapa. Diculik lalu di mutilasi misalnya.

Renjun menunggunya diruang tengah, sesekali keluar dari rumahnya jikalau mungkin ia melihat mobil Jeno mendekat.

"issh, dia tidak tiba-tiba lupa jalan pul—"

Brakk

Pintu yang sengaja tidak Renjun kunci itu terbuka lebar dengan suara debuman yang cukup keras.

Jeno disana,

Terlihat berantakan dan....teler?

Jas-nya ia sampirkan dibahu, dengan wajah merah padam juga kemeja yang.....entah, terlihat begitu berantakan.

"J-jangan mendekat sialan!"

Dengan terhuyung Jeno berjalan melewati Renjun, tak memperdulikan bagaimana wajah manis itu kebingungan ketika dikatai sialan secara tiba-tiba.

Renjun mengikutinya dibelakang, memastikan ekhemm suaminya itu tak akan tergelincir ditangga karena nekat.

"Jeno"

[2] Young, Love, and You || Noren ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang