Bagi Renjun sendiri, hanya ada dua pilihan didalam hubungannya bersama Lee Jeno.
Mempertahankan atau Lebih Mempertahankan.
Dan Renjun tahu mana pilihan paling tepat yang harus ia ambil.
Yakin kah?
Karena nyatanya, lebih mempertahankan Jeno sama artinya dengan menyakiti dirinya sendiri.
Bodoh, bukan sikap alamiah seorang Huang Renjun sih. Tapi.....memilih untuk tetap berasama Jeno disaat lelaki itu tak sama sekali mencintainya.....bukankah itu tindakan bodoh?
"Hanya ketika kita bersama para orang tua...."
Renjun menunduk, menggigit bibirnya takut kala itu,
"...Selebihnya, jangan harapkan apapun"
dan air matanya mengalir diam-diam tanpa sepengetahuan Jeno disisinya.
Jeno selalu tetap bisa tersenyum tampan, menggenggam jemari Renjun dan sesekali mengusapnya lembut. Terus begitu bahkan ketika dua pasang paruh baya dihadapan mereka tersenyum gemas karena kelakuan mereka.
D R A M A!
Renjun pernah sekali membentak Jeno. Ketika tunangan brengseknya itu dengan mudahnya mengatakan kalau Renjun itu hanya dijadikan alat untuk memperkaya kedua orang tuanya.
"Kau itu hanya mainan orang tuamu yang gil-"
Plak!
"Kau boleh membenciku, boleh memakiku sesuka hatimu! Tapi kau tak sama sekali punya hak untuk menjelekkan orang tuaku!"
Tanpa sepatah katapun Jeno meninggalkannya, melenggang tanpa rasa bersalah dengan tangan dimasukan disaku Jeans-nya, tanpa mau menoleh lagi kearah Renjun yang jatuh tersimpuh, menangis sesegukan dengan wajah merah padam menahan diri untuk tak melempari Jeno dengan batu besar didekatnya.
Tapi.....
Renjun itu bodoh, tolol, idiot dan sebagainya. Mau sepedas apapun mulut Jeno, tetap saja ia tak sama sekali bisa merubah perasaannya.
"Renjun sayang ka Jeno" Katanya sambil menunduk takut-takut
"Manisnya~" Jeno tersenyum lembut, mengusak dengan penuh perhatian kepala Renjun disisinya.
Sekali lagi, D R A M A!
Astaga, seandainya Jeno bisa terus bersikap seperti itu pada Renjun. Tanpa perlu lagi drama berpura-pura baik didepan orang tua mereka. Tak akan pernah terbayangkan sebagaimana Renjun akan merasa bahagia seumur hidupnya.
Tapi sekarang,
Renjun hanya ingin semuanya berakhir, dimana Jeno berhenti mempermainkannya dengan hal paling menyakitkan seperti ini.
Apa susahnya, hanya tinggal katakan ke kedua orang tua mereka kalau dirinya tak mencintai Renjun. Bukankah segampang itu?
"Aku tidak bisa melanjutkan pertunangan ini dengan Renjun"
Tuh, memang segampang it-
"Renjun juga tak mau menyerahkan sisa hidup Renjun untuk lelaki brengsek semacam ka Jeno"
Brak
Anak manis itu bangkit dari duduknya, melepaskan paksa genggaman tangan Jeno di jemarinya sebelum berlari keluar dari kediaman keluarga Lee.
Yang jelas, dengan uraian air mata juga isakan-isakan menyakitkan yang berusa ia sembunyikan sekuat tenaga.
Karena nyatanya, lebih mempertahankan Jeno sama artinya dengan menyakiti dirinya sendiri.
Kesalahan terbesar yang pernah Renjun lakukan karena pernah jatuh cinta pada lelaki tak punya hati seperti Lee Bajingan Jeno satu itu.
"Kujamin ka Jeno akan menyesal karena berani membuatku menangis bodoh seperti ini!"
.
.
.With love,
Peen♥