part 3

17.2K 2.4K 288
                                    

chapter 3
negosiasi
(1694 words)





***





"Hmmph!—Hmmmph!"

Tidur Jisung terganggu ketika ia mendengar banyak suara tertahan disekitarnya.

Sreeet—Sreeet—Sreeet!

Terdengar pula suara lakban yang sedang dibuka menyapa indera pendengaran Jisung. Saat itu juga badan Jisung menegang dan bergetar. Jisung tahu apa yang sedang terjadi sekarang, namun Ia terlalu takut untuk membuka mata dan melihat secara langsung apa yang terjadi disekitarnya.

Jisung masih berpura-pura tertidur.

Hingga,

"AKH!"

Jisung memekik kesakitan ketika tiba-tiba ia merasa rambutnya dijambak sangat kuat oleh seseorang. Netranya menangkap sosok tuan Park-lah yang menjambaknya.

"Tuan Par—hmpph!"

Dalam waktu sekejap dan dengan hanya menggunakan satu tangan, tuan Park dapat melumpuhkan pergerakan Jisung dengan cara pertama-tama membekap mulut Jisung dengan lakban, lalu mengikat kedua tangannya dibelakang badannya dan terakhir mengikat kedua kakinya dengan lakban.

Setelah tuan Park menyelesaikan misinya melumpuhkan pergerakan Jisung, barulah Jisung menyadari bahwa semua anak-anak yang berada sekamar dengannya telah terlebih dahulu dibekap dan diikat oleh tuan Park, termasuk Soobin. Jisung juga menyadari bahwa ia adalah orang terakhir yang diikat oleh tuan Park.

Beberapa dari mereka ada yang masih berusaha melepaskan ikatan lakban yang cukup kuat itu, dan juga berusaha berteriak meminta pertolongan. Tapi sebenarnya semua itu nampak mustahil, mengingat lokasi rumah tuan Park yang jauh dari keramaian dan sangat terisolasi.

Tuan Park terlihat berjalan keluar dari ruangan itu dengan sebuah ponsel tertempel ditelinganya.

"Semua sudah siap, cepat datang sebelum matahari terbit" ucap Tuan Park melalui panggilan telepon.

Jisung tidak tahu akan diapakan dirinya dan teman-temannya (ya meskipun mereka belum saling berkenalan satu sama lain sih). Namun yang terpenting, bagaimanapun caranya ia harus menyelamatkan dirinya saat ini.

Jisung terus berusaha melepaskan ikatan lakban pada tangannya. Ikatan itu terlampau kuat hingga ia merasakan kesemutan pada jari-jari tangannya karena tidak adanya sirkulasi darah yang lancar disana.

Sejam berlalu, Jisung sudah mulai menyerah karena pergelangan tangannya yang semakin sakit jika ia semakin berusaha melepaskan lakban itu. Beberapa dari anak-anak disekitarnya sudah tertidur kembali karena pasrah akan keadaan. Semua berubah menjadi tenang sekarang.

Namun keheningan itu berubah menjadi mencekam seketika ketika pintu ruangan terbuka tiba-tiba dan satu per satu dari mereka digendong paksa oleh 3 orang berbadan kekar keluar dari kamar itu.

Jisung pun tak luput dibawa paksa oleh orang-orang asing itu. Badannya terlalu lemas untuk sekedar memberontak seperti teman-temannya tadi. Maka dari itu, ia hanya pasrah dibawa di bahu orang-orang itu layaknya sebuah karung beras.

Lelaki asing itu membawa Jisung keluar dari rumah tuan Park. Didepan pintu utama rumah tuan Park telah terparkir rapi sebuah Mobil Box tertutup dimana para anak-anak yang dibawa terlebih dahulu sebelum Jisung telah berada didalam box belakang mobil itu.

BRUK!

Jisung tidak menduga ini. Lelaki asing itu membanting badannya masuk kedalam box mobil tersebut seperti sebuah barang. Lengan dan punggung Jisung yang pertama kali menyentuh alas besi mobil tersebut pun mulai terasa sakit seketika. Jisung tidak bisa merintih karena mulutnya yang terisolasi lakban. Ia hanya bisa meneteskan air mata, menunjukkan betapa sakitnya badannya pasca dibanting secara kasar barusan.

Boss (Minsung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang