part 44

10.3K 1.2K 116
                                    

chapter 44
cuci darah
(990 words)







***





"Selamat pagi, Tuan Han"

Di pagi yang cerah itu, seorang perawat berumur sekitar pertengahan 20 tahunan tiba-tiba masuk kedalam kamar Jisung dan menyapa lelaki berparas manis yang sedang mengunyah sarapan paginya dibantu oleh Minho disampingnya itu.

Jisung menganggukkan kepalanya pelan dan sedikit tersenyum dengan makanan yang masih memenuhi mulutnya hingga membuat pipinya membulat tembam.

Perawat bermarga Kim itu memasuki kamar Jisung dengan sopan. Ia datang dengan beberapa berkas dan berhenti tepat disamping Minho setelah membungkukkan badannya sopan kepada Minho.

"Tuan, sekarang waktunya anda melakukan cuci darah" ujarnya ramah.

"Loh, kok sekarang?" tanya Jisung sedikit terkejut.

"Bukannya masih besok?" lanjutnya setelah menelan makanannya.

Minho yang tak tahu menahu hanya menatap Jisung dan Perawat Kim bergantian dengan tatapan bingung.

"Dokter Jae menyarankan untuk melakukan cuci darah sekarang untuk menjaga sistem imunitas anda yang mulai semakin memburuk" jelasnya.

Jisung pun hanya bisa menganggukkan kepalanya pelan.

"Ah begitu ya?"

"Yasudah. Aku akan menyelesaikan sarapanku terlebih dahulu ya, sus" ujarnya.

Perawat Kim pun menganggukkan kepalanya dan tersenyum manis. "Saya akan tunggu diluar ya tuan. Jika anda sudah selesai, tekan tombol panggilan saja ya. Saya akan membawakan kursi roda untuk anda" pamitnya.

Jisung menganggukkan kepalanya lagi mengiyakan.

Perawat Kim pun meninggalkan ruangan setelah dirasa urusannya telah selesai.

"Jadi, kamu akan cuci darah habis ini?" tanya Minho setelah keheningan kembali terjadi diantara mereka.

Jisung mengangguk. "Iya. Kulitku kembali ditusuk dengan beberapa jarum berukuran besar dan darahku disedot keluar lagi. Aku sampai tidak takut lagi memikirkannya. Tidak seperti pertama kali aku mendapat tindakan ini" ujarnya dengan senyum getirnya.

Ketika mendengar penjelasan Jisung, Minho hanya bergidik ngeri, tak bisa membayangkan.

"Tak usah khawatir kak. Aku sudah kebal sama rasa sakitnya kok" lanjut Jisung diselingi senyum semangat.

"Aku akan menemanimu. Maka dari itu, ayo habiskan sarapannya dulu" tutur Minho yang kembali hendak menyuapkan sesendok nasi kepada Jisung.

"Eh?"

"Kenapa lagi memangnya?" tanya Minho ketika Jisung tak segera melahap sendok berisi nasi itu.

"Kakak mau ikut?" ucap Jisung balik bertanya.

Minho mengangguk tegas. "Kenapa memangnya?"

"Eum—itu... Kakak tunggu disini saja deh" usulnya.

"Loh kenapa?" tanya Minho bingung.

"Ituloh kak... Jeongin... Kemarin kan dia bilang akan mampir setelah dia selesai kemoterapi. Aku takutnya kalau aku berangkat cuci darah dan kamar ini kosong, dia akan kesepian nantinya. Makanya, kalau dia datang. Aku harap kakak bisa menemaninya selama aku pergi..."

"...Jika kakak tidak keberatan sih" ucapnya dengan nada pelan ketika dia baru menyadari dia baru saja memerintah sang majikan.

Tak sesuai ekspetasi Jisung, Minho menganggukkan kepalanya dan tersenyum.

Boss (Minsung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang