part 16

11.4K 1.4K 435
                                    

chapter 16
kesetanan
(1107 words)







***





Jisung ditarik paksa oleh Minho untuk beranjak dari kasur. Ia dibawa menjauhi kasur untuk menuju ruang lengang yang berada tepat dihadapan kasur milik Minho.

"Bagaimanapun janin itu harus mati secepatnya"




BUK!





Berselang beberapa detik Minho mengucapkan kalimat itu, dengan posisi tangan yang masih menggenggam erat kaos Jisung, Minho menendang bagian perut Jisung dengan salah satu lututnya dengan sangat kuat.

"Akh..."

Jisung kehilangan keseimbangannya hingga ia terjatuh dilantai dengan kedua tangan yang reflek memegang perutnya.

"Janin itu harus mati!" bentak Minho.

Sepertinya Minho telah gelap mata. Dengan sangat brutal, Minho menginjak-injak Jisung tepat dibagian perutnya berkali-kali tanpa ampun dan tanpa belas kasihan. Tangan Jisung yang berusaha melindungi perutnya pun seperti bukan sebuah halangan bagi Minho. Ia pun juga ikut menginjak-injak tangan Jisung tanpa ampun.

"A—akh! S—sakit kak! S—stoph!"

"Ug—gh!"

Darah seketika keluar dari mulut Jisung ketika Minho menginjaknya dengan sangat kuat dan penuh tenaga tepat pada bagian tengah perutnya.

"S—stop! Hiks"

Dengan sisa tenaga yang tersisa, Jisung berusaha menggenggam satu kaki Minho yang sedari menginjak-injak badannya itu.

"C—cukup—h" rintih Jisung dengan suara samar karena darah kental yang masih memenuhi rongga mulutnya dan membuat pita suaranya susah untuk bersuara.

Minho masih tidak merespon. Seperti orang kesetanan, ia masih berusaha membunuh janin didalam perut Jisung itu.

Kepala Jisung mulai pening. Mata Jisung hanya bisa terbuka setengah. Pandangannya pun terasa buram dan berputar. Badannya terasa sangat sakit saat ini, terutama dibagian perutnya.

"A—ampun Kak..." rintihnya dengan suara yang semakin memelan.

Kedua tangan Jisung masih memegang pergelangan kaki Minho, masih berusaha untuk memohon agar lelaki itu berhenti menginjak-injaknya.

Tak lama kemudian, Jisung merasa bagian selangkangan kakinya mulai basah. Cairan kental mulai merembes keluar dari dalam celananya dan membasahi kakinya juga lantai dibawahnya.

"D—dia sudah mati kak... T—tolong berhenti..." mohon Jisung ketika menyadari bagian selatan tubuhnya yang mulai basah.

Syukurlah Minho mendengar rintihan Jisung itu. Ia melihat rembesan cairan kemerahan dari kaki Jisung yang membasahi lantai disekitarnya. Hal itu membuatnya menghentikan injakannya pada tubuh ringkih Jisung.

Jisung sudah mulai kehilangan kesadarannya. Nafasnya mulai tak beraturan dan dunia terasa berputar disekelilingnya. Karena tak ada sisa tenaga tersisa, Jisung pun mulai menutup matanya.

Tak ada perasaan khawatir sama sekali, Minho malah menendang pelan badan Jisung, hanya untuk memastikan apakah lelaki itu masih sadar atau tidak.

"Paling juga pingsan" ujar Minho dengan santainya setelah menendang badan Jisung dua kali.

Dengan tangan yang tersimpan manis di kedua kantongnya, ia pun keluar dari kamarnya. Perutnya yang lapar mulai meronta-ronta untuk segera diisi karena dari tadi siang dia belum makan apa-apa.

Boss (Minsung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang