part 48

9.9K 1.2K 173
                                    

chapter 48
gelap mata
(1214 words)






***




Jisung sejak tadi hanya membaringkan dirinya memunggungi Minho setelah mengetahui kabar kematian Jeongin.

Tidak ada suara isakan yang muncul dari mulut Jisung sama sekali. Hal itu malah membuat Minho mulai khawatir.

Jisung tak mau menyentuh sarapan dan obat-obatnya sejak tadi. Minho yang terus membujuknya pun sampai kehilangan akal harus bagaimana lagi. Ia sedari tadi pun hanya bisa duduk dipinggir kasur sembari menatap punggung sempit milik Jisung yang sama sekali tak bergerak itu.

"Jisung ayolah, makan. Kau sudah tidak makan sejak tadi. Ini sudah hampir jam makan siangmu..." bujuknya.

Hening, Jisung masih tak mau menjawab.

Tepukan pelan Minho layangkan ke bahu Jisung. Namun Jisung pun tetap tak bergeming.

"Bekerjasamalah denganku sedikit Han... Kau mau aku marah? Iya?" ancam Minho. Ia tahu Jisung akan selalu tanggap jika ia mengancamnya dengan kemarahannya.

Tetapi, sekarang berbeda. Jisung tetap acuh. Ia seperti tidak peduli Minho akan marah padanya.

Minho hanya bisa menghela nafasnya, mencoba mengatur emosinya. Keadaan seperti ini tak akan bisa diselesaikannya dengan emosi.

"Kau tak mau sembuh apa? Kalau kau tak makan dan tak minum obatmu, penyakitmu akan semakin parah, Han" ujarnya.

"Aku tak peduli"

Jisung tiba-tiba berbicara. Hal itu cukup mengejutkan Minho. Akhirnya bibir ranum yang terkatup sedari tadi itu mengeluarkan suara.

"Maksudmu?" tanya Minho.

"Aku juga ingin mati. Aku ingin menyusul Jeongin. Jadi tolong biarkan aku mati saja" ujar Jisung yang kini berbalik, menatap mata Minho untuk menunjukkan kesungguhannya.

Minho menautkan alisnya bingung.

Belum sempat Minho merespon, Jisung tiba-tiba bangkit dari tidurnya. Ia menurunkan kakinya dan mulai menggenggam tiang infusnya, nampak seperti akan turun dari kasurnya.

"Mau kemana kamu?"

"Aku mau ke pemakaman Jeongin" jawabnya tegas.

"Kau gila apa?!" bentak Minho.

"Kau ini sakit! Kau mau kesana dengan infus ini?! Tidak akan mungkin bisa! Berpikirlah secara realistis, Han!" lanjutnya dengan sedikit membentak.

Jisung nampak menjadi keras kepala. Ia tak menghiraukan bentakan Minho dan mulai berjalan pincang menjauhi kasurnya.

Minho tak tinggal diam, ia langsung bangkit dari duduknya dan menghalangi jalan Jisung.

"Kak minggirlah, tolong. Aku tak punya banyak tenaga untuk melawanmu" mohonnya.

"Tak boleh. Kau harus diam disini"

"Kak, tolong. Aku hanya ingin memberi penghormatan terakhir untuk Jeongin. Itu saja"

"Kalau aku bilang tidak boleh, ya tidak boleh! Kau masih perlu banyak beristirahat! Kondisimu akhir-akhir ini tidak stabil, Han!" perintahnya mutlak,

Jisung memijit pelipisnya yang mulai pening itu. Ia hanya bisa menghela nafasnya dan menundukkan kepalanya.

"Kembali ke tempat tidurmu sekarang!" perintah Minho sekali lagi.

Tetapi Jisung tetap tidak bergeming. Ia masih berdiri dengan tangan yang memegang tiang infusnya.

Boss (Minsung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang