part 43

10.6K 1.2K 220
                                    

chapter 43
makan malam
(1116 words)







***




"Lee Minho?!"

"Kim Woojin, aku mau kamu sembuhkan Jisung secepatnya, bagaimanapun caranya!"

Woojin tak menduga, petang itu ia mendapat seorang tamu yang tak terduga. Lee Minho masuk dengan terburunya kedalam ruangannya. Ia langsung duduk dihadapan meja kerja Woojin dan menatap pria bermata sipit itu dengan tatapan seriusnya.

"Berapapun biayanya, aku bayar!" ucapnya lantang.

"Minho, tenangkan dirimu dulu. Rileks..." ujar Woojin mencoba menetralkan emosi Minho yang menggebu-gebu itu.

Minho mulai mengatur nafasnya, menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya melalui mulutnya.

"Apa yang harus kulakukan, Jin..."

"Aku..."

Minho menjeda kalimatnya untuk beberapa saat.

"Aku tak mau kehilangan Jisung..." ujarnya terbuka.

Woojin menatap Minho dengan tatapan kasihan. Ia melihat sorot mata lelaki itu nampak tak memiliki harapan lagi.

Sebenarnya mereka berdua belum pernah sempat bermaafan secara formal sejak kejadian beberapa bulan lalu saat Woojin memarahi Minho karena menggugurkan kandungan Jisung. Namun, kini Woojin merasa tak tega melihat kondisi Minho yang panik dan putus asa dihadapannya itu.

Woojin meraih tangan Minho yang ia letakkan diatas meja kerja Woojin. Lelaki berwajah tegas itu mengelus punggung tangannya pelan.

"Pasti ada jalan jika Tuhan mengijinkan, banyaklah berdoa" ucap Woojin menasehati.

"Kami akan terus berusaha maksimal. Kami akan terus mencari pendonor yang dibutuhkan Jisung" lanjutnya.

"Pendonor?"

Ya, Minho belum tahu sepertinya kalau Jisung membutuhkan pendonor ginjal untuk mengganti ginjal lamanya.

"Iya, dia butuh pendonor ginjal. Karena rumah sakit ini tidak ada stok, jadi Jisung hanya bisa bertahan dengan cuci darah sampai dia mendapatkan pendonor" jelas Woojin.

"Dia butuh pendonor ginjal ya..." gumam Minho.

Woojin hanya mengangguk pelan.

Suasana ruangan itu menjadi hening setelah Minho ataupun Woojin tidak membuka suara lagi. Minho nampak sedang memikirkan sesuatu, sedangkan Woojin nampak menunggu respon dari Minho.

"Ah..."

"Woojin, aku ijin sebentar" ujar Minho tiba-tiba.

Ia langsung berdiri dari kursi, mengambil ponsel disakunya, dan berjalan cepat keluar dari ruangan Woojin.

Minho berjalan menuju toilet yang berada dekat dengan ruangan kerja sahabatnya itu. Ia memasuki salah satu bilik toilet dan menutup pintu toilet itu.

Syukurlah, ruangan itu tidak didatangi oleh siapapun kecuali Minho.

Minho menekan salah satu kontak yang sering ia hubungi yang sepertinya sudah ia siapkan sejak tadi saat ia berjalan menuju toilet.

Ia menelpon Hyunjin.

"Halo Hyunjin?"

"Halo, Bos. Ada yang bisa saya bantu?"

"Aku butuh satu orang yang ginjalnya bisa kita ambil untuk Jisung" perintah Minho mutlak.

Boss (Minsung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang