part 42

11.3K 1.3K 686
                                    

chapter 42
penyesalan
(1460 words)







***





"Kak Minho?"

"Uhm-hai"

"Lama tak bertemu"



Tak ada jawaban apapun dari Jisung, ia hanya terdiam tak percaya menatap sosok Minho diambang pintu yang berdiri dengan tatapan tanpa ekspresinya. Meskipun sebelumnya ia sangat berharap Minho setidaknya menjenguknya, namun ia tak menduga bahwa lelaki tampan itu akan muncul hari itu juga.

Jeongin yang kebetulan sebelumnya sedang duduk disamping Jisung di kasur milik Jisung dengan segera turun dari kasur itu dan membungkukkan badannya sopan.

"Selamat sore, saya Jeongin. Teman Kak Jisung" ucap Jeongin memperkenalkan.

Minho hanya tersenyum simpul. "Oh, hai" ucapnya singkat.

Jeongin berbalik badan dan menepuk pelan paha Jisung, mencoba menyadarkan lelaki manis yang masih menatap terkejut kearah Minho itu.

"Kak, aku kembali kekamar ya" ucap Jeongin pamit.

Jisung tersadar dari lamunannya. Ia langsung beralih menatap Jeongin. "Loh, kembali sekarang?"

"Iya kak. Hehehe. Aku besok ada jadwal kemoterapi, mungkin nanti agak siangan akan kesini" ujarnya.

"Ah begitu... Iyadeh. Semangat ya Jeongin-ah!" ucap Jisung menyemangati.

"Aku kembali dulu ya kak. Dadah!" pamit Jeongin.

Remaja manis itupun kembali mendorong tiang infusnya keluar dari kamar Jisung. Tak lupa ia membungkukkan badannya lagi ketika berpapasan dengan Minho sebelum akhirnya badan kurusnya itu menghilang dibalik pintu kamar yang ditutupnya setelah ia lewati.

Oke, mari kita sekarang berfokus pada Jisung dan Minho.

Kamar rawat itu hening. Tak ada suara apapun selain suara AC yang bekerja mendinginkan ruangan di langit-langit kamar itu.

Minho masih diam diposisinya, sedangkan Jisung membeku diatas kasurnya.

Lelah dengan suasana canggung ini, Jisung pun langsung turun dari kasurnya. Ia menarik tiang infusnya dan berjalan mendekati Minho. Langkahnya sangat pelan dan pincang.

"Silahkan kak, duduk dulu" ujarnya mempersilahkan Minho untuk duduk di sofa yang ada di samping pintu masuk.

Namun, Minho tidak langsung mengiyakan tawaran Jisung. Ia malah lebih fokus pada langkah Jisung yang nampak asing itu.

"Kau baik-baik saja kan?" tanya Minho heran. Raut wajah datarnya kini telah berganti dengan raut wajah bingung.

Jisung tersenyum manis, ia menganggukkan kepalanya.

"Aku baik-baik saja kok kak..."

"-berkatmu" ujarnya.

Minho menautkan alisnya dan mengerutkan dahinya. "Berkatku?"

Jisung kembali menganggukkan kepalanya. "Kakak membayarkan semua keperluan rumah sakitku. Aku sangat berterima kasih. Setidaknya berkat kakak aku bisa melihat dunia sedikit lebih lama lagi" ujarnya.

"Maksudmu?" tanya Minho yang semakin bingung. Semua ucapan Jisung terasa menggantung dan penuh makna ambigu.

"Ah, silahkan duduk dulu saja kak. Hehe"

Jisung malah lebih memilih mengalihkan topik dengan cara mempersilahkan Minho untuk duduk lagi.

Setelah memastikan majikannya sudah duduk di sofa, Jisung pun kembali berjalan menuju kasurnya, dengan perlahan-perlahan.

Boss (Minsung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang