part 50

11.2K 1.2K 403
                                    

chapter 50
columbarium
(2245 words)







***



Jisung kini tengah duduk ditengah mobil milik Minho, dengan Minho disampingnya. Dikursi depan ada Woojin yang duduk dengan Changbin sebagai pengemudi mobil itu.

Sudah sekitar satu jam mobil hitam itu menyusuri jalanan bebas hambatan yang cukup lengang siang itu, keluar dari padatnya mobilitas kota Seoul yang cukup menyesakkan.

Jisung kini hanya bersandar dengan lemasnya pada bahu Minho dengan tangan Minho yang merangkul badannya dan mengelus lengannya pelan.

"Kalau mengantuk, tidurlah. Masih ada satu jam lagi hingga kita sampai disana" ujar Minho dengan ramahnya pada Jisung.

Jisung hanya mengangguk pelan karena memang pada dasarnya ia cukup mengantuk saat ini.

Terlebih lagi ia sedang bersandar dengan nyamannya pada bahu lebar milik Minho.

Ah, rasanya Jisung seperti sedang di alam mimpi saja sekarang.

Mobil hitam itu kini telah terparkir dengan rapihnya di sebuah halaman parkir columbarium tempat Jeongin disemayamkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mobil hitam itu kini telah terparkir dengan rapihnya di sebuah halaman parkir columbarium tempat Jeongin disemayamkan.

Gedung itu berada tepat dipuncak sebuah bukit hijau yang sangat lapang. Rumput-rumput pendek itu nampak seperti sebuah karpet yang melapisi tanah perbukitan. Dari lahan parkir saja, siapapun bisa melihat betapa padatnya gedung-gedung yang memenuhi dataran Seoul dan Gyeonggi-do.

Cuaca siang itu cukup cerah. Burung-burung masih berkicau dengan riaunya. Angin khas akhir musim panas bertiup dengan segarnya menggerakan helaian rambut-rambut hitam milik Jisung dan juga Minho yang sedang berjalan naik menuju gedung columbarium yang ada dipuncak bukit. Pohon-pohon disekitar mereka pun nampak seperti menari, menyambut kedatangan Jisung dan Minho ditempat itu.

Dibelakang mereka, Changbin dan Woojin nampak berjalan dengan sedikit canggung karena kurang mengenal satu sama lain. Terlebih lagi, Changbin yang memiliki sifat introvert yang sangat susah untuk membuka topik pembicaraan dengan lawan bicaranya.

Minho terus mendorong kursi roda yang dipakai oleh Jisung memasuki lobby columbarium. Ia langsung bertanya kepada salah satu petugas letak tempat abu Jeongin diletakkan untuk mempersingkat waktu untuk tidak lama mencari.

Jisung sejak tadi hanya diam. Ia sebenarnya cukup gugup saat ini. Ia masih belum seratus persen menyangka bahwa sahabat barunya itu telah meninggalkannya terlebih dahulu menuju surga.

Dan setelah bertanya pada salah satu petugas disana, tak terasa mereka kini telah memasuki lift bersama-sama, untuk menuju lantai 3, tempat dimana abu Jeongin diletakkan.

Namun, ketika pintu lift itu kembali terbuka, cukup terkejut mereka mendapati sosok Chan yang tengah berdiri menunggu lift dihadapan mereka.

Boss (Minsung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang