part 1

40.7K 1.5K 17
                                    

"Aulia!!!" teriakan itu benar benar mengejutkan Aulia.

Hari ini, kelas adalah ruang tidur kedua untuk Aulia, rasa kantuknya selalu berhasil merajai segalanya dan mengesampingkan dampak buruk bagi dirinya sendiri, yakni, mendapat omelan dari Bu Silva, guru fisika yang terkenal killer se antero sekolah.

"Berani-beraninya kamu tidur di jam pelajaran saya!!" Aulia menatap mata Bu Silva sembari menelan ludahnya sendiri, masalah besar ada di hadapan Aulia sekarang.

"Sekarang, Kamu kerjakan soal-soal itu di depan, Cepat!!" tunggu, apa? Mengerjakan soal fisika? Di depan kelas? Enggak, enggak, Aulia gak bisa.

"Cepat, Aulia!! Lelet amat kamu ini!" lanjut Bu Silva terlihat sangat marah pada Aulia.

Aulia berjalan menuju papan tulis dengan langkah ragu, jika mengerjakan di buku saja Aulia tak bisa lalu sekarang ia harus mengerjakan di depan kelas? Lebih baik Aulia dihukum lari mengelilingi lapangan daripada harus mengerjakan soal-soal itu, yakin.

"Kenapa, Aulia? Kamu gak bisa?" Aulia hanya memutar badannya sembari menunduk dan menutup spidol di balik tubuhnya.

"Iya, Bu."

"Ranu, tolong kamu bantu Aulia mengerjakan soal-soal itu." ucap Bu Silva menunjuk satu siswa yang duduk di bangku paling pojok.

Abimana Ranu Narendra, itulah nama lengkap siswa yang Bu Silva panggil tadi, seluruh sekolah pun tau bahwa Ranu adalah seorang yang cerdas, dalam hal apapun.

Satu lagi, dia tampan.

Dan dia hidup dalam keluarga yang cukup berada, semua orang tau itu, itulah mengapa dia menjabat sebagai Pangeran Sekolah, banyak sekali penggemar Ranu di sekolah, bahkan sebagian besar siswi sekolah Aulia pasti menyukai cowok itu.

Termasuk Aulia.

"Itu Aulia lihat...

Suara Bu Silva tak begitu terdengar di telinga Aulia, bagaikan sedang mendengarkan lagu romantis yang menghanyutkan Aulia dalam dunianya, menatap tangan Ranu yang dengan lancar menulis angka-angka rumit itu di papan tulis, betapa dia begitu tampan.

"Sudah, Bu." ucap Ranu menutup spidolnya membuat Aulia kembali ke dunia nyata dan bersiap mendengar omelan Bu Silva lagi.

"Lihat, Aulia, bahkan Ranu yang duduk di bangku paling pojok pun mampu, kenapa kamu yang duduk di hadapan papan tulis gak bisa? Contoh Ranu ya, Aulia." Aulia hanya mengangguk dan menunduk memandangi sepatunya dan sepatu Ranu yang bersebelahan saat ini.

Iya, Bu ... Ranu tuh perfact banget ya? Udah ganteng, pinter lagi. Kan Aulia jadi makin syuka ~~ ucap Aulia dalam hati dengan mengulum senyumnya.

• •

Di ruang BK tempat Aulia berlabuh sekarang, saat di kelas telah habis dimarahi oleh Bu Silva, dan sekarang Aulia harus mendapat omelan dari guru BK juga, astaga, Aulia lelah.

"Ini sudah kesekian kalinya kamu tidur di jam pelajaran, Aulia. Kamu sekolah itu untuk menuntut ilmu, bukan untuk tidur!" sepanjang siang Aulia hanya mendengarkan guru BK berceloteh, panas kuping Aulia tuh,  tapi, it's okay, gak papa, yang harus Aulia syukuri adalah dia terbebas dari pelajaran Matematika yang mematikan siang ini,

Huhh, Aulia ikhlas deh kalo harus dimarah guru BK sampai pelajaran Matematika selesai, gak papa, serius.

• •

Setelah mendapat omelan dari Guru BK, entah mengapa Aulia jadi lapar, cacing di perutnya udah mulai berdemo meminta makan, jadi satu jam pelajaran Matematika yang masih tersisa Aulia gunakan untuk ke kantin, kenapa? Ya laper, sama aja kalo Aulia masuk kelas juga bakal gak akan konsentrasi karena perutnya lapar, toh satu jam pelajaran ini, gak lama, lagian nanggung, udah gak masuk lama, eh tiba-tiba di jam terkahir harus masuk kelas, kan udah ketinggalan pelajaran, iya kan?

"Mba, aku mau mie ayam dong satu sama es teh, ya." pinta Aulia setelah menginjakkan kakinya di kantin, kantin terlihat sepi, hanya beberapa orang saja yang berada di sana, mungkin jamkos atau bolos juga kayak Aulia, bodo amat yang penting perut Aulia kenyang.

"Eh, itu tuh Kak Aulia." ucap seorang siswi di belakang Aulia, dia adik kelas pasti,

"Kak Aulia? Siapa sih?"

"Masa lo gak tau sih, itu kan kakak kelas kita, dia kelas XII IPA 1." Aulia tersenyum, ternyata dirinya cukup terkenal juga.

"Yang mana sih? Gue gak pernah liat deh."

"Itu loh, yang suka sama kakak ganteng itu, Kak Ranu, yang katanya Nerd, gue juga baru liat ini, tapi, iya ya dia kumel, jijik banget, pantes kak Ranu gak mau sama dia, padahal mereka satu kelas." tadinya Aulia ingin makan mienya yang baru saja datang, tapi, mendengar kalimat itu, kenapa nafsu Aulia tiba-tiba hilang?

Aulia pikir dia terkenal karena hal positif, ternyata? Selalu masalah itu yang mereka permasalahkan, memang kenapa? Apakah Aulia salah jika menyukai Ranu? Mereka aja gak cantik kok, tapi sok cantik aja dengan ngomong orang lain kumel, dasar adik kelas gak berperikeadikan.

"Oh iya, iya aku tau, gak sesuai banget ya kelakuan sama penampilannya, keliatannya aja polos, rambut dikuncir dua, pakai kacamata, tapi tiap hari keluar masuk ruang BK, bikin masalah terus dia itu. " Aulia memejamkan matanya dan menarik nafasnya dalam-dalam, meredam emosinya.

Yang mereka katakan memang benar, di mana pun Aulia ada, semua orang pasti mengatakan hal yang sama,

Aulia selalu buat masalah katanya, tapi mungkin benar, tapi itu juga bukan kemauan Aulia untuk bolak balik ruang BK, mereka tuh ya, kalo ngomong gak pernah disaring.

Kayak mereka gak pernah punya salah aja.

Kalian suci aku penuh dosa.

Dua Satu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang