part 9

9.8K 633 3
                                    

"Mama udah bilang sama kamu ya, nu! Jangan bawa motor!" Alya, mama Ranu sangat marah saat itu,

Ranu pernah dilarang untuk mengendarai motor dulu, tapi Ranu berjanji dia akan membawa motor dengan baik, tapi sekarang Ranu jatuh, tabrakan lebih tepatnya.

"Ranu ditabrak ma, Ranu baik kok naik motornya." elak Ranu membela dirinya, ya karena memang dia gak salah, penabraknya aja yang gak hati-hati bukan Ranu.

"Mama gak peduli! Mulai sekarang! Kamu gak boleh bawa motor lagi! Paham?!!"

"Ranu sekolahnya gimana ma?"

"Anter jemput." Ranu hanya menarik nafas panjang nya, betapa Ranu akan sangat terkekang nanti, dia tak akan bisa menemui Nada lagi, dan hidup Ranu akan kembali membosankan.

"Ma, mama gak kasian sama anak bujang mama ini, kasian ntar diejek-ejek temennya lo." timpal Dhifa yang baru saja selesai mengganti perban di kaki Ranu, Dhifa memang begitu, dia peduli tinggi sama adik nya itu, tapi kadang ngeselin juga.

"Mama gak peduli"

"Gini aja ma, Dhifa punya wiwinsolution, Mama mau denger gak?"

"Gak ada wiwin wiwin an," ucap mama Ranu dengan Nada yang terlihat masih sangat marah pada Ranu.

"Ma denger dulu, kasian Ranu ma." ucap Dhifa menghampiri mamanya untuk membantu Ranu menyelesaikan masalahnya.

"Gini aja, Ranu biar berangkat sama Rafki aja, Rafki kan naik mobil, anaknya baik lagi, gimana?" Ranu menoleh kea rah kakak nya itu, dia berkata bahwa Rafki baik? Padahal dia adalah orang yang selalu bertengkar jika bertemu Rafki, tapi iya, bagaimana Rafki memang terlihat sangat baik di hadapan orang tua ranu, padahal gilanya setengah hidup.

"Ma.. Jangan bilang mama gak percaya sama anak sahabat mama sendiri." Rafki memang anak sahabat mama Ranu, mereka berteman sejak kecil, makanya Ranu dekat dengan Rafki ya ini salah satu nya, ikatan keluarga -_ ya.

"Jadi ma.. Gimana?" ucap Dhifa terus mendesak mamanya agar angkat bicara, pasalnya Dhifa tau mamanya tak mungkin menolak solusi dari Dhifa, bagaimana mamanya akan menolak jika itu menyangkut kepercayaan pada sahabatnya.

"Iya iya, kamu berangkat sekolah sama Rafki, tapi mama gak mau liat kamu naik motor, atau kamu akan mama kirim ke Amerika sama Eyang." Ranu hanya mengangguk paham, jika bukan karena Nada, Ranu lebih memilih tinggal bersama Eyangnya tanpa tekanan daripada bersama keluarganya yang dipenuhi beban, Ranu capek.

"Makasih lo sama gue." ucap Dhifa setelah mamanya kaluar dari kamar Ranu.

"Thanks."

"Idih gitu doang?"

"Terus?"

"Ya apa kek gitu, masa lo gak peka sih." ucap Dhifa sembari menghentakkan tubuhnya di kasur milik Ranu, entah greget atau mau berantakin kasur niat dia itu,

"Pergi lo!"

"Gila lo nu! Gue udah bantuin lo, dan sekarang lo ngusir gue? Gak tau terima kasih lo ya."

"Thanks"

"Ranuuuu!!!!" teriak Dhifa sembari melempar Ranu dengan bantalnya.

"Berisik bego!"

"Lo tu bego! Ajakin gue jalan ngapa!" yang Ranu lakukan untuk merespon ucapan Dhifa hanyalah mengangkat kaki kanannya yang tadi Dhifa perban, bagaimana Ranu akan jalan jika kakinya saja masih diperban, sakit itu cuy.

"Iya maksud gue kapan-kapan gitu, kalo lo udah sembuh, ya ya ya.. Pleaseee." lanjut Dhifa dengan memohon,

"Gampang"

"Uuuuu baik banget kesayangan Kakak." ucap Dhifa dengan mencubit pipi Ranu gemas, hal yang paling Ranu benci setelah Aulia adalah cubitan kakaknya itu, bukan sakit tapi lebih ke lebay aja, jadi Ranu seakan-akan jadi kayak anak bayi kan.

Sebenarnya Ranu sangat bahagia memiliki kakak seperti Dhifa, dia baik, pengertian dan selalu ada di saat Ranu diserang masalah apapun itu, selama ini hanya Dhifa yang mau membela Ranu ketika dia terpojok seperti tadi, cuma emang kadang sikapnya tak mencerminkan kalau dia itu kakak, lebih tepat nya di itu kadang sok imut biar kayak adiknya Ranu katanya,

Tapi di balik kelakuannya itu, Ranu tau Dhifa menyayangi Ranu, Ranu juga sayang tapi memang Ranu tak pernah bisa mengungkapkannya,

Tapi sampai kapan pun dan apa pun yang terjadi Ranu akan selalu menyayangi Dhifa, sekali pun Ranu akan di hadapkan dua pilihan antara Dhifa atau orang tuanya, Ranu akan memilih Dhifa,

Dhifa adalah semangat utama Ranu sampai saat ini, hanya Dhifa lah satu-satunya anggota keluarga Ranu yang sangat peduli pada Ranu, iya hanya Dhifa, itulah mengapa Ranu sangat mengistimewakan perempuan bernama Dhifa itu.

Thanks kak, gue beruntung punya lo,

Dua Satu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang