part 42

6.9K 415 9
                                    

"Shhh."

Aulia membuka matanya, merasakan sesuatu yang nyeri di lengan kanannya,

Aulia mengingat hal yang terjadi, Kevin, dia adalah manusia paling buruk yang pernah Aulia tau, Aulia menyesal pernah menyebutnya manusia paling baik, itu sama sekali gak bener, Aulia bodoh.

"Sayang kamu udah sadar," Aulia langsung menoleh, mendapati Ayahnya yang begitu lega melihat Aulia telah siuman, Aulia sebenarnya juga bahagia ketika ia membuka matanya seseorang yang pertama dilihat adalah Ayah,

Sosok yang selama ini Aulia rindukan, tapi keberadaannya kini selalu Aulia salah kan,

"Shhh," Aulia memegangi lengan kanannya yang semakin nyeri akibat pukulan dari Kevin, pukulan itu sangat keras sehingga membuat tangannya begitu sakit,

"Tangan kamu, patah." Aulia tak terkejut,

Kenapa?

Aulia sudah tau apa yang akan terjadi,

Saat dia memutuskan untuk menerima pukulan itu, Aulia tau resikonya, terlebih itu adalah besi, Aulia tau bahwa kemungkinan tangannya akan patah, dan benar, Aulia tak terkejut dengan semuanya,

Yang pasti, Aulia sedang memikirkan bagaimana dengan Ranu setelah Aulia pingsan? Apa yang dilakukan Kevin setelah berusaha memukul Ranu? Apa?

"Padahal Aulia dipukulnya dibahu kenapa sampe tangan sih,"

Anehnya, Aulia tak menangis untuk patah tangannya, Aulia menangis hanya dengan masalah sepele seperti hati, tapi bahkan dia tak menangis dengan hal seberat ini, tangannya, salah satu anggota tubuhnya patah? Aulia rada aneh ya.

"Tangan sama bahu berhubungan dong sayang masa udah SMA gituan aja gak ngerti,"

Aulia membuang wajah, apa apaan Ayahnya nya ini? Sudah tau Aulia tak pandai masih digituin, tersinggung dong.

"Kamu jangan main gitar lagi ya," Aulia jelas menoleh tak terima dengan ucapan Ayahnya, apa? Gitar itu hidup Aulia yang sebenarnya, tak akan ada orang yang bisa memisahkan Aulia dengan dunia musik, termasuk Ayah.

"Ayah siapa? Cuma orang yang pergi ninggalin Aulia 15 tahun yang lalu dan tiba-tiba dateng lagi terus Ayah mau misahin Aulia dari musik? Aulia gak akan pernah bisa melepas gitar dari hidup Aulia, ngerti?!"

"Kamu masih bisa nyanyi kan sayang, itu sama aja,"

"Ayah pikir Ayah bisa ngatur Aulia? Gak!"

"Lo gak seharusnya kayak gitu sama bokap lo sendiri, Nad,"

Aulia menoleh kesumber suara, dia Ranu,

Hati Aulia sedikit berbunga saat Ranu ada di sana, dia memperhatikan Aulia, Ranu sekarang begitu manis, dia bukan Ranu yang selama ini Aulia tau,

Tapi, Aulia bahagia dengan semuanya, Aulia bahagia jika perubahan Ranu seperti ini, manis bukan makin kasar seperti beberapa hari yang lalu, bukan.

"Sayang, nak Ranu sudah datang, Ayah pulang dulu ya, kasian Bunda sendirian,"

Aulia tak merespon, bukannya Aulia tak peduli pada ucapan Ayahnya, hanya saja Aulia ragu harus berkata 'iya'

Aulia ragu, jika dia mengiyakan ucapan Ayahnya, Aulia tak mau Ranu risih dengan itu, seakan akan Aulia ingin berdua bersama Ranu.

Tapi jika Aulia tak menyetujui ucapan Ayahnya yang ingin pulang, Aulia akan munafik, karena Aulia ingin bersama Ranu, jika Aulia berkata 'jangan' sudah pasti Ayah tak akan pergi,

Tapi..

"Nak Ranu om titip Nada ya, jangain,"

Nada? Bahkan Ayah Aulia tak pernah mau memanggil Aulia dengan nama 'Aulia', sama seperti Ranu,

Dua Satu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang