Peringkat 39 dari 39 siswa
Aulia menatap tulisan itu dalam dalam, yang ada dipikirannya hanyalah, betapa buruknya otak Aulia, peringkatnya benar-benar tak pernah naik meski hanya satu, enggak pernah, lalu bagaimana jadinya jika ayahnya pulang dan bertanya soal sekolah? Aulia harus jawab apa? Sedangkan Aulia sendiri begitu buruk dalam hal itu, Ayah maafkan Aulia.
"Gapapa sayang, kamu cuma harus semangat belajar lagi." Aulia tersenyum mendengar penuturan Bundanya, senyum itu palsu, Aulia hanya tak ingin menambah kesedihan Bundanya dengan menangis di hadapannya, tidak.
"Kita pulang?"
"Emm, ntar deh bun, Aulia pengen pipis, Bunda tunggu sini bentar ya." Aulia berjalan menjauh membawa raportnya setelah anggukan kepala dari bundanya, Aulia berjalan bukan menuju kamar kecil dia berbelok ke arah taman, duduk di tempat favorite-nya yaitu kursi putih di pinggir taman dekat kantin, tempat biasa Ranu fokus dengan bukunya.
Seseguk tangis tercurah lagi, tak adakah yang mau menemani Aulia di saat begini? Kevin, biasanya dia, tapi hari ini bahkan Aulia tak melihat keberadaannya, Kevin ke mana?
"Peringkat 39 dari 39 siswa? Bodoh! Wajar Ranu gak suka kamu! Kamu bodoh Aulia!" ucap Aulia mengatai dirinya sendiri, betapa Ranu tak suka wanita bodoh, dan Aulia? Bodohnya keterlaluan.
"Kamu hanya perlu belajar lebih giat lagi." ucap seseorang yang tiba-tiba duduk disebalah Aulia
"Tuan Narendra?" iya, salah satu idola Aulia kini duduk di sebalahnya? Ini bukan mimpi kan?
"Kamu tau? kenapa Ranu sampai bisa mendapat peringkat tertinggi terus? Karena dia mau dan terus membaca, kamu juga bisa, jadi jangan sedih dengan angka itu." penuturan itu entah mengapa membuat beban di pundak Aulia terasa ringan, Tuan Narendra adalah seorang pengusaha bukan psikolog tapi kata-katanya benar membuat Aulia sangat nyaman.
"Jika kamu bertekad saya yakin kamu bisa." lanjutnya membuat seukir senyum di bibir Aulia.
"Terima kasih, Tuan Narendra."
"Jangan panggil saya Tuan, kamu itu seperti anak saya, persis." Aulia menoleh bingung saat papa Ranu berkata dia seperti anaknya, yang mana? Ranu? Kan Aulia calonnya aamiin.
"Saya punya anak tengah, perempuan, sama manggil saya dengan Tuan Narendra, saya kan bapaknya bukan majikannya." ooo kirain Ranu,
Iya Aulia tau Ranu punya Kakak perempuan, namanya Dhifa, kalo gak salah lengkapnya itu Nadhifa Fritami Arraina Putri Narendra, panjang banget ya, kasian itu kalo ujian nulis namanya gak muat dikolom, haha.
"Pertemanan itu di landaskan rasa sayang, kalo nanti ada orang yang datang dan menawarkan pertemanan, jangan tolak dia tapi jangan masukkan di kehati kamu, kamu belum tau dia siapa dan bagaimana kehidupannya." entah mengapa Aulia langsung memikirkan Kevin, Aulia sempat beberapa kali tak yakin pada Kevin, tapi.. Kevin baik kok orangnya, humble, friendly, apa yang salah? Tidak ada.
"Ranu beruntung ya punya Papa kayak Om, kalo Aulia jadi Ranu, Aulia bakal bahagia banget."
"Kamu juga beruntung memiliki Papa seperti Papamu, kamu sangat beruntung pastinya." Aulia tersenyim miris, beruntung? Dari mananya? Aulia bahkan sudah lupa bagaimana rasanya mendapatkan kasih sayang seorang Ayah, lupa.
"Ayah Aulia udah gak ada, Om." Tuan Narendra tampaknya terkejut dengan penuturan Aulia.
"Oh maaf saya gak tau kalo ayah kamu udah meninggal." mending meninggal Aulia tau kuburannya, lah ini?
"Enggak, Om. Ayah itu pergi ninggalin Aulia 15 tahun yang lalu, ayah gak sayang lagi sama Aulia om." entah mengapa, seperti yang Aulia katakan, Papa Ranu itu tempat curhat ternyaman selama yang Aulia tau, Tuan Narendra bisa menempatkan posisinya dengan baik, Aulia suka.
"Jangan meng-klaim seseorang jika kamu tak tau benar, banyak hal yag terjadi di belakang kita, dan saya yakin itu juga terjadi pada Ayah kamu."
Benar, banyak hal terjadi tanpa sepengetahuan kita, dan Tuan Narendra benar, kita tidak boleh meng-klaim seseorang jika kita tak tau benar soal dirinya, maafkan Aulia, Ayah.
"Kamu jangan sedih ya, banyak yang sayang sama kamu." lanjut nya membuat Aulia tersenyum miris
Siapa? Siapa yang menyayangi Aulia? Tidak ada, jangan kan untuk sayang memanggil nama saja mereka tak mau, itu yang namanya sayang? Gak salah?
"Dan masalah Ranu yang tadi Om dengar, Ranu memang orangnya begitu, dia bukan benci kamu, hanya kurang suka, suatu hari dia pasti berubah, jangan terlalu dipikirin kalo Ranu ngomong ya." apa ini? Berubah? Benarkah? Bisakah hati Ranu juga berubah dari Nada ke Aulia? Dari pacarnya ke Aulia? Bisa? Aulia rasa enggak, Ranu benci Aulia itu yang Aulia rasa, Tuan Narendra gak ngerti itu.
"Emmm ya sudah om, Aulia pamit duluan ya, kasian Bunda nungguin Aulia kelamaan." pamit Aulia,
Bukan hanya mengingat bunda yang menunggu Aulia lama tapi Aulia hanya takut jika nanti dia sampai salah bicara tentang Ranu pada Papanya? Gimana? Karena memang nyatanya Tuan Narendra tak tau apa-apa tentang Ranu dan Aulia, Ranu yang membenci Aulia, Ranu yang alergi pada Aulia, dan mereka yang tak mau menganggap Aulia, Tuan Narendra gak ngerti, enggak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Satu [Completed]
Teen FictionAulia, siapa yang tidak tau nama itu? seluruh penjuru sekolah tau, bahkan tukang kebun pun juga pasti tau. Bukan karena Aulia adalah cewek populer, bukan! Tapi lebih tepat Aulia adalah seorang Nerd yang berada di urutan terakhir peringkat kelasnya L...