Hanya Aku yang berharap, sedangkan dia tidak.
* * *
"Kevin!"
Kevin menoleh saat namanya dipanggil, siapa yang memanggilnya? Sudah pasti Aulia, siapa lagi.
"Gimana ujian kamu?"
Iya hari itu adalah hari terumit bagi Aulia, Ujian kelulusan yang membuat otak Aulia seperti diperas, susah sekali soalnya, rumit dan membingungkan, pasti.
"Biasa aja," ucap Kevin datar,
"Biasa aja kamu bilang?! OMG! Otak aku udah kayak apa tau ini, terlantar, kayak gak diurus, lusuh, kumel, kucel, sakit, lelah--"
"Lebay!" potong Kevin di tengah ucapan Aulia sembari melangkah meninggalkan Aulia,
Semenjak kejadian di kelas waktu itu, Kevin dan Aulia sudah mulai dekat lagi, meskipun sikap Kevin berubah menjadi cuek, dingin kayak es batu, tapi yang jelas Kevin sudah mau berbicara dengan Aulia lagi, itu cukup untuk membuat hati Aulia bahagia,
Ranu datang dan Kevin kembali, itu hal yang sangat membahagiakan bagi Aulia, saat ini dan semoga sampai selamanya.
"Padahal ya Vin, kalo kamu tau perjuangan ku belajar semaleman, naik turun gunung menyeberangi lautan samudera masih kalah sama perjuangan belajarku, dan hasilnya? Ya ada dikit sih dikit nyangkut, tapi yang lain, lupa," ucap Aulia tak henti-henti, kalo bahasa gaulnya nyerocos gitu, haha.
Dan Kevin? Orang yang diajak berbicara hanya memperhatikan jalan di depannya, tanpa menoleh sedikit pun ke arah sumber berisik itu, sama sekali tidak melirik pun tidak, ya Allah kayak ngomong sama batu berjalan udah.
"Kevin!!!" Kevin sedikit tersentak dengan panggilan Aulia yang memakai tanda seru itu,
Suaranya sih gak seberapa keras tapi kagetnya itu yang ngagetin, Kevin masih muda, kalau sampai kena serangan jantung dini gimana? Dina aja belum kenalan kok mau dapet dini, hahah canda,
"Gue gak budek gak usah teriak!"
"Hehe maaf," Aulia menyengir memperlihatkan deretan gigi putihnya, seperti orang tak berdosa saja, dan di sini yang baru saja Kevin tau tentang Aulia, dia semanis itu ternyata,
Senyum itu sudah lama tak Kevin lihat, dan hari ini Kevin bertemu dengan senyum Aulia yang ternyata manis, dan Aulia cantik meski dibalut dandanan Nerdnya itu,
"Aku pulang bareng kamu boleh?" tanya Aulia membuat Kevin mengernyitkan dahinya,
Aulia tau, kenapa Kevin mengernyitkan dahinya? Karena setiap pulang Aulia selalu bersama Ranu, tapi hari ini Aulia meminta Kevin mengantarkan dirinya pulang?
Pasti itu yang dipikirkan oleh Kevin, tapi memangnya kenapa? Pulang bersama teman sendiri memang salah? Enggak kan.
"Pacar lo kemana?" tuhkan, tebakan Aulia benar, pasti yang ada diotak Kevin saat itu adalah Ranu, dan benar, Kevin mempertanyakan keberadaan Ranu, maksudnya kenapa Aulia tidak pulang bersama Ranu,
Yang pasti Aulia hanya ingin hubungan pertemanannya dengan Kevin membaik, tidak dipisahkan oleh rasa ego dan gengsi satu sama lain,
Karena Aulia yakin bahwa Kevin tidak marah pada Aulia, dia hanya gengsi untuk memulai lagi, karena semua kesalahan menunjuk bahwa dirinya adalah pelaku kejahatan itu,
Tapi bagi Aulia, Kevin tak pernah bertindak kriminal selama ini, jahat? Tidak, Kevin tak pernah melakukan itu, wajar saja Kevin melakukan itu semua, Ayah Aulia sudah membuat Kevin dan keluarganya menderita, bahkan Papa Kevin sampai meninggal dan Mamanya sekarang ada di Rumah Sakit Jiwa, itu semua salah Ayah Aulia, jelas.
Maka dari itu, biar Aulia yang memulai, jika Kevin tak bisa, Aulia bisa kok, tenang aja,
"Ranu ya ada, emang gak boleh kalo aku pulang sama sahabat aku?" Kevin menoleh, saat Aulia mengatakan kata 'Sahabat'.
Entah mata Aulia rabun atau ada gangguan, tapi Aulia jelas sekali melihat bibir Kevin terangkat sedikit, sangat sedikit, tapi itu jelas sekali di mata Aulia,
Dan itu artinya, Kevin masih memiliki rasa pada Aulia, jelas, Kevin masih menganggap Aulia sebagai sahabatnya, semoga saja.
"Emang nanti gak cemburu pacarnya?"
Aulia jadi ingat sesuatu, saat di mobil kemarin, bahkan Ranu tak menunjukkan meski sedikit saja rasa cemburu, dia tampak biasa saja dengan Aulia yang terlihat dekat dengan Kevin,
Jadi Aulia berpikir, untuk apa Aulia berpikiran Ranu akan cemburu jika Aulia bersama Kevin, dan nyatanya, sama sekali Ranu tidak cemburu, Aulia akan membuat dirinya patah sendiri jika terus berpikiran begitu,
Berharap hal yang tak mungkin terjadi, sakit tau enggak.
"Tau tuh lah, sebel aku, masa dia gak pernah sedikit aja cemburu gitu, ya Allah kayak cuma aku yang berharap sedangkan dia enggak, percuma dia bilang sayang kalo gak pernah njelasin apa yang dia inginkan,"
"Kok lo jadi curhat ke gue," Aulia melirik Kevin sejenak, betapa Kevin juga sama saja dengan Ranu, sama-sama bikin kesel, sebel deh,
"Y."
Kevin tertawa,
Aulia jelas mendengar tawa itu keluar dari mulut Kevin, benarkah? Kevin tertawa karena Aulia lagi?
Itu yang Aulia tunggu-tunggu selama ini, Kevin kembali menjadi Kevin yang periang, murah tawa dan yang pasti suka bercanda,
Aulia merasa Kevin sudah mulai kembali,
"Kamu lulus sekolah mau kuliah?" Kevin menghentikan tawanya, ekspresinya kembali datar, apa Aulia salah berbicara?
"Gak tau,"
"Kok gak tau, kuliah dong kamu kan pinter,"
Kevin hanya tersenyum menanggapi ucapan Aulia, lalu mengangguk perlahan, seperti tak ada semangat dari dalam diri Kevin saat menjawab pertanyaan itu, Aulia jadi bingung, apa dirinya salah bicara?
"Karena kamu gak nanya balik, yaudah aku cerita aja, aku disuruh kuliah sama Ayah, tapi aku bingung deh, mau kuliah jurusan apa." ucap Aulia sembari menyamai langkah Kevin yang sekarang semakin pelan,
"Matematika?"
"Yaelah Vin, nanti di kelas bukannya belajar aku malah tidur gimana?"
"Bahasa Indonesia mungkin?"
"Setiap Bu Indah ngomong aja aku gak ngerti itu apa? Maksudnya apa?"
"Yaudah yang ada fisikanya,"
"Ogah! Nanti mau metik kelapa harus dihitung kecepatannya, jaraknya, aduh enggak deh enggak,"
"Yaudah kalo gitu lo buat aja jurusan tidur," ucap Kevin sembari mempercepat langkahnya lalu memasuki mobilnya,
Aulia mengikuti Kevin memasuki mobil milik Kevin, dan mereka pun bergegas pergi dari sekolah,
Ayah Aulia memang menyuruh Aulia untuk meneruskan pendidikannya, ya Aulia juga berpikiran seperti itu, tapi yang Aulia bingungkan, harus mengambil jurusan apa nantinya? Jika semua bidang tak bisa Aulia kuasai.
Satu-satunya yang Aulia bisa adalah bermain musik, tapi tangan kanannya sudah tak mampu untuk sekedar memetik senar gitar sekalipun,
Dan untuk alat musik yang lain? Aulia tak bisa memaksa hatinya agar mau mencintai alat musik lain seperti dia mencintai gitar, itu sangat sulit,
Dan Aulia bingung harus bagaimana.
* * *
Bismillah Menuju Ending 🤗
And, Happy Reading 💋
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Satu [Completed]
Teen FictionAulia, siapa yang tidak tau nama itu? seluruh penjuru sekolah tau, bahkan tukang kebun pun juga pasti tau. Bukan karena Aulia adalah cewek populer, bukan! Tapi lebih tepat Aulia adalah seorang Nerd yang berada di urutan terakhir peringkat kelasnya L...