Extra Part

10.9K 373 14
                                    

"Heksa, jangan senyum-senyum sendiri,"

Heksa, cucu Aulia, yang tingkahnya sangat tidak  mirip dengan Aulia, Ranu ataupun orang tuanya,

Dia selalu saja berbuat jahil kepada orang, ucapannya kadang membuat orang naik darah, dan yang pasti dia manja tapi sok mandiri, dan yang jelas Aulia, Ranu ataupun anak-anak Ranu tak ada yang memiliki sifat seperti itu, entah kenapa cucunya harus memiliki sifat berbeda begitu.

Sekedar informasi, jika hal berbeda ada di tubuh Heksa, cucu Aulia, begitupun yang terjadi pada Rega, cucu Rafki yang juga terinfeksi virus aneh, haha.

Pasalnya tak ada satu orang pun dari keluarga Rafki yang pendiam, tapi Rega adalah orang yang pendiam, mandiri dan tentu saja berbudi pekerti sangat baik.

Yang Ranu curigai Heksa dan Rega adalah dua orang yang jiwanya tertukar, haha (apasih).

"Enggak kok nek, Heksa gak senyum-senyum sendiri," ujar Heksa menyangkal ucapan Aulia.

"Masa iya?"

"Iya dong."

Aulia berjalan menghampiri Heksa untuk duduk di sebelahnya,

"Heksa lupa kalau nenek ini pernah jadi psikolog?" Heksa spontan menoleh ke arah neneknya lalu tersenyum menunjukkan deretan gigi putihnya,

"Hehe, iya nek Heksa lagi jatuh cinta." Aulia tersenyum mendengar ucapan cucunya.

Meskipun sudah tua, tapi kemampuan membaca mata yang Aulia punya belum hilang, bahkan masih sangat jelas bisa ia rasa,

Aulia masih bisa melihat apa yang sedang orang lain rasakan atau ingin katakan lewat matanya, bukan berarti Aulia ini dukun yang bisa membaca pikiran orang, bukan.

Aulia hanya mengetahui arah pembicaraan seseorang itu, tapi Aulia juga tak bisa menebak topik apa yang akan orang itu katakan, sampai sini mengerti? Okey.

"Tapi ya nek, Heksa bingung deh, kata Rega cewek itu sukanya sama orang yang pinter, Heksa pinter atau enggak sih nek?"

Sudah jelas, Heksa memiliki darah keturunan Ranu, dan mungkin juga otak Ranu ikut mengalir ke otak Heksa, Mungkin tak se-pintar Ranu dahulu, tapi setidaknya tidak seburuk Aulia juga.

Hanya saja yang menutupi kecerdasan Heksa adalah pribadi manjanya dan dia yang selalu bergantung pada Rega, cucu Rafki.

Itulah hal paling buruk dalam diri Heksa, selalu mudah percaya dan terlalu bergantung pada manusia, buruk.

"Menurut Heksa, Heksa pinter enggak?" ujar Aulia menanyakan pada Heksa tentang dirinya sendiri,

Aulia ingin tahu, apakah Heksa bisa menyadari kecerdasannya yang tertutup rasa manja atau tidak.

"Pinter dong nek." Sahut Heksa penuh semangat, Aulia lega, karena Heksa ternyata sadar bahwa dirinya adalah sosok yang cerdas,

Heksa tidak menjadi sosok seperti Aulia dahulu, Aulia menyesal karena terus menumbuhkan kebodohan pada dirinya saat SMA karena buktinya ketika Aulia memasuki zona perkuliahan Aulia bisa, Aulia mampu menjadi mahasiswi dengan ipk sempurna,

Dulu Aulia hanya takut dinilai buruk karena kecantikannya hingga rasa takut itu membuat Aulia memupuk kebodohan pada dirinya sendiri. Aulia akui Aulia buruk sekali saat itu. Dan Aulia senang Heksa tidak memiliki sifat seperti dirinya.

"Heksa itu pinter, iya pinter ngabisin makan." lanjut Heksa dengan tawa yang terbahak-bahak.

Sepertinya asumsi Aulia tadi salah.

"Nenek tau enggak sih, Heksa selalu ngabisin makanan orang-orang, kalau cewek itu bawa bekal, pasti Heksa ikut makan, terus Heksa maka paling banyak, jadi Mama gak perlu kasih Heksa uang jajan banyak orang Heksa kenyang selalu." what? Apa itu?

Untuk tingkah Heksa yang satu ini benar-benar tak dimiliki oleh satu orang pun dari keluarga Aulia dan Ranu, kenapa Heksa bisa sepintar itu, pintar menghabiskan makanan orang, astaga mimpi apa Aulia.

"Dia gak ilfeel sama Heksa?" tanya Aulia, pasalnya Aulia akan sangat ilfeel pada Heksa bila Aulia adalah perempuan itu.

"Gak tau, gak peduli juga Heksa mah, yang penting kenyang." what? Ya Allah tentang Heksa kali ini benar-benar membuat keriput Aulia semakin banyak, bikin kesel gitu ya.

"Katanya Heksa suka."

"Iya nek, Heksa suka sama dia soalnya kalau dia gak masuk sekolah Heksa jadi merasa kehilangan."

"Oh ya?" Yang Aulia harapkan kali ini Heksa tidak bermain-main dengan ucapannya, sesungguhnya ketika seseorang telah memiliki rasa takut kehilangan itu artinya orang itu benar merasa nyaman, dan yang Aulia tau, rasa nyaman adalah awal dari perasaan yang sangat dalam, cinta.

"Iya Nek, Heksa merasa kehilangan banget, kehilangan duit Heksa, karena Heksa harus makan siang di kantin, Heksa kan biasanya ngambil makanan dia." okey, sekali lagi Aulia salah.

Memang cucu Aulia yang satu ini suka sekali memberikan harapan palsu, bahaya kalau perempuan itu sampai jatuh hati pada Heksa, bisa-bisa perempuan itu akan menjadi korban Heksa,

Ternyata Aulia harus memiliki cucu yang suka PHP, astaga.

"Nenek kok gitu ekspresinya?" tanya Heksa, aneh. Mana ada manusia yang tak kesal jika ada di posisi Aulia saat ini, Aulia kira Heksa benar-benar sedang jatuh cinta, ternyata dia hanya sekedar ingin mendapatkan makanan gratis, memalukan.

"Nenek capek!"

"Perasaan gak ngapa-ngapain kok bisa capek? Dari tadi kan Heksa yang cerita, nenek aneh," okey, terserah Heksa.

"Yaudah lah kalau Nenek  gak mau dengerin Heksa ngomong, Heksa mau sama Kakek, bye."

* * *

Allo gaes, Assalamualaikum, bagaimana kabarnya? Pastinya baik dong, iyakan?

Kemarin Ujian Kompetensi Kejuruan ku baru aja selesai, tinggal nunggu pengumuman, semoga nilainya memuaskan ya, aminnnn.

Kalian lagi sibuk apa sekarang? Adakah yang juga sama kayak aku? Sibik ngiris ijiin? Hahaha, semangat buat kita semua, 💋💋

Dua Satu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang