Hari minggu,
Biasanya yang Aulia lakukan adalah bergegas pergi ke cafe dan memainkan alat musik kesayangannya di sana,
Bernyanyi dengan hati untuk menyihir para pengunjung cafe agar betah dan tak pergi dari cafe, menikmati petikan gitar serta suara Nada.
Tapi akhir-akhir ini Aulia sedang tak ingin membuat Nada dipuji oleh banyak orang saat Aulia sendiri sedang mendapatkan banyak masalah Karena Nada.
Itu tak adil kan, seseorang yang membuat Nada ada sedang dilanda masalah, terus Nada mau dihujani pujian orang?
Maaf, hati Aulia masih waras,
"Sayang, makan dulu sini, nih Bunda masak makanan kesukaan kamu," ucap Bunda Aulia dari ruang makan,
Aulia yang tadinya duduk melamun membayangkan hal-hal yang selama ini terjadi pada dirinya, hal-hal yang awalnya Aulia kira jika terjadi akan sangat membuat hidup Aulia berwarna, tapi nyatanya bukan warna yang Aulia dapatkan tapi noda untuk kesekian kalinya, lagi.
Aulia berjalan menghampiri Bundanya yang sudah pasti bersama Ayah Aulia untuk makan siang,
"Sini sayang duduk." ucap Ayah Aulia dengan sangat lembut.
Aulia hanya menatapnya sekilas tanpa senyum sedikit pun, lalu duduk dan mengambil makan,
Aulia mungkin marah pada Ayah dan Bundanya yang tak mau jujur dengan semua yang menimpa mereka, tapi Aulia masih manusia, Aulia juga lapar, dan Aulia tak seperti kebanyakan orang yang jika marah tak ingin makan, enggak,
"Sayang, kamu masih marah ya sama Ayah?" Tanya Ayah Aulia saat Aulia hampir memasukkan makanan kedalam mulutnya.
"Menurut Ayah? Ayah berperilaku begitu di depan Kevin, Aulia gak suka, Kevin itu teman Aulia." tegas Aulia tanpa memandang kearah Ayah maupun Bundanya,
Yang Aulia lakukan, hanya sebatas tak ingin membuat Ayahnya datang hanya untuk mengekang, Aulia sangat ingin menekankan itu pada Ayahnya, tapi..
Aulia takut itu akan menggores hati Ayah.
"Kenapa kamu gak berteman sama Ranu aja, dia baik kok, dia baik banget sama Ayah," Aulia tertawa kecil penuh arti kala mendengar apa yang Ayahnya ucapkan.
Baik ayah bilang?
Memang, Ranu itu baik, bahkan sangat baik, tapi dulu, sebelum dia berubah menjadi monster mengerikan seperti sekarang.
Jangan bilang Aulia berlebihan dengan mengatai Ranu seperti Monster, karena bagi Aulia, Ranu terlalu lembut untuk mengucapkan kata-kata kasar, Ranu sama sekali tak cocok ada di sana.
Menolak Aulia itu sudah biasa, tapi untuk kasar? Ranu sangat tak cocok, dia lebih pantas menjadi laki-laki yang Ramah, lembut, baik, seperti dulu, meskipun bukan kepada Aulia tapi Aulia lebih suka melihat itu dari Ranu.
• •
Tringggg
Sebuah pesan masuk ke ponsel Aulia.
Ranu?
Untuk apa dia mengirimi Aulia pesan?
Sebuah tanda tanya ada dalam benak Aulia, pasalnya Ranu mengirimi chat itu ke ponsel milik Aulia, kenapa bukan Nada? Ranu kan lebih suka berkomunikasi dengan bayangan Aulia, gimana sih.
Ranu
OnlineNad?
Kalo cewek kemarin nemuin lo, jangan ngomong apa-apa ya.
Aulia hanya tersenyum miris,
Benar tak ada tujuan lain selain Ranu mengingatkan Nada untuk tak bertemu dan berbincang banyak dengan gadis yang menemui Nada di cafe.
Segitu cintanya Ranu sama gadis itu.
Aulia sengaja tak membalas pesan yang dikirimkan oleh Ranu, kenapa? Karena Aulia tau sekalipun dia mengiyakan permintaan Ranu, setelahnya pesan itu cuma dibaca, gak akan dibales lagi, percuma.
Dan yang Aulia herankan, Ranu masih saja memanggilnya dengan nama Nada, padahal dia sudah tau bahkan orang pertama yang tau bahwa Nada sebenarnya adalah Aulia,
Oh ya, Ranu terlalu tak suka dengan nama Aulia, tak suka nama atau tak suka Aulia?
Aishhh, dua-duanya, Ranu tak menyukai keberadaan Aulia juga nama Aulia, semuanya,
* * *
Happy reading 💋
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Satu [Completed]
Teen FictionAulia, siapa yang tidak tau nama itu? seluruh penjuru sekolah tau, bahkan tukang kebun pun juga pasti tau. Bukan karena Aulia adalah cewek populer, bukan! Tapi lebih tepat Aulia adalah seorang Nerd yang berada di urutan terakhir peringkat kelasnya L...