part 18

8K 483 4
                                    

Aulia berjalan bersama bundanya menyurusi koridor sekolah, hari ini pembagian raport, sebenarnya Aulia tak ingin mengambil raport, tapi kata bunda,

"Jangan jadi pengecut, Nak! Hadapi semua yang akan terjadi."

Makanya Aulia memaksakan diri meskipun tau apa yang akan dia gapai setelah ini, ya.

Langkah Aulia terhenti saat sudah berada di depan kelas, Aulia melihat Ranu berdiri menelfon seseorang, dia sangat tampan meskipun dari belakang .

"Bunda, Bunda ke kelas duluan aja ya, Aulia ada urusan sebentar." Bunda Aulia mengangguk dan memasuki kelas, Aulia buru-buru menghampiri Ranu sebelum dia pergi memasuki kelas juga.

"Hai ranu, selamat pagi." seperti biasa, Ranu hanya menoleh sekilas dan kembali pada fokusnya, ponsel.

"Habis nelfon siapa? Papa? Atau Mama?" Ranu melirik Aulia, lirikannya pedas, mungkinkah Ranu tak ikhlas jika Mama dan Papanya juga Aulia panggil Mama Papa?

"Lo punya dua pilihan, pergi atau gue akan kasar di depan nyokap lo." Aulia melirik ke arah bundanya yang sedang tersenyum ke arah dirinya dan Ranu, Aulia memutuskan memilih pilihan pertama, Aulia memasuki kelas dengan tersenyum palsu, Aulia hanya tak mau bundanya akan berfikiran aneh tentang Aulia.

"Dia siapa, sayang?" tanya bunda Aulia dengan masih menatap Ranu yang sedang sibuk dengan ponselnya.

"Namanya Ranu, Bun."

"Ganteng ya, bunda suka deh, baik juga kayak nya." Aulia hanya tersenyum, bundanya benar, Ranu itu tampan, baik juga, cuma Aulia aja yang selalu maksa dia buat kasar sama Aulia, Aulia baru saja membayangkan jika dia sampai memilih pilihan kedua dari Ranu, bagaimana bundanya akan kehilagan rasa sukanya pada laki-laki berotak cerdas itu, padahal dia kan calon mantu Bundanya, hehe aamiin.

• •

Pembagian raport tinggal hitungan menit, yaelah kayak apa aja, maksudnya tinggal nunggu walikelas Aulia datang dan semua akan terbongkar, siapa peringkat teratas dan siapa peringkat terbawah, yang Aulia yakini dia masih berada di tempat yang sama.

"Rafki mana, Om?" Aulia menoleh kerah sumber suara, itu suara Ranu, siapa lagi.

Ranu, Papanya dan satu orang lagi duduk tepat di pojok kanan Aulia dan Bunda jadi Aulia masih bisa mendengar obrolan mereka, ya dikit-dikit.

"Biasa.. Kayak kamu gak kenal temen kamu itu, dia bilang gak penting dia ikut yang dibutuhin itu walinya bukan dia, Bu guru sebodo amat sama kehadirannya, katanya." Ranu terlihat tertawa kecil mendengar penuturan laki-laki berjas abu-abu itu, yang Aulia duga sepertinya itu bapak Rafki, tapi kenapa beda banget sama Rafki? bapaknya aja rapi gitu anaknya urakan, aneh kadang.

"Om juga bingung, om punya salah apa dulu ya? Anak om jadi urakan gitu, satu-satunya lagi" o, jadi Rafki anak tunggal? Pantas waktu itu Ranu pernah bilang Rafki tak akan miskin hanya dengan memberi Aulia uang 50.000, anak sultan dia?

"Di sekolah aja, kapan pernah dia serius?" ucap Ranu mengadukan prilaku teman sebangkunya itu.

"Besok kalo dia udah dewasa, nikah, terus om udah pensiun, yang nerusin perusahaan om siapa? Kalo anak satu-satunya om aja gak jelas gitu, masa menantu om? Kan aneh." kali ini Tuan Narendra juga ikut tertawa mendengar penuturan sahabatnya itu.

Yang Aulia lihat, memang kedekatan antara mereka bertiga sangatlah kuat, mereka benar-benar memiliki hubungan yang baik, terlebih Tuan Narendra dengan Bapak Rafki, sepertinya mereka benar-benar dekat, tak bisa dibayangkan jika Aulia bisa menyelinap dan duduk di sebalah Ranu dan ikut bercanda dengan orang-orang itu, apakah mungkin? Aamiinin aja deh.

Dua Satu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang