Part 31

7.3K 384 4
                                    

"Nu!!"

Ranu membuka matanya, berat sangat berat, tapi suara itu benar-benar menusuk telinga Ranu, dan Ranu hafal dia siapa.

"Apa sih kak, udah malem gue ngantuk,"  dia Dhifa, orang terheboh yang pernah ada, malam itu jelas jam memunjukkan pukul 23:45 dia dengan santainya malah teriak-teriak, gajelas banget.

"Gue mau bobo sama lo."  Ranu spontan membulatkan matanya penuh, Terkaget terheran-heran, untuk apa Dhifa begitu?

"Gak gak gak!"

"Kenapa?"

"Ya enggak aja pokoknya!"  sebenarnya Ranu tau bagaimana cara Dhifa tidur, berputar seperti baling-baling bambu,

Ranu gak akan rela kalau ranjangnya harus berantakan dan tubuhnya remuk karena ulah perempuan itu,

"Ya gue juga mau tidur sama lo pokoknya!"

"His! Lo juga punya kamar sendiri! Ngapain sih!" jelas, bahkan kamar dia begitu nyaman, katanya, Dhifa sendiri yang bilang.

Dulu saat pertama kali papanya menjabat menjadi orang berada, pertama kali papanya mengajak keluarga mereka tinggal di rumah itu, Dhifa lah yang selalu memamerkan kamarnya yang bagus itu,

Tapi sekarang?

"Kamar gue lampunya mati, Nu. Gue gak bisa tidur, emang lo gak kasian sama kakak lo yang syantik ini kalo sampe gak tidur besok ke kampus mata pandanya keluar, hah?"

"Bukan urusan gue!" Ranu berusaha tak mempedulikan Dhifa dan kembali terlelap dalam tidurnya,

Tapi semua itu gagal, karena Dhifa ikut tidur di sebelah Ranu, keras kepala banget dasar.

"Dhifa lo ngapain sih? Pergi sana!!" ucap Ranu sembari menarik-narik tangan Dhifa,

"Sssttt, Nu berisik, udah malem gue ngantuk." what?  Apa apaan ini? Ucapan Ranu dikembalikan, nguji kesabaran ini orang.

"Dhifa pergi! Gue bilang pergi!" ucapan Ranu hanya dianggap angin lalu atau bahkan hanya dongeng yang akan membuat tidur Dhifa semakin nyenyak, ngejek emang.

"Mau pergi atau gue siram lo ya!" lagi-lagi tak digubris, ucapan ranu sama sekali tak didengar oleh Dhifa, ngidam apa mama Ranu punya anak macam Dhifa ini.

Dan ya, Ranu tak pernah main-main dengan ucapannya, Ranu memutuskan untuk mengambil air mineral yang selalu ada di meja belajarnya.

Bukan disiram ya, kalau disiram ya sama saja Ranu merugikan dirinya sendiri, kasurnya akan basah dan sudah pasti  Ranu tak akan tidur dengan kasur yang basah begitu kan?

Ya, air itu hanya akan Ranu cipratkan sedikit demi sedikit di wajah kakaknya yang ngeselin itu, liat aja.

"Dhifa bangun! Pergi sana!" ucap Ranu berkali-kali sembari menyipratkan air mineral ke wajah Dhifa,

"Ranu! Gila lo! Basah gue!" benar seperti dugaan Ranu, Dhifa spontan duduk dan marah-marah.

Ranu ikhlas dia ngomel daripada kamarnya terancam,

"Makanya pergi sana!"

"Kenapa sih Nu emang nya? Gue cuma mau tidur di sini apa susahnya!"

"Susah buat gue, gue gak suka ya bagi-bagi kasur gue!" apalagi sama dhifa.

"Orang kalo kebanyakan nelen kertas perpustakaan ya gini nih! Heh! Lo pikir apa? Nanti kalo lo udah nikah dan lo gak mau bagi-bagi kasur lo, terus? Bini lo mau taro mana bege!" apa-apaan Dhifa ini, tapi benar juga yang Dhifa ucapkan, mau diletakkan di mana coba? Ada ada aja Ranu ini.

"Itu beda cerita! Kalo sama bini gue, ya gue pasti rela bagi-bagi kasur, kalo sama lo gue gak rela!"

"Ah bodo amat gue mau tidur!" Dhifa berniat untuk merebahkan tubuhnya lagi di kasur Ranu, tapi niatnya itu gagal karena Ranu lebih dulu menarik tangannya, jadi mau tidak mau Dhifa harus duduk kembali.

"Apalagi sih, Nu. gue mau bobo, kalo lo gak mau ya udah sana tidur di kamar lain!" eh apa? Ranu lah pemilik kamar itu dan malah Ranu yang diusir? Gila itu cewek emang!

"Udah gue mau bobo lagi!" niat yang sama oleh Dhifa dan penggagalan yang sama oleh Ranu, haha

"Kenapa sih, Nu?"

"Pergi sana! Gue gak mau tidur sama lo!"

"Ya elah kenapa sih? Lo takut gue hamil? Gak akan, cuma tidur ini!" Ranu mendelik, itu di luar ekspektasi Ranu, mulut Dhifa emang sompral banget kalau ngomong.

"Mulut lo itu!"

"Kenapa mulut gue? Iya gue tau mulut gue emang seksi badai, tapi Nu inget gue kakak lo,"  mesum tikat dewa ini orang,  ngalah-ngalahin laki astaga.

"Nu, udah ya Nu, gue punya harga diri dan harga diri gue gak mungkin gue kasih ke lo, ini punya suami gue, please.." lanjut Dhifa semakin tak jelas.

"Gue masih punya otak! Pergi atau gue yang maksa!"

"Tuh kan, gue bilangin Mama Papa lo Nu, lo mau maksa gue! Inget Nu, gue ini kakak lo, jangan hancurin masa depan gue dong." astaga, Ranu tak kuat dengan manusia berotak separuh seperti Dhifa ini,

"Kak!"

"Ampun nu! Please.." Ranu berjalan mendekati  Dhifa berniat untuk menarik dia agar pergi dari kamarnya dari pada makin gak jelas omongannya.

"Nu, Nu please.. Jangan sentuh gue, gue masih belum lulus kuliah, Nu. Dan lo jangan lupa berbuat gituan itu dosa, apalagi sama gue, haram Nu, gue kakak lo," Ranu mengurungkan niatnya untuk dan berdiri manatap Dhifa dengan jijik, mesumnya gila itu orang.

Ranu pun mengambil ponselnya lalu berjalan keluar kamar.

"Gampangnya ngusir lo, Nu." Ranu masih bisa mendengar ucapan itu, tapi sudah malas untuk membalikkan badan, lebih baik Ranu pergi ke kamar lain untuk tidur,

Ya sekali ini gak papa lah, Ranu ikhlaskan kamarnya menjadi korban, daripada makin gak jelas omongan itu perempuan satu kan.

"Untung lo kakak perempuan gue satu-satunya, Dhif."

Dua Satu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang